Jumaat, 12 Oktober 2012

Anda bukan anda

ANDA bukanlah apa yang ANDA PIKIRKAN dan ANDA bukanlah apa yang ANDA RASAKAN. Tapi Anda dapat BELAJAR banyak dari apa yang ANDA PIKIRKAN dan apa yang ANDA RASAKAN... ANDA adalah ANDA yang MERDEKA dari PIKIRAN dan PERASAAN yang MEMENGARUHI ANDA... dan HANYA ALLAH tempat ANDA bergantung, So, jangan gantungkan diri ANDA kepada PIKIRAN dan PERASAAN ANDA, apalagi kepada orang lain di luar sana

Anda BUKANLAH apa yang Anda PIKIRKAN. Anda adalah Anda, dan Si Pikiran adalah Si Pikiran. Anda bertugas sebagai LEADER dan PENGAMAT bagi Si Pikiran. Jika Si Pikiran sedang NEGATIF, maka terima dulu kondisinya, amati sejenak, tarik nafas yang dalam, lalu hembuskan sambil beristighfar, dan jika Si Pikiran sedang POSITIF maka SUPPORTlah ia... Tak perlu stress berusaha mengendalikan Si Pikiran, sebab kalau Anda stress maka seringkali justru pikiran yang berhasil mengendalikan Anda...

Allah hadirkan PIKIRAN & PERASAAN (2P) kepada Anda sebagai UJIAN. UJIAN dalam bentuk keSENANGan atau penDERITAan. IBLIS dan Syaitan pun MEMENGARUHI dan MENGGODA manusia melalui 2P ini. Sehingga kita harus LIHAI membedakan mana 2P dari Syaitan dan mana 2P dari Tuhan. Itu sebabnya kita butuh KITABULLAH untuk memfilternya.... Anda bukanlah 2P, tapi 2P memang "bertugas" memengaruhi Anda...

Karena ANDA bukanlah yang ANDA PIKIRKAN, maka jika hadir PIKIRAN yang "Bukan-Bukan" maka tenang saja sebab pelakunya bukanlah Anda, kecuali jika Anda "mengamini" dan "menikmati" Pikiran yang "bukan-bukan" itu ... TOLAKlah pikiran yang "bukan-bukan" itu dengan cara MENERIMA kehadirannya, lalu MENGABAIKANnya, kemudian bacalah TA'AWUDZ, dan BERISTIGHFAR kepada ALLAH.....

Perhatikan EMOSI/PERASAAN Anda, nasehatilah ia sesering mungkin dengan ayat-ayat Ilahi, dan mintalah kepada Allah agar menenangkan sang Emosi. Anda bukanlah Emosi yang Anda rasakan. Anda mah Anda, Emosi mah ya Emosi. Kalau Emosi sedang menteror Anda dan tidak mau diajak berdamai, maka berdo'alah "Hasbunallah wani'mal wakiil, ni'mal maula wani'man nashiir" atau beristighfarlah dengan hawqolah "Ya Allah, astaghfiruka wa atuubu ilaiik. Laa hawla walaa quwwata illaa billaah"

So, tidak perlulah PIKIRAN dan PERASAAN Anda menganalisa takdir Allah yang belum terjadi atas diri Anda... sehingga Anda gelisah karena analisa Anda dan bukan gelisah karena takdir Nya... sebab takdir-Nya kelak masih belum terjadi dirasakan pada diri Anda .... maka sebaiknya rasakan saja kehadiran Anda bersama-Nya di setiap "saat" maka Anda niscaya selalu dijaga-Nya... Jangan Takut dan Jangan Khawatir... Penjagaan-Nya sangatlah sempurna...

