Sabtu, 5 Januari 2013

Jual ilmu


Di akhir zaman ini, wa bil khusus di negeri ini bertaburan yang namanya Motivator, Trainer, Pembicara, Ustadz, Da’i, Guru, Mursyid, Konsultan, Therapist, Kyai, Syekh, Habib, Penulis Best Seller, dan lain sebagainya. Tapi uniknya, akhlak penduduk di negeri ini “sepertinya” malah kian terpuruk ya. Why?
Dalam pengamatan saya yang rendah ini, jika tujuan seseorang berbagi ilmu atau mencari ilmu adalah penghasilan, uang, atau dunia, maka ketahuilah bahwa “uang” itu energinya rendah sedangkan ilmu itu energinya sangat tinggi. Sehingga jika tujuan kita adalah uang maka kita tak akan pernah sampai kepada ilmu tersebut, apalagi sebuah ilmu yang dapat membentuk karakter dan di amalkan di kehidupan sehari-hari, hmm bagaikan asap jauh dari panggangnya.
Sehingga perlu disadari bahwa“uang” bisa menjadi hijab (penghalang) terbesar antara ilmu dan amal, antara hidayah dan kehidupan nyata. Uang bertambah, ilmu bertambah, tapi amal dan hidayah menurun drastis di kehidupan. Na’udzubillahi min dzaalik.
Nah, menurut Anda, untuk apa sih ilmu itu? Apakah untuk diamalkan, diajarkan, didebatkan, disombongkan, diadukuatkan, dipamerkan, atau diperjualbelikan? Apakah ilmu itu sebuah komoditas atau sebuah alat yang mendasar yang tidak boleh diperjualbelikan?
“Barang siapa yang belajar suatu ilmu yang seharusnya dilakukan dengan ikhlas, tetapi dia menuntutnya demi mencari keuntungan dunia darinya, maka dia tidak akan bisa mencium baunya syurga pada hari akhir” (H.R. Abu Daud).
Sahabatku yang berhati lapang, kini sebagian dunia pendidikan pun lebih mirip membangun bisnis perdagangan dibandingkan pembangunan karakter anak bangsa. Kompetensi yang dimiliki guru pun didagangkan dan ditukar dengan sejumlah uang (SPP) yang dibayarkan oleh orang tua murid di setiap bulannya.
Tak heran bila banyak guru yang kehilangan “magnet” digugu dan ditiru , bahkan justru banyak murid yang culangung alias kurang ajar kepada para gurunya karena mereka menganggap “guwa kan sekolah di sini bayar muahhaal ”.
Nah, karena iklim yang terlanjur dibangun di dunia pendidikan kita adalah “menuntut ilmu sebagai sarana mencari nafkah” , baik untuk guru atau untuk murid-muridnya, maka ketika pemerintah mengadakan program “Pendidikan Gratis” maknanya justru menjadi “Pendidikan tidak Berkualitas”.
Padahal, dalam sejarah pemerintah Islam, pendidikan itu gratis, namun demikian para Guru/Ustadz/Ulama nya adalah orang-orang yang sangat dihormati. Hal ini terjadi karena orientasi guru dan murid sama, yaitu menuntut dan mengajarkan ilmu itu untuk membangun karakter/akhlak dan akidah demi keselamatan di dunia dan akhirat, dan bukan untuk mencari nafkah semata.
Sahabatku, coba perhatikan fenomena tawuran di negeri ini, tawuran justru banyak terjadi di dunia pendidikan. Selain tawuran masih banyak kejahatan yang terjadi di dunia pendidikan, seperti : nyontek berjama’ah, zina antar pelajar, zina antar guru dan murid, penyebaran film porno, jaringan narkoba, dan korupsi yang sudah dianggap wajar oleh sebagian guru.
Yang uniknya adalah orang tua murid pun kadang lebih sedih bila anaknya tidak bisa matematika dibandingkan tidak bisa jujur, tidak bisa berhenti di kala lampu merah menyala di lalu lintas, dan tidak bisa ngantri dengan benar .
Saking sibuknya sebagian para guru, murid, dan ortu murid dalam hal mengejar target, nilai, pengakuan, penghargaan, kompetensi, dan reputasi sekolah, maka akhlak dan karakter anak bangsa pun dikorbankan hidup-hidup.
Sebagian dari mereka berpendapat : lebih baik nyontek berjama’ah ketika UN daripada reputasi sekolah hancur karena nilai UN akumulatif sekolah tidak sesuai target. Padahal jelas-jelas pesan Nabi itu  “Mencari Ilmu” dan bukan “Mencari Nilai”. Biasanya, mencari ilmu itu untuk diamalkan, sedangkan mencari nilai itu untuk dipamerkan, right ?
Sahabatku, “tholabul ‘ilmi” sering diartikan “mencari ilmu”, dan itu benar. Tholabu berasal dari kata tholaba   yang artinya menuntut atau “meminta”.
Sehingga hakikat “tholabul ‘ilmi” adalah “mencari ilmu dengan carameminta kepada yang memiliki ilmu” dan bukan “mencari ilmu dengan cara membeli kepada yang memiliki ilmu”. Adapun memberi ilmu kepada yang memintanya adalah kewajiban,  tentu saja disesuaikan dengan kondisinya.
Yang penting adalah jangan sampai kita tidak jadi memberikan ilmu hanya lantaran si peminta ilmu tidak sanggup membayar atau membeli ilmu yang kita miliki sesuai dengan harga yang kita tetapkan. Padahal ilmu “rahasia kehidupan” itu sangatlah mahal, sehingga bisa jadi sebesar apapun harga yang kita tetapkan maka kita telah “merendahkan ilmu yang kita miliki”.
Allaahu Akbar, nah jika seorang pembicara ketika ia berbicara menyampaikan ilmunya lalu yang terbayang di otaknya adalah “uang atau bayaran tertentu” maka bayangan itu bisa menutup vibrasi / energi ruhani spiritual yang seharusnya terpancar dari jiwa si pembicara kepada para audiennya.
Nah, bagaimana baiknya? Indahnya sih bila suatu saat dalam dunia “pendidikan”, “training spiritual”, apalagi “ceramah agama”, tidak ada lagi istilah “bayar”, bahkan kalau perlu tidak ada lagi istilah “gratis” , tapi sama-sama sadar dan saling mengerti antara pembicara, pendidik dengan para pendengar dan murid-muridnya.
Misalkan, pembicara memberikan ilmunya karena Allah, dan si pendengar pun mendapatkan ilmu dan hidayah dari Allah, dan bukan dari si pembicara. Pembicara hanyalah washilah di dunia fisik saja.
Setelah si pendengar mendapatkan ilmu dan hidayah dari Allah, maka si pendengar dengan rela hati memberikan hadiah berupa apa saja yang baik kepada si pembicara, memberikannya karena Allah dan bukan karena ilmu si pembicara. Diberikan sesuai kemampuan, dengan membesarkan tekad dan niat di jalan kebaikan, dan besarnya tidak ditentukan oleh si pembicara. Insya Allah berkah. Alhamdulillah.
Wallahu a’lam

