Saya heran karena kemarin saya merasa udara Jakarta yang panas seolah menjadi begitu sejuk dan nyaman. Panas terik Jakarta rasanya seperti udara di Cisarua Puncak.
Aneh.....
Karena biasanya saya selalu gerah kepanasan di Jakarta.
Setelah saya merenung, saya baru sadar bahwa saya baru pulang dari sebuah negeri yang panasnya mencapai 41 derajat celcius kala itu.
Jadi sesungguhnya bukanlah udara jakarta yang sejuk, akan tetapi karena saya baru pulang dari sebuah tempat yang udaranya jauh lebih panas dari Jakarta.
Itulah kehidupan. Kita bisa merasakan sejuk kalau kita sudah merasakan panas. Kita baru bisa merasakan nikmatnya sehat kalau sudah merasakan sakit.
Kita baru bisa merasakan nikmatnya gaji kecil ketika sudah tidak punya uang.
Kita baru merasakan nikmatnya memiliki pekerjaan kalau kita sudah pernah menjadi pengangguran.
Kita baru merasakan nikmatnya makan nasi putih meskipun cuma pakai kerupuk dan sambel apabila kita sedang sangat lapar.
Kita baru merasakan nikmatnya libur setelah kita kerja keras.
Kita sudah mulai kebal rasa.
Itulah mengapa ALLAH selalu mepergilirkan segalanya, membolak-balikkan segalanya, memutar-mutar segalanya.
Malam menjadi siang dan siang menjadi malam. Tawa menjadi tangis dan tangis menjadi tawa. Yang terhina menjadi mulia dan yang mulia menjadi terhina. Semua dalam satu bilangan genap yg berpasang-pasangan.
Semua ini adalah kasih sayang ALLAH, agar " hati " kita peka sehingga mampu merasakan perbedaan antara pahit dan manis.
Agar manusia selalu sadar atas semua nikmat yang telah ALLAH berikan.
" ALLAH menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya, dan hendaklah kamu mengagungkan ALLAH atas petunjuk Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur ".
( Al Baqarah 185 )
Tiada ulasan:
Catat Ulasan