Bebaskan diri Anda dari pikiran Anda sendiri . SEJATINYA, Anda berbuat negatif bukanlah karena pikiran Anda, tapi karena Anda sendiri yang kok mau-maunya dipengaruhi oleh Pikiran Anda . Itu sebabnya kelak Anda lah yang bertanggung jawab di hadapan Allah, bukan pikiran Anda. Kelak Pikiran hanya menjadi Saksi dalam penghisaban Anda, sebagaimana Penglihatan, Pendengaran, dan Fuad yang menjadi saksi. Pikiran adalah ujian, tempat syaitan membisikkan banyak hal. Belajar mencuekkan pikiran berarti belajar mencuekkan syaitan, cara memusuhi syetan yang efektif adalah berdamai dengan diri sendiri. Yuwaswisu fii shuduurinnaas...

Anda adalah Anda yang diwakili oleh RUH yang telah dititipkanNya... RUHlah yang seharusnya menjadi DRIVER/KENDALI dalam kehidupan Anda yang singkat ini...sehingga jangan serahkan KENDALI kehidupan Anda kepada PIKIRAN dan PERASAAN Anda...

"Ya Allah, jangan izinkan emosiku, pikiranku, dan jasadku mengikat, mencemari, dan memengaruhi kefitrahan Ruh titipan-Mu ini. Tolong jagalah Jiwaku agar tetap berkesadaran Ruh dari-Mu, sehingga Ruh ini tetap bisa menjadi Driver bagi kehidupanku..."

Sahabat, semoga kita terlindungi dari hal menuhankan dan mengabdi kepada Pikiran dan Perasaan...  sebab hanya Allah lah yang berhak dituhankan, sedangkan pikiran, perasaan, dan orang lain adalah sebagai pembelajaran dan kawan sinergi untuk bersama-sama bertemu Allah, insya Allah..

So, kalau ada yang memarahi Anda seperti ini :
"Dasar Bodoh, kamu memang tidak punya PIKIRAN"

Maka jawablah :
"Saya memang tidak punya apa2, semua milik Allah, Pikiran mah Pikiran dan saya mah saya.."

^_^

Wallahu alam

Tulang berceracak


Assalamualaikum dan selamat sejahtera, di sini ada satu artikel yang menarik untuk dikongsi bersama sebagai renungan kita bersama.. Sebuah kisah ngeri yang dilalui oleh seorang penggali kubur.. Jom baca kisah tersebut..

“Saya pegang nisan dikubur arwah abang Hamid yang baru saja kami kebumikan sebentar tadi. Fikiran saya berputar ligat. “Aii.. menung nampak? Kenapa?” tanya Bakar, kawan baik saya yang turut sama menjadi penggali kubur di Bakri, Muar, Johor.

“Tak ada apa-apa. Saja tengok kain ni, dah kotor sikit kena tanah,” saya berdalih, cuba menyembunyikan perkara yang berasak-asak datang ke kepala.

Mari pergi kat pondok… mandur nak jumpa. Dia nak cakap fasal kerja, gaji, overtime dll. Pak Dolah, kawan-kawan lain dah pergi dah,” tambah Bakar sambil memikul cangkul dan botol airnya.

“Pergilah dulu, nanti aku datang,” balas saya lantas duduk termenung.

Sepeninggalan Bakar, saya duduk di pinggir kubur Abang Hamid. Saya termenung. Ada satu perkara yang sedang menyucuk-nyucuk fikiran saya. Sebenarnya sudah lama ia bermain-main di benak tapi sekarang ini makin mendesak.

Orang ramai sudah balik, Munkar dan Nakir sudah datangkah menyoal Abang Hamid, hati saya bertanya. Kata orang, selepas tujuh langkah kita tinggalkan pusara, maka akan datanglah dua malaikat itu untuk menyoal si mati. Kalau bagus amalannya semasa hidup, berbahagialah. Tapi kalau bergelumang dengan kemungkaran, bersiap sedialah…

Saya teringat cerita kononnya ada orang yang menekap telinga ke kubur dan dengar bunyi dentuman tapak kaki di dalam. Konon cerita, lepas itu terdengar pula bunyi hentaman dan si mati menjerit-jerit.

