Sahabatku, jualan ilmu tentu sangat berbeda dengan jualan agama, jualan iman, apalagi jualan Tuhan. Sebab, gak mungkinlah Tuhan, agama, dan iman itu diperjualbelikan. Contoh orang yang jualan agama adalah orang yang masuk agama islam hanya lantaran agar boleh menikah dengan wanita muslim yang dicintainya. Contoh lainnya adalah ketika Anda melihat kemaksiatan, lalu Anda membiarkannya saja dan mengatakan "gak apa-apa, yang penting sama-sama untung". Misalnya siapa tahu justru karena ada kegiatan kemaksiatan itu maka dagangannya menjadi untung ...so, janganlah jualan bubur ayam atau buka warteg di lokasi pelacuran...
Sahabatku, kami bukanlah Nabi, dan kami tidak menjual agama agar orang masuk agama kami melalui training-training kami, tapi kami memperkenalkan ilmu yang ilmiah dan alamiah tapi yang berdasarkan ISLAM. Yang mana berbagai ilmu tersebut itu kami rangkum dan ramu dalam waktu yang lama, yang kami gali dari berbagai buku, seminar, pengalaman, dan berbagai hal yang mana itu semua membutuhkan uang. Sebagaimana seseorang yang menjual mobil maka orang harus bayar mahal, karena banyak uang yang harus dikeluarkan sebelum mobil itu tercipta. Dan membuat mobil harus pakai ilmu. Artinya jualan mobil adalah jualan ilmu. Hanya saja mobil itu adalah "ilmu yang sudah dalam bentuk benda padat".
PEMBAHASAN
“Mereka Itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, Maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Quran). " Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh ummat. (Q.S. 6:90)”
Sahabat Semesta yang dimulyakan ALLAH SWT....
ALLAH telah menghalalkan untuk kita berjual beli tapi Allah telah mengharamkan RIBA. Namun demikian, ada juga jual-beli yang diharamkan seperti jual beli bangkai, khomr dan lain sebagainya.
Dari Jabir Ibnu Abdullah Radliyallaahu 'anhu bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda di Mekkah pada tahun penaklukan kota itu: "Sesungguhnya Allah melarang jual-beli minuman keras, bangkai, babi dan berhala." Ada orang bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat baginda tentang lemak bangkai karena ia digunakan untuk mengecat perahu, meminyaki kulit dan orang-orang menggunakannya untuk menyalakan lampu?. Beliau bersabda: "Tidak, ia haram." Kemudian setelah itu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Allah melaknat orang-orang Yahudi, karena ketika Allah mengharamkan atas mereka (jual-beli) lemak bangkai mereka memprosesnya dan menjualnya, lalu mereka memakan hasilnya. " Muttafaq Alaihi.
Kemudian, Rosulullah pun mengharamkan jual beli yang tidak jelas. Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang jual-beli dengan cara melempar batu dan jual-beli gharar (yang belum jelas harga, barang, waktu dan tempatnya). Riwayat Muslim.
Nah, berikutnya, apakah Allah dan Rosul-Nya melarang kita untuk berjualan ilmu? Mungkin sebagian dari kita berpendapat, kalau berjualan ilmu agama hukumnya haram, tapi kalau berjualan ilmu dunia humkumnya mubah (boleh). Tentu saja berbeda antara "menjual agama" dengan "menjaul ilmu agama". Jika kita berpendapat bahwa ilmu dunia dan agama itu berbeda maka ketahuilah bahwa semua ilmu itu berasal daru YANG MAHA SATU. Jadi, secara prinsip tidak ada bedanya antara ilmu agama ataupun ilmu dunia.
Dan pada hakikatnya, setiap produk yang dijual berasal dari ILMU. Contoh, tidak mungkin ada sebuah MOBIL jika belum ada ILMU tentang memproduksi Mobil. Begitupun dengan JASA yang juga berbahan dasar ILMU.
Jadi secara prinsip tidak ada ketegasan baik dari Al-Quran ataupun Al-Hadist bahwa jualan ilmu itu haram. Namun demikian..... mari kita perhatikan ayat yang saya telah sebutkan di atas...
“Mereka Itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, Maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Quran). " Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh ummat. (Q.S.6:90)”
Ayat ini bukanlah mengenai ayat dilarangnya menjual ilmu yang ada di Al-Quran, terlebih lagi ternyata hampir semua ilmu yang terkuak hari ini ada pondasinya di dalam Al-Quran. Tapi ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa IKUTILAH ORANG-ORANG YANG TELAH DIBERIKAN PETUNJUK OLEH ALLAH, YAKNI (Salah satu cirinya adalah) ORANG-ORANG YANG KETIKA MENYAMPAIKAN AYAT-AYAT ALLAH KEPADAMU, MEREKA TIDAK MEMINTA UPAH SEPESERPUN DARIMU. SEBAB AL-QURAN ITU UNTUK SELURUH UMAT.