hutan


Assalamualaikum dan selamat sejahtera, bila sebut padang pasir mesti ramai di antara kita yang dapat bayangkan bagaimana keadaan padang pasir bukan? tapi bagaimana pula boleh adanya hutan di bawah padang pasir di Arab Saudi? Tengok ni
Subhanallah! bagaimana pokok-pokok ini dapat hidup di bawah padang pasir yang gelap? dan hidup subur? semuanya menjadi tanda tanya. Adakah salah satu tanda kiamat?

besau


Assalamualaikum dan selamat sejahtera, inilah lelaki yang dikatakan lelaki terbesar di dunia. Nama beliau ialah Leonid Stadnik dan tinggal di Ukraine. Meh tengok gambar ni
Kan? Memang besar! dikatakan ketinggian lelaki ini adalah 2.57M dan beratnya pula ialah lebih kurang 200kg. fuu~

citer misteri

 1. Sepanjang pertunangan, dia tidak pernah ajak berbincang cara nak bentuk keluarga solehah. Tetapi, asyik fikir mana nak bulan madu. Nak buat teknik macam2 lah. Saya putuskan pertunangan kerana merasakan dia tidak boleh bimbing saya soal agama.

2. Malam pertama saya berendam airmata kerana suami melarikan diri selepas akad nikah. Dia bergaduh dengan ibubapa saya kerana soal wang hantaran dan mas kahwin. Malam itu, dia keluar kononnya nak pergi beli rokok, tetapi sampai subuh tak pulang. Kami bercerai 3 bulan kemudian.