Eee…. seramnya. Macam mana agaknya rupa Munkar dan Nakir. Besarkah badannya, garangkah rupanya atau berjubah dan maniskah wajahnya ? Kalau dibelasahnya kita, tentu sakitnya tak terperi. Kalau lipan, jengking datang habislah kita disepit. Nak lari tak boleh, nak mengadu tak boleh, kita seoranglah menanggung sakit pedih. Astaghfirullahal’azim…

Saya masih lagi duduk melangu di pinggir kubur Abang Hamid. Jiwa muda saya makin menggaru-garu. Kian lama saya termenung kian ia mengganas dan mengacau fikiran.

Pergi… pergi sekarang ! Johar, masa inilah kalau nak cuba . Kawan- kawan dah tak ada, cepat, ia berbisik di telinga saya.

Jari-jemari saya bergerak-gerak. Lutut dah mula menggeletar manakala kepala rasa berpusing. Saya beristighfar beberapa kali mententeramkan jiwa yang bergelora, namun bisikan itu makin kuat berkumandang di telinga.

Cepat, cepat, cepat ! Inilah masanya. Johar, apa engkau tunggu lagi ? ‘ Kan engkau nak tau sangat, jangan tercegat lagi. Kau takut ? Allah, bukannya kena tangkap, bukannya boleh mati …

Jadi bisu ? Sakit, lepas tu mereng sampai mati Jangan pedulilah, tu cerita orang saja. Entah ya entah tidak. Engkau orang muda, kuat semangat, apa nak takut. Cepat Johar, cepat, cepaaaaat!

Dimulai lafaz Bismillah dan selawat kepada Nabi, saya terus bangun dan terjun ke dalam kubur di sebelah pusara Abang Hamid. Ia baru saja digali sebab di sini, kami biasanya sudah gali lebih kurang 10 kubur sebagai persediaan. Maklumlah, Bakri ni kawasan besar, kalau ada banyak kematian sekali gus, taklah timbul masalah.

Di dalam lahad saya berbaring dan meratib, lailahaillallah, lailahaillallah, lailahaillallah…

Saya pejamkan mata, menggigil tengok dinding lahad di depan mata. Bau tanah dan sempitnya ruang di dalam lahad itu menyebabkan saya betul-betul gemuruh.

Munkar, Nakir, ular, jengking, api tinggi menggulung, nanah, darah dan segala seksaan yang pernah didengar daripada guru-guru agama terbayang di depan mata.

Saya juga teringat pada alunan suara seorang wanita membaca al-Quran dari salah sebuah kubur di sini yang saya dengar beberapa bulan lalu. Jeritan, tangisan dan raungan dari kubur-kubur lain yang didengar pada malam-malam selepas itu juga pantas menyerbu fikiran.

Suara-suara aneh dari kubur itulah yang sebenarnya menggaru-garu jiwa saya untuk menyaksikan sendiri keadaan di alam barzakh. Bunyinya memang gila, mana boleh manusia hidup menyeberangi ke alam barzakh, tapi saya ingin juga merasainya.

Lailahaillallah

Lailahaillallah

Lailahaillallah

Saya terus meratib dan meratib hinggalah tiba-tiba dunia menjadi kelam dan sedetik kemudian bergema satu bunyi yang amat menakutkan.

GGRUUMMM… PPPRRAAAPPP!!
Tanah di kubur Abang Hamid tiba-tiba bergerak. Setelah itu satu lagi sisi tanah kuburnya berganjak diiringi bunyi yang amat menggerunkan.

“Ya Allaaaaahhh… apa yang berlaku ini ? ” saya menggeletar kerana bunyi itu datang dari dua arah dan saling rapat merapati. Air mata seperti hendak mengalir.