Sebenarnya ayat tersebut secara tersirat melarang kita untuk jual beli agama, atau bahasa sederhananya adalah dilarang jual beli AQIDAH. Sebab AQIDAH ISLAM itu untuk universal, siapapun boleh memilikinya tanpa harus membelinya karena memang SUDAH FITRAH MANUSIA itu berAQIDAH ISLAM.So, tidak boleh kita mengatakan "Lu kan sudah gue kenalin Islam, nah sekarang lu udah masuk Islam, maka lu kudu bayar 10 juta ama gue..."
Artinya, setiap individu sudah memiliki hak kefitrahan itu. Itu sebabnya, seseorang tidak perlu membeli sesuatu yang telah menjadi haknya, ia hanya perlu meminta secara baik-baik kepada orang yang diamanahi sementara waktu atas keberadaan hak kefitrahannya itu. Dan para pemegang amanah itu sering kita sebut sebagai Ulama, Kyai, Da’i, Ustadz, dan Para Pembicara Agama Lainnya. Itu sebabnya mereka tidak layak menjual sesuatu yang bukan hak mereka, sebab AQIDAH ISLAM (Kefitrahan) itu adalah hak ALAM SEMESTA.
Contoh : Dilarang seorang Ustadz/Ulama datang ke suatu daerah yang masih belum fitrah (daerah kafir atau musyrik) lalu menawarkan kefitrahan plus syurga kepada warga tersebut, tapi warga tersebut harus membayarnya sekian rupiah. Namun demikian, karena dalam Islam ada mekanisme ZAKAT, maka sang Ulama tersebut memiliki HAK maksimal 1/8 dari Total ZAKAT yang dikumpulkan dari warga tersebut.
Lalu, bagaimana jika Ustadz tersebut berdakwah ke daerah/warga yang relatif sudah fitrah, yang mana Aqidah warga tersebut memang sudah ISLAM?
Sebelum saya menjawab, saya akan menyampaikan terlebih dahulu bahwa ada sedikit perbedaan atau trend yang cukup signifikan antara Ustadz jaman dulu dan jaman sekarang. Secara umum, Ustadz jaman dulu itu DIDATANGI oleh para pencari ilmu, sedangkan Ustadz jaman sekarang lebih banyak MENDATANGI para pencari ilmu. Jaman dahulu para Pencari Ilmu yang bergerak menuju lokasi Ta'lim, tapi kini para Ustadz yang umumnya bergerak menuju lokasi Ta'lim. Walaupun tentu saja masih banyak para Ustadz yang didatangi oleh para pencari ilmu. Jadi, yang saya utarakan ini adalah trend pada umumnya demikian.
Nah, pada jaman dahulu, orang-orang mendatangi Ulama untuk mencari ilmu, lalu membawakan untuk ulama tersebut buah tangan sekadarnya. Dan itu tidaklah mengapa. Dan kehidupan perekonomian para Ulama pun relatif dijamin oleh pemerintahan Islam. Tentu saja, kecuali para ulama yang dianggap menentang pemerintah.
Tapi, hari ini, dikarenakan Ulama/Ustadznya yang mendatangi para pencari ilmu, maka akan sungguh merepotkan jika setiap pendengar/pencari ilmu membawakan buah tangan untuk Ustadznya. Maka ditukarlah dengan fulus. Para jamaah menyumbangkan sebagian fulusnya kepada panitia (DKM mesjid), lalu panitia mengatur fulus yang dikumpulkan, dan didistribusikan untuk berbagai keperluan acara, termasuk untuk kebutuhan transport / infak untuk sang Ustadz/Ulama tersebut. Sehingga hal ini adalah wajar-wajar saja, selama tidak ada AQAD FEE CERAMAH antara Ustadz dan Panitia.
Yang dimaksud dengan AQAD FEE CERAMAH adalah ketika Ustadz atau Manajemen Ustadz tersebut menyampaikan kepada pengundangnya, "Kalau undang Ustadz tarifnya 5 juta". Maka itu tidaklah diperkenankan, sebab bisa merusak keharmonisan yang sudah terbangun. Namun, bagaimana bila ditanya oleh panitia, "Maaf Ustadz, berapa dana yang harus kami persiapkan untuk menghadirkan Ustadz?", maka Ustadz tersebut lebih baik menjawab, "Kami serahkan saja sepenuhnya kepada Anda, sebab Anda yang paling paham kondisi jamaah disana". Atau si ustadz jawab "GARTISSS". Atau jika memang sang Ustadz punya misi membangun pesantren dlsb, dan butuh dana yang besar, maka sang ustadz tersebut dapat menyampaikan kepada panitia mengenai hal itu. Misal, "Tapi, kami menerima dana infak dan sedekah untuk membangun pesantren kami, kami tunggu partisipasi jamaah di sana..."