3. Selepas 3 bulan nikah baru saya berpeluang ikut suami yang bertugas di Sabah. Saya hairan tengok rumahnya nampak kemas dan berhias cantik.Apabila saya gelidah satu almari di bilik tetamu, penuh baju perempuan.Puas ditanya baru dia mengaku selama ini dia duduk serumah dengan kekasihnya. Saya lari balik Semenanjung. Dia tidak pujuk. Lepas pantang saya terima surat cerai. Dia tidak pernah tahu macam mana rupa anaknya.

4. Beli cincin pertunangan duit saya, belanja hantaran pun duit saya.Sekarang duit ansuran rumah, kereta, susu anak, belanja dapur semua di bahu saya. Dia cuma beri benih sahaja.

5. Suami mahu anak ramai dan tidak benarkan saya makan pil. Tetapi, belum pernah sekali pun dia mahu bangun malam buat susu anak/tukar lampin. Kalau alasan penat di pejabat, saya pun bekerja juga.

6. Bapa tak pernah mengajar saya sembahyang dan puasa. Suami pun sama juga. Terpulanglah kepada saya nak dalami ilmu agama sendiri.

7. Ramai menuduh saya jahat apabila bercerai dahulu. Bekas suami memang nampak warak, tetapi siapa pun tidak tahu saya merana kerana suami mahu seks tiap2 malam dan suka liwat saya.

9. Suami tetap mahu walaupun ketika saya datang bulan. Jika tidak dituruti dia mengancam mahu cari perempuan lain.

10. Saya dipukul suami ketika mengandung anak kedua dahulu kerana saya tidak mahu beri dia duit yang saya kumpul untuk belanja bersalin. Dia penganggur dan gila main muzik sahaja. Duit tu dia nak beli gitar.

11. Bekas suami saya dahulu memang kacak, kaya dan berkedudukan. Namun, saya lebih rela bercerai kerana dia ketagih hubungan seks sesama jenis.

12. Saya rasa benar-benar terhina kerana suami mengabaikan keluarga apabila asyik bercinta dengan maknyah.

13. Hancur hati saya apabila terserempak suami memakai coli dan seluar dalam saya Rupa2nya dahulu dia maknyah dan berkahwin dengan saya kerana menuruti kehendak emaknya.

14. Suami tidak pernah azan atau qamatkan kedua-dua anak kami sebaik sahaja dilahirkan dahulu.

15. Suami tidak mengaku anak lelaki bongsu zuriatnya, walaupun muka si anak 99.9% muka dia. Semua kerana suami cemburu sangat pada bos saya. Biarlah dia terus menfitnah saya kalau itu memberi kepuasan kepadanya.

16. Saya dah tak larat menasihati suami supaya sembahyang. Bulan puasa dia suruh saya masak macam biasa. Anak2 keliru melihat gelagat bapa mereka. Saya didik lain, si bapa tunjuk contoh lain.

17. Apabila marah, suami suka mengungkit setiap sen yang dibelanjaa untuk saya, sampaikan tambang haji saya ke Makkah yang dia bayarkan 3 tahun dahulu masih terus diungkit setiapkali bergaduh..

18. Suami tetap mahu saya masak macam biasa, hubungan seks 2-3 x seminggu dan rumah tidak boleh bersepah walaupun saya sedang sarat mengandung..

19. Setiap kali mengandung, pandai2lah saya berjimat cermat untuk belanja bersalin. Apabila dah sampai waktu nak beranak, kemas kain baju sendiri, tahan teksi, pergi hospital sendiri. Jika nasib baik, suami jemput, kalau tidak pandai2lah saya balik rumah dengan anak.

20. Memang saya bengkak kerana suami sanggup memaki hamun saya depan anak kerana tidak memandu berhati2 sehingga kemalangan dan merosakkan kereta kesayangannya.

21. Siapa tidak sayang emak. Tetapi, saya tidak boleh tahan kalau suami sanggup bergolok-bergadai semata2 mahu penuhi hajat emaknya yg berselera besar. Duit gajinya tak pernah cukup sebab bayar hutang kad. Terpaksalah saya menyara anak2.

22. Kalau anak nak minta duit beli buku sekolah, suami asyik kata takde duit. Kalau nak beli joran dan umpan, ada pula. Saya perhatikan saja gelagat. Nak tengok sampai setakat mana lemaknya.

23. Suami gila beli nombor ekor. Biasanya, dia suka tulis angka 1-10,letak di dalam mangkuk buat cabutan. lepas tu kalau ada nombor yg mengena, 2-3 hari tak keluar bawak teksi.