GGGRRRRUUUMMM…

Tanah di kubur Abang Hamid bergerak lagi saling himpit menghimpit. Saya menggigil mendengar bunyi itu yang dentumannya lebih dahsyat daripada tanah runtuh. Saya cuba menekup telinga kerana tidak tertahan dengan bunyi yang bingit itu, tapi tangan saya tiba-tiba kaku..

Ingin saja saya melompat dari kubur, pun demikian kaki bagai dipaku ke tanah, tak dapat bergerak akibat terlalu terkejut.

ARGGHKKK… ERRRKKKKKKK

Terdengar pula suara seorang lelaki mengerang. Suaranya laksana dia sedang menahan kesakitan yang amat sangat tapi seperti tersekat di kerongkong. Nafas saya sudah tidak tentu arah, takut yang amat sangat.

AARRKKK… UUURRRKKGGH!!!

Saya menggigil apabila dia mengerang-ngerang lagi. Perasaan simpati tak dapat dibendung. Ingin rasanya saya menarik lelaki itu keluar daripada terus dihimpit, tapi di sebelah saya cuma lapisan tanah yang tidak mampu ditembusi.

Saya masih lagi terbaring dengan nafas turun naik apabila tiba-tiba… PPPR-RRAAPPPPP!!!… bunyi papan patah berderai.

PRRAAKK… TTAAPP… PRRAAPP!

Kepingan demi kepingan papan tersebut patah hingga hancur berkecai lalu disudahi dengan suara lelaki tersebut mengeruh. Serentak itu, kedengaran pula tulang-temulang patah !

Air mata saya meleleh. Di ketika ini hati saya berkata, mungkin inilah yang Nabi maksudkan bahawa tanah dan dinding kubur akan menghimpit tubuh orang-orang yang mengkufuri Allah hingga berselisih tulang selangkanya. Aduh, tidak terbayang peri sakitnya lelaki yang sedang mengerang itu. Jantung saya bagai hendak tercabut dan darah terasa kering apabila mendengar dia mengerang-ngerang dan tulang-temulangnya patah berderap-derap.

Di saat saya terbungkam dengan apa yang berlaku, tiba-tiba satu deruan angin yang amat dahsyat datang menerpa. Desingannya menyakitkan telinga. Seiring dengan ribut taufan itu juga, hadir sesuatu berwarna hitam seperti asap, makin lama makin membesar lalu membentuk lembaga hitam yang teramat besar. Di tangannya tergenggam sebatang besi yang sedang membara, merah menyala.

Tiba-tiba lembaga itu menghayun besi tersebut. Pantas saya menepis, namun sebaik besi itu menyentuh lengan, saya menjerit kesakitan. Aduh, panasnya menyebabkan kulit tangan saya ini bagai tersiat dan dagingnya masak.

“ARGGGHHHH” Jangan pukul aku lagiiiii!!!” saya meraung apabila lembaga itu memukul kaki saya.

Saya cuba mengelak, tapi pukulan itu tetap singgah ke sasaran. Bagai hendak tercabut anak tekak saya menjerit kerana kehangatan besi itu membakar daging paha saya.

“Arrgghhh… sakit, sakiiittt!!” saya meraung-raung, tapi lembaga hitam besar hingga sayup mata memandang itu terus menghayunkan besi panasnya ke kepala, kaki, tangan, badan dan perut saya.

Dalam pada itu, tanah di kubur sebelah terus-terusan bergerak himpit menghimpit. Bumi tempat saya berpijak bergegar hebat laksana dilanda gempa.

Suara lelaki mengerang dan tulang-temulangnya patah berderap bagai dahan sekah, tetap kedengaran. Dalam hati saya meraung, matilah aku kejap lagi, patahlah tulang aku, renyuklah badan aku dibelasah dengan besi panas.

Saya menjerit, menepis, mengelak hinggalah tiba-tiba saya terasa sesuatu yang amat sejuk menyimbah ke tubuh saya. Serentak itu lembaga hitam hilang entah ke mana dan bunyi bumi bergegar serta lelaki mengerang lenyap serta-merta. Suasana terasa hening.

