Sabtu, 29 Mac 2025

صدقة

 *SINAR ISLAM.*


*SEDEKAH PALING BESAR NILAINYA KTIKA KITA SDIRI SEMPIT.*


▪️Dlm dunia hari ini, semua org sedg brlumba2 utk myimpan. Simpan *duit,* simpan *tenaga,* simpan *masa.* Tak ramai yg *sggup mberi,* apath lagi ktika diri sdiri sedg dihimpit sempit. Tapi tahukh kita, saat trbaik utk bsedekah bukan ktika *kita senang?* Tapi ktika hati sedg *diuji,* dompet sedg hampir kosong & jiwa sedg brgelut dgn ujian hidup.


▪️Rasulullah SAW pernah bsabda: "Sdekah yg paling utama adalh sdekah oleh org yg memiliki *sdikit."* (HR. Abu Dawud). Hadis ini mgajar kita satu pkara, ALLAH mlihat *keikhlasn & pgorbanan,* bukan jumlah.


▪️Zaman Nabi, ada seorg shbat *miskin* yg tetap mahu *myumbang* dlm perang Tabuk walaupn dia tiada apa2. Dia mbawa *segenggam kurma.* Shbat lain ktawa krn trlalu sdikit, tapi Rasulullah SAW mnerima dgn penuh *phargaan.* ALLAH turunkn ayat memuji org yg bsedekah walaupn diri sdiri serba *kekurangn.*


▪️Dlm ksempitn itu, kita *diuji,* adakh kita pcaya rezki itu milik ALLAH kita masih *bgantung spenuhnya pd tgn sdiri?* Org yg bsedekah ktika dia mampu, itu *bagus.* Tapi org yg mberi ktika dia tidak mampu, itu *luar biasa.* Itulh sdekah yg mnembusi *langit.* ALLAH tidak akan pernah *mpersia2kn amaln* org yg yakin kpdNya.


▪️Dan sdekah ini tak smestinya dlm bentuk *duit.* Mungkin kita cuma ada *masa,* gunakn utk bantu org. Mungkin kita cuma ada *tenaga,* gunakn utk angkat beban org lain. Mungkin kita cuma ada *doa,* maka jgn kedekut utk mndoakn. Semua itu sdekah.


▪️Kita hidup dlm myrakat yg byk brsaing, tapi *kurg mberi.* Kita nampak org *susah,* kita pandang. Tapi blm tentu kita *bantu.* Pd hal satu bantuan kecil hari ini, blh mjadi *plindung besar* di akhirat nanti.


▪️Masya-ALLAH. Berilh walau sdikit. Hulurlh walau stitik. Krn sdekah itu bukan skadar mringankn beban org lain, tapi ia juga mbuka *pintu keajaibn* dlm hidup kita sdiri. Smoga ALLAH lembutkn hati kita utk mberi & kuatkn jiwa kita utk terus pcaya rezki yg kita lepaskn krn ALLAH, *tidak pernah sia2.*

Selasa, 4 Mac 2025

Sayang الله

 *Sholat, Tapi Pikiran Melayang ke mana- mana... apa ulasan Rasulullah berkenaan hal tersebut*


Pada suatu hari, di dalam majlis Rasulullah ﷺ, seorang sahabat duduk dengan wajah penuh kegelisahan. Matanya menunduk, jemarinya saling menggenggam, seolah ada sesuatu yang berat di hatinya. Ia menghela nafas, lalu dengan suara sedih, ia berkata,


"Wahai Rasulullah, aku ingin bertanya… tetapi aku bimbang, mungkin pertanyaanku ini akan membuatku semakin malu di hadapan Allah."


Rasulullah ﷺ tersenyum lembut, tatapan beliau penuh kasih sayang. "Katakanlah, wahai sahabat ku. Tidak ada pertanyaan yang membuat seseorang hina jika ia bertanya untuk mencari kebaikan."


Sahabat itu mengangkat wajahnya perlahan, matanya mulai berkaca-kaca. "Wahai Rasulullah, aku merasa shalatku sering tidak khusyuk. Kadang aku mengingat urusan dunia, kadang pikiranku melayang entah ke mana. Aku takut shalatku tidak diterima oleh Allah… apakah dengan shalat seperti itu, aku tetap mendapatkan pahala?"


suasana menjadi hening. Para sahabat yang lain menunduk, merasakan kegundahan yang sama. Mereka tahu betapa beratnya pertanyaan itu.


Namun, yang terjadi setelahnya benar-benar tak terduga. Rasulullah ﷺ tidak segera menjawab. Beliau menatap sahabat itu dalam-dalam, lalu air mata mulai membasahi pipi beliau. Para sahabat terkejut, mereka jarang melihat Rasulullah menangis dalam keadaan seperti ini.


Dengan suara bergetar, Rasulullah ﷺ berkata, "Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh syitan tidak akan pernah berhenti berusaha mencuri bagian dari shalat seorang hamba, hingga ia teralihkan. Tetapi ketahuilah… Allah tetap melihat usahamu."


Beliau menarik napas dalam, lalu melanjutkan, "Wahai saudaraku, jika engkau meninggalkan shalat hanya karena takut tidak khusyuk, maka setan akan menang. Tetapi jika engkau *tetap berusaha shalat meski dengan kehadiran pikiran yang mengganggu, ketahuilah… setiap kali engkau berusaha kembali kepada Allah dalam shalatmu, saat itulah Allah menyambutmu"*


Kemudian Rasulullah ﷺ berkata dengan penuh kelembutan, " Bayangkan seorang ibu yang melihat anaknya berjalan ke arahnya, tetapi anak itu sering jatuh dan tersandung. Apakah sang ibu akan marah? Tidak! Ia justru akan berlari menghampirinya, mengangkatnya, dan mendekapnya erat. Itulah Allah… Ia lebih penyayang dari seorang ibu kepada anaknya. Selama engkau terus kembali, Allah akan selalu menerimamu."


Sahabat itu menangis teresak. Begitu juga para sahabat lainnya. Betapa Maha Pengasihnya Allah, betapa luas rahmat-Nya.


Dari hari itu, sahabat itu tidak lagi putus asa dalam shalatnya. Ia tetap berusaha, dan setiap kali pikirannya melayang, ia mengingat kata-kata Rasulullah ﷺ:

*"Setiap kali engkau berusaha kembali, saat itulah Allah menyambutmu"*