24. Tabiat suami saya memang pelik. Kalau ada masalah saja mesti cari bomoh, lepas itu tanam macam2 jenis tangkal, mesti dia nak pergi bersangkak .

25. Sewaktu bercinta mmg saya tahu suami kaki judi tetapi dia berjanji nak berhenti lepas kahwin. Tak cukup gaji, barang kemas saya digadaikan. Orang datang tuntut hutang perkara biasa ~ pernah rumah kami dibaling tahi.

26. Ketika bapa meninggal dunia dulu, baru kami tahu dia ada 3 isteri lain dan anak masih kecil. Rupa2nya selama ini emak tahu arwah suka kahwin cerai di merata2 tempat. Emak tidak peduli, asal arwah tidak menganggu hidupnya.

27. 3-4 bulan suami hilang itu perkara biasa. Kadang2 sampai setahun. Saya tak perlu cari kerana tahu mesti dia di Serenti.
Biasanya, dia kena serkup waktu tengah tarik ganja dengan kawan2.

28. Anak ke-3 kami terencat sedikit. Suami penagih kronik dan sekarang dah ada tanda2 HIV.

29. Suami saya memang warak. Sembahyang tak pernah tinggal. Tetapi, saya tidak boleh tahan panas barannya. Kalau marah, habis dibaling barang2 rumah. Kalau pukul, anak dibaling macam bola.

30. Pernah saya nasihat suami jangan suka terima rasuah. Dia degil. Mula2 cuma hamper, kemudian barang kemas. Akhir sekali duit berpuluh2 ribu. Apabila dia kena cekup polis saya nak kata apa? Terpaksalah saya sara anak sementara dia di dalam penjara.

31. Sejak berniaga, suami gila karaoke. Kononnya nak rai pelanggan. Kesudahannya dia yang sangkut dengan GRO Filipina di situ. Sekarang perniagaanya lingkup dan dia dah ikut perempuan Filipina tu balik negeri. Dengar khabar dah dapat anak luar nikah.

32. Dulu hidup kami senang juga. Tetapi, selepas suami kena buang kerja sebab ketagih dadah dan selalu ponteng kerja, terpaksalah saya kerja kilang nak sara anak2.

33. Kalau seronok beristeri muda, mengapa mesti nak banding2kan kehebatan si madu di ranjang dengan saya? Tak puas lagi menyakitkan hati saya selama ini?
034. Kami memang miskin. Saya buat macam2 benda untuk tambah pendapatan. Jualan langsung, buat kuih, jual nasi lemak, jaga anak orang, upah sembat baju kurung. Suami saya lain pula ceritanya. Malam jadi jaga.. siang dia kerja tidur atau melangut di kedai kopi.

35. Bab duit ringgit saya tak nafikan suami memang bertanggungjawab. Saya dapat banglo besar, kereta besar, belanja mewah. Tetapi jiwa saya kering. Suami sayang anak, tetapi masih membiarkan saya melihat gigitan cinta perempuan lain di badannya.

36. Pakcik saya memang hebat sewaktu muda. Kacak, bijak dan kerja besar. Isteri 2-3 orang, kekasih keliling pinggang. Anak ramai. Tetapi selepas pencen, dia papa kedana sebab duit KWSP habis bayar hutang. Kesudahannya, semua isteri minta cerai dan anak lenyap. Akhirnya dia mati seorang diri di katil hospital wad kelas tiga. Jenazahnya di urus abang saya dan pihak hospital.

37. Saya bekerja, suami bekerja. Tetapi, apabila pulang dari pejabat, suami terus capai kunci motor besarnya, merambu dengan kawan2 macam orang muda sampai tergadai Maghrib dan Isyak. Tinggallah saya di rumah sorang diri terkial-kial menguruskan anak.

38. Walaupun sudah lama masuk Islam mandi hadas? Saya masuk Islam kerana mahu kahwin dengan suami. Tetapi dia tidak pernah sekali pun beritahu saya perlu mandi hadas selepas bersetubuh atau datang bulan. Dia sendiri pun tak pernah buat.

39. Bagi saya perkahwinan sebenarnya lebih menguntungkan lelaki kerana mereka dapat buktikan kejantanan kepada kawan2 apabila isteri hamil, dapat pengurus tetap menjaga kain baju mereka, dapat tukang masak percuma, dapat joli lebih sebab isteri juga bekerja dan bantu sara keluarga serta dapat seks halal. Isteri dapat apa? Tugas bertambah dan silap haribulan berendam airmata

40. Selepas 15 tahun berkahwin, rasa2nya gelaran saya sudah berubah. Dahulu isteri sekarang pengurus anak-anak. Hubungan dengan suami amat dingin. Kami hanya bercakap perkara penting sahaja. Hubungan seks hanya 2-3 bulan sekali. Itupun saya yang terhegeh-hegeh . Saya pelik benar kerana dia bukan kaki perempuan dan memang confirm tiada isteri lain.

P.S Sama2 kita muhasabah diri supaya tak tergolong dalam golongan di atas...wanita juga perlu berusaha menjadi yang terbaik untuk suami

Khamis, 3 Januari 2013

berapo se?

Ada seorang bapa datang ke kedai, melihat-lihat seperti pelanggan lain. Aku menerjahnya, "Pakcik, laptop..." - dia tersenyum dan masih melihat-lihat laptop yang ada di kedai. Aku menyambung lagi, "Nak beli untuk anak ke?", "Ya, nak beli untuk anak - dia nak sambung belajar - laptop yang mana yang ok?". Aku mempromosi barang seperti biasa - aku biasanya mengsyorkan yang paling murah. "Kalau nak yang bagus mahal pakcik - tapi kalau setakat nak buat belajar yang nie lah, Samsung - seribu seratus lebih je...". Dalam aku bercakap dengan dia, dia banyak diam dan seperti berfikir. Sedikit lama dia terdiam, dia membuka mulut "Nanti saya datang balik ya, duit tak berapa nak ada lagi ni..." - pergi dengan suatu perasaan yang lain.

Aku dengan rutinku berkerja setiap hujung minggu sahaja, kebetulan - aku duduk di kaunter menunggu pelanggan - dia datang semula ke kedai, tapi dengan anaknya - perempuan. "Yang mana ya yang haritu, ada lagi tak?", "Yang nie Samsung haritu, tapi yang nie stok baru - harga sama je", aku menyambut soalan nya. Dia bertanya kepada anaknya, "Yang nie ok ke dik?" - "Ermmm, ok ke nie murah je - karang rosak karang susah..." jawabnya dengan muka yang kurang puas hati - anaknya seperti menginginkan yang lain yang lebih mahal. "Yang acer nie x boleh ke ayah?", ayahnya terdiam seketika dan menyambut dengan negosiasi, "Yang acer nie berapa boleh murah lagi?" - "Yang tu tak dapat dah pakcik,... Dah harga kos dah tu..." aku dengan rasa geram namun masih dalam nada yang baik menyambung lagi, "Dik, nak laptop untuk belajar kan... Rasanya kalau untuk belajar - yang nie lebih dari cukup - rosak tak payah pikir sangat - warenti setahun.". Aku mengeluarkan kata-kata tersebut atas dasar aku seperti mengerti kerut wajah bapanya.

"Oklah, yang ini." jawab anaknya. Sedang aku menulis resit dan membungkus laptop dari meja 'display' - aku terpandang bapanya yang mengira duit untuk membayar - aku nampak dompetnya kosong - habis semua duit digunakan untuk membayar laptop. Dia menyerahkan duit kepadaku dan aku mengiranya semula - dia melihat tanganku yang mengira. Habis aku mengira - wang aku masukkan dalam cash drawer, "Cukup duit tadi dik?" - "Cukup, Terima Kasih ya...". Dia dan anaknya meninggalkan kedai. Aku hanya menahan airmata mengira duit yang diberikan - RM1, RM5, RM10 dan hanya sekeping RM50. Aku membayangkan dari mana si ayah mencari duit untuk membeli sebuah laptop untuk anaknya - penuh harapan.

Aku geram kepada anaknya - seperti dia tidak tahu ayahnya bagaimana - hanya tahu minta. Aku tahu ayahnya tiada duit, dia dah sebut awal-awal pada aku, aku nampak airmukanya, aku perhati sekeping-sekeping duit yang diserahkan. Aku tahu dia tiada duit pulang ke rumah dan perlu 'mengais' untuk hari esoknya.

Ya Allah, ampunilah segala dosaku, dan (dosa) kedua ibubapaku, dan rahmatilah keduanya sepertimana mereka mendidikku pada waktu kecil. Amin...