“Johar… Johar !! ” sayup-sayup nama saya dipanggil.

Dengan susah payah, saya membuka mata. Tapi saya tidak larat, badan terlalu letih. Wajah seseorang berbalam-balam di mata.

“Johar… bangun, bangun!” nama saya dipanggil lagi, badan digoncang-goncang.

Saya buka mata sedikit. Ooo… rupa-rupanya Bakar. Bersama-sama Pak Dollah, mereka mengangkat saya keluar dari kubur.

Selepas diberi air, badan dikipas, barulah saya segar semula. Bakar beritahu, selepas menunggu lama di pondok, dia dan Pak Dollah serta mandur mencari saya untuk membayar wang kerja lebih masa. Lama mencari, akhirnya dia jumpa saya di dalam kubur sedang bersilat seorang diri.

“Engkau menepis sana , mengelak sini. Habis tanah kubur tu engkau tumbuk.. Aku ambil air. Aku simbahlah,” kata Bakar sambil menunjukkan baldi yang digunakannya lalu disambut gelak tawa kawan-kawan.

Saya hanya tersenyum tawar. Tak terdaya saya hendak ceritakan apa yang telah berlaku sebentar tadi, bimbang mereka tidak percaya.

Selepas kejadian itu saya terlantar selama beberapa bulan akibat badan penuh dengan lebam-lebam. Mungkin lebam akibat menumbuk dan menendang tanah, mungkin juga akibat pukulan besi panas itu. Saya juga dibawa berjumpa bomoh untuk memulihkan semangat.

Keluarga dan kawan-kawan menggeleng kepala dengar cerita saya. Mereka berebut-rebut menyuruh saya menceritakan pengalaman menakutkan itu. Ada yang insaf, ada juga yang mengatakan semua itu karut, mainan syaitan, mimpi dan igauan semata-mata.

Lantaklah apa kata mereka, tapi saya puas hati. Akhirnya saya telah saksikan sendiri seksaan di dalam kubur. Sama ada apa yang dilihat itu adalah keadaan yang sebenarnya berlaku di alam barzakh atau hanya mimpi semata-mata akibat terlelap semasa meratib, itu saya tidak kisah.

Yang penting keinginan untuk menjengah alam itu telah tertunai.

Peristiwa pada pertengahan 1970-an itu telah memberi keinsafan yang benar-benar mendalam di hati saya. Sesungguhnya janji ALLAH itu benar…MATI itu benar…SYURGA – NERAKA itu benar….dan…azab kubur …itu juga benarrrr….. Semoga ALLAH terima segala amalan kita dan mengampuni dosa-dosa kita…. AMIN YA RABBAL A’LAMIN

(Diceritakan sendiri oleh Tok Johar)

Ali

Bukan 100,000 hadir kahwin anak Ketua Menteri Melaka, Ali Rustam. Bahkan lebih. Ada yang istimet hingga 130,000.

Satu kenduri kahwin yang meriah. Bahasa sekarang, kahwin mega.

Anak Raja England pun tidak kenduri sehebat itu. Tetapi tidak mustahil bagi nikah anak Muammar Gadaffi. Anak Raja England tidak terdaya menghadapi audit  jika nikah seramai itu. Tidak ada masalah bagi nikah anak Gadaffi kerana ia tidak perlu  audit.

Yang kenduri itu Ketua Menteri Melaka. Mewahnya membayangkan apa yang diceritakan dalam kisah meminang Puteri Gunung Ledang. Hantaran dan emas kahwin yang Puteri itu tuntut daripada Sultan Melaka lebih besar daripada peruntukan yang dijangka bagi bertunang puteri Perdana Menteri Najib dengan putera isteri Presiden Asia Tenggah. 