Yup, bukankah semakin tinggi ketaqwaan seseorang maka semakin tinggi pula ketergantungannya (baca : Tawakkal) kepada ALLAH SWT? Allah akan memberikan rizki dari arah yang tak terduga dan tak disangka bagi para Ustadz yang bertaqwa, sehingga para Ustadz tidak lagi perlu mentarif dirinya untuk kehidupan perekonomian keluarganya. Allah akan memberi, bahkan walau Ustadz yang bertaqwa tersebut tak sempat memintanya.
Rasulullah saw bersabda, "Allah berfirman: Barangsiapa disibukkan dengan mengkaji Al-Qur’an dan menyebut nama-Ku, sehingga tidak sempat meminta kepada-KU, maka Aku berikan kepadanya sebiak-baik pemberian yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta. Dan keutamaan kalam Allah atas perkataan lainnya adalah seperti, keutamaan Allah atas makhluk-Nya. (HR Tirmidzi)
Intinya, agama Islam tidak melarang secara TEGAS seseorang menjual ilmu dengan cara mengajarkannya. Apalagi pada kenyataannya, seringkali, beberapa ilmu justru menjadi tidak efektif penyampaiannya jika tidak diberikan harga yang pas. Dan betapa banyak kasus, ilmu kalau digratiskan justru malah menjadi tidak laku. Tapi tentu saja jika “menarif” harga ilmu itu kelewatan maka yang merugi adalah penjual ilmu itu sendiri. Sebab, apapun yang kelewatan, apapun yang berlebihan adalah merusak .... dan Allah tidak suka kepada hamba-hambaNya yang melampaui batas...
So, yang dilarang adalah menjual agama, atau menjual sesuatu atas nama agama, padahal sama sekali bukan atas nama agama.
Silakan Anda menjadi Dosen, Guru, Guru Madrasah, atau Trainer. Yang penting adalah bahwa ilmu yang Anda sampaikan kepada mereka bermanfaat bagi mereka untuk mengarungi kehidupan ini, bukan sekedar ilmu-ilmu yang tidak senilai dengan harga yang harus dibayar, yaitu ilmu-ilmu yang sudah tidak pada jamannya lagi.
Intinya jika Anda menjual Ilmu maka :
1. Ilmu yang Anda jual harus bermanfaat bagi yang membelinya, jika setelah pelanggan Anda membeli ilmu itu dari Anda, dan ternyata ilmu yang Anda berikan tidak berkhasiat, maka Anda harus ikhlas untuk mengembalikan seluruh atau sebagian uang yang sudah Anda terima.
2. Intinya, dalam jual beli, harus sama-sama ikhlas..
3. Harus jelas. “Barang” yang tidak sesuai “Iklan” maka Garansi uang kembali, atau ada diskon terhadap kekurangan yang ada...
4. Tidak berlebihan, ambillah keuntungan secukupnya, sewajarnya. Sebab sesungguhnya harga ilmu itu tidak ternilai, maka hargailah ilmu itu bukan dengan uang yang banyak tapi dengan keikhlasan yang banyak. Uang itu secukupnya saja. Secukupnya...
5. Miliki keyakinan penuh, bahwa Anda menjual Ilmu justru untuk memperlancar distribusi ilmu tersebut, dan bukan untuk menghambatnya. Lalu Anda berikan “hak paten” yang tidak perlu, sehingga ketika ada orang lain yang menyampaikan apa yang Anda sampaikan, Anda pun sibuk “kebakaran jenggot”...dan berkata "eh itukan ilmu gue... kok dicuri seh"
Baik, mungkin demikianlah pembahasan tentang menjual ilmu. Dan berikut adalah beberapa contoh promo yang bisa dikategorikan menjual agama (tapi tidak selalu ya, semua kembali kepada niat utama si promotornya). Semoga kita bisa menghindarinya.
1. Ayo beli produk dari kami, kalau Anda beli produk dari kami maka 10% dari keuntungannya akan diberikan kepada fakir miskin. Inilah saatnya membeli sambil beramal... (Keterangan : sebaiknya jualan mah jualan aja, nah untungnya sebagian kasih ke fakir miskin. jangan sampai belum juga produknya laku, sudah pamer sedekah 10%)
2. Ayo, pilihlah partai kami, karena partai kami berbasis Islam. Hanya kami partai Islam yang asli. (Ket : partai Islam hanya bagian kecil dari Islam, kalau Islam dijadikan partai maka ia sedang membonsai Islam)
3. Masuklah golongan/kelompok/firqoh/harokah kami. Sebab kelompok kami yang paling sesuai dengan Quran dan Hadist, sedangkan yang lain bathil, bahkan sebagian yang lain kafir dan musyrik. (Ket : Kebenaran langsung menjadi hilang jika didampingi oleh kesombongan merasa paling benar)
Yup, katakanlah “Belilah produk yang halal”, tapi jangan katakan “Hanya produk kami yang halal...”
بِســمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم اللهم اِنا نَجْعَلُك فى نُحُورِ أعداءِنَا و نَعُوذُ بِك مِن شُرُورِهِم, اللهم بَدِّدْ شَمْلَهُم و فَرِّقْ جَمْعَهم و شَتِّتْ كَلِمَتَهم و زَلْزِلْ أَقْدَامَهم و سَلِّطْ عليهم كَلْبًا مِن كِلَابِك يا قهَّار , يا جبَّار اِهزِم الكفارYa Allah, Kami guru kimi-A! SPM seMalaysia sesi 2023 mdoakan keCEMERLANGan anak didik kami dlm kimi-A! SPM skor A+ utk semua PELAJAR. امين. Salam kimi-A! itu M U D A H ان شآء الله A! ...Chem-is- TRY اهلا وسهلارمضان 1446
Isnin, 15 Oktober 2012
Adil
gentarasa
Jangan mencari keadilan yang mutlak di dunia ini. Terimalah hidup seadanya. Jadilah diri sendiri. Kita ubah yang mampu diubah, yang tidak mampu serahkan kepada Allah. Jika bahagia yang dicari, tetapi derita yang diberi… terimalah. Bahagialah dengan derita itu.
Manusia akan tersiksa oleh jangkaan dan harapannya. Allah ciptakan putaran hidup ini seumpama kitaran cuaca dan musim. Ada yang menikmati empat musim seperti Eropah. Ada yang kontang sepanjang masa umpama Sahara. Ada yang dingin memanjang seperti di Antartika. Kita hamba… setelah berusaha sehabis daya, pasrah dan menyerahlah. Carilah R&R dalam kembara hidup ini, di sanalah tempat kita berehat seketika… sebelum berehat selama-lamanya!
Jika ditakdirkan tidak kita temui sesuatu yang dicari di dunia ini, terimalah hakikat ia memang tidak ada. Di akhirat sana tempat ‘ada’ dan sempurna segala. Jika ‘langit’ hendak runtuh, masakan jari yang kecil ini mampu menahannya. Dalam setiap yang kita miliki, pasti ada jemu dan letihnya. Dalam setiap yang kita tidak miliki, pasti ada kesal dan sayunya. Jangan terlalu dalam segalanya. Jangan terlalu cinta, jangan terlalu benci. Jangan terlalu suka, jangan terlalu duka. Sederhana itulah yang selalu menyelamaktkan ‘hati’ kita.
Tidak ada keadilan yang mutlak di dunia ini. Semakin kita terima hakikat ini, hidup kita akan menjadi semakin tenang. Jika tidak, kita akan sentiasa rasa arah, kecewa, dipersenda dan ditipu oleh manusia lain dan keadaan. Sebaliknya, apabila kita mula menerima hakikat dunia memang tidak adil, maka hidup kita kan menjadi lebih tenang dan harmoni.
Mengapa di dunia ini tidak ada kedailan yang mutlak? Yang baik, tidak semestinya mendapat ganjaran dan balasan yang baik. Manakala yang jahat, acap kali terlepas dan bebas? Ya, inilah kaedah Allah menguji manusia, agar terserlah siapa yang benar-benar ikhlas berbuat kepadaNya dan siapa pula yang benar-benar meninggalkan kejahatan kerana-Nya jua. Inilah ujian iman.
Menerusi pengajian tauhid, yakni dalam mengenal sifat-sifat Allah, memang kita telah sedia maklum bahawa Allah swt akan memberi dan menunjukkan sifat keadilan-Nya secara mutlak dan tuntas di akhirat nanti. Manakala, di dunia ini Allah tidak menunjukkan sifat keadilanNya secara sepenuh dan menyeluruh sebagai ujian kepada orang-orang yang beriman kepadaNya.
Lihat bagaimana nabi Zakaria AS, Nabi Yahya AS dan beberapa nabi yang lain telah dibunuh oleh musuh-musuh kebenaran. Sekiranya kita sebagai suami, isteri, ibu-bapa, anak-anak, pemimpin, pengikut… menerima layanan atau balasan yang tidak adil, biasalah. Inilah hakikat dan lumrah hidup yang mesti ditempuh. Jangan mencari yang ‘serba kena’ kerana hidup dipenuhi oleh resam yang ‘serba tidak kena’.
Sekiranya kita berbuat baik kerana mengharapkan ganjaran, pembalasan dan ucapan terima kasih daripada manusia, tentu kita akan keewa kerana umumnya manusia memang tidak pandai berterima kasih apalagi untuk membalas budi. Memang, buat baik dibalas baik, tetapi