Raja Melaka naik takhta tidak atas undi rakyat, menolak tuntutan yang menggunung yang lebih diperlukan oleh rakyat berpendapatan rendah. Ali Rustam yang naik atas undi rakyat miskin, dalam suasana Ketua Audit Negara tidak teragak-agak mendedahkan laporannya, dia terdaya mengadakan sambuntan nikah yang Sultan Melaka pun tak tergamak melakukannya.

Tiada larangan fikah mana-mana mazhab bagi kenduri sebesar itu kiranya yang kahwin itu anak Qarun. Sekalipun cateringnya RM200 sekepala, pendapatan seharinya  lebih daripada itu.

Tetapi yang menjadi persoalan, tetamu yang hadir itu semuanya makan. Jika yang hadir itu sekadar bersalam, lepas itu balik, tiada masalah. Yang hadir semua makan. Maka ia mendatangkan fitnah.

Jika satu kepala RM20, untuk 100,000 kepala jadi dua juta ringgit. Belum termasuk semua perbelanjaan. Mungkin tidak banyak bagi Ali Rustam, tetapi ia tetap ditakwil. Dari duit mana? Adakah dari baitul mal atau mana-mana sumber negeri?

Titah Almarhum Sultan Idris Shah, Sultan Perak sebelum Sultan Azlan Shah, malu orang Melayu menggunakan orang atau kerajaan untuk menikahkan anak. Maka sanggup bergadai golok menikahkan anak.

Maka kita  cuba percaya Ali Rustam menggunakan duit sendiri. Apapun, tetamu yang seramai itu adalah luar biasa. Patutkah kenduri nikah seluar-biasa begitu?

Belum tentu ia elok. Berbeza dengan orang mati. Jika jenazah seorang mukmin/mukminah diziarahi ratus ribu manusia, ia suatu yang baik. Ia tanda kebahagian. Lebih ramai lebih bahagia.

Apa lagi yang datang itu bersolat jenazah dan mengiringkannya ke kubur. Tambah bahagialah si mukmin itu.

Tetapi bagi perkahwinan mega, banyak tetapinya. Ibu bapa pengantin memerlukan satu rasa rendah diri yang tidak terperi. Yang dilakukannya adalah untuk mendapat kerdhaan Allah. Tetamu yang berduyun-duyun datang bagi merestui perkahwinan, moga-moga doa sekalian memberkati perkahwinan itu.

Jika perkahwinan itu oleh wali-wali yang ikhlas dan merendah diri, matlamat kenndurinya diliputi barakah. Persiapan kahwin itu dari duit dan rezeki yang berkat. Jamuan yang barakah adalah serba sederhana, tetapi justeru barakahnya ia boleh dimakan oleh ratus ribu tetamu.

Nasi dan lauk hanya beberapa  kawah, tetapi ia cukup untuk seramai mana saja yang hadir. Biasa kenduri wali seperti ini tidak menjemput tetamu yang ramai, memadai diumumkan di masjid saja supaya datanglah beramai-ramai. Kadang-kadang yang dilihat ramai itu ialah malaikat.

Yang makan hanya manusia. Malaikat nampak meramaikan itu tidak makan. Kalau kenduri rumah Ali Rustam itu kenduri wali yang  diberkati, maka yang dilihat beribu-ribu itu antaranya malaikat.

Oleh sebab wali tidak ada dalam masyarakat sekular, yang ramai di rumah Ali Rustam itu adalah manusia. Maka bagi memuaskan supaya hati tidak berkata-kata, Ali mesti diaudit, duit apa yang digunakananya. Kerana  dia  Ketua Menteri, dia kena akauntabiliti.   

takziah

Dengan Nama Allah, Maha Pemurah Maha Penyayang

Assalamualaikum wrt wbth

Yang Berbahagia,
Saudara Ketua Pengarang,
Utusan Malaysia.

SOROS, SAMAN MALU DAN SALAM TAKZIAH

Sejak kecil saya adalah pembaca setia Utusan. Di Kelantan, dulu Utusan sampai belah petang.

Pulang dari sekolah, sejak darjah tiga, singgah di kedai depan Sekolah Kota, sekolah saya, membimbit Utusan dan menekuninya dari laman ke laman.

Malangnya, untuk tujuh lapan tahun ke belakang, setiap kali menatap Utusan, saya merasa seakan diperlakukan sebagai pembaca terbantut akal – tidak mampu berfikir. Terasa diri diperbodohkan.

Malang, bagi sebuah institusi media yang disegani, dibina oleh pelopor dan pejuang awal, akhirnya tertiarap di kamar Mahkamah atas satu isu demi satu isu yang lain.

Hampir saban minggu Utusan didakwa atas pelbagai saman malu, fitnah dan berita bohong.

Terakhir, pengakuan Sdr Chamil Wariya, Utusan telah mengubah cerpen gubahan Chamil. Serendah itu, Utusan menjatuhkan dirinya…?

Penjuelasan beberapa paderi atas laporan Utusan yang membarakan api permusuhan agama, menjadikan Utusan kelihatan sebuah mesin propaganda murahan yang rendah mutu dan kehilangan kompas akhlak.

Saya tidak fakir itu baik untuk negara dan khususnya ummat Melayu.

Pendedahan kian tersebar bahawa PM Datuk Seri Najib menemui Soros secara diam-diam di US sewaktu Utusan menghayun serangan bertubi-tubi terhadap pelbagai pihak sebagai agen Soros untuk tujuan buruk, menemplak Utusan dengan cara yang amat menghiris maruah dan integriti.

Belum lama laporan muka depan Utusan ‘Lagi Kaitan Soros’. Kenapa Utusan tidak sanggup memuka depankan laporan pertemuan itu? Najisnya Soros pada mata Utusan seharusnya tidak membedakan sesiapa.

Bertemu, bersua muka dan ‘secara sulit beragenda’ dengan Soros, tanpa dimaklumkan kepada rakyat jelata, mejadi sebesar-besar tanda tanya: ‘dalam poket Soros kah pemimpin kita?

Apakah yang dibincangkan? Apa pentingnya PM yang baru memegang jawatan menemui ‘Penyangak Yahudi’ (Seperti logic di ketengahkan Utusan) seperti Soros?

Tidak dapat tidak kita memerlukan pendekatan rasional dan manipulasi keterlaluan akhirnya hanya menjerat leher pemasang jerat itu sendiri.

Lebih menghibakan, sekali sekala terkilas laporan muka depan Utusan berunsur seks (yang dipolitikkan) yang sangat keterlaluan. Sampai kesannya kepada generasi muda dan anak-anak kecil parahnya tidak dapat lagi dijangkau.

Sedang, pembaca jelik itu termasuk anak cucu Sdra Ketua Pengarang sendiri, anak cucu Pengerusi dan Ahli Lembaga Pengarah Utusan, mungkin terbentuk dengan bentukan liar sepanjang hayat mereka. Tidakkah terbetik di hari sdra-sdra kecemburuan terhadap runtuhnya nanti akhlak generasi yang masih putih bersih itu lantaran kegelojohan membinasakan ‘lawan’ dengan laporan-laporan resam Melayu pun menolak, apa lagi nas Tuhan.

Masih belum terlambat kembali ke pangkal jalan. Laporan berprestasi, profesional danethical.

Di dunia mendapat sanjungan, di sisi Tuhan nanti tidak terlaknat.

Islam selamanya meletakkan kebenaran, kejujuran, menolak aib, permusuhan dan keterlaluan dan itu kekal sebagai jalan selamat, bermaruah dan terhormat.

Maafkan saya,

Husam Musa
Kota Bharu,
Kelantan

25 Zulkaedah 1433 / 11 Oktober 2012

pra PSPM PDT III KMS-hehdi 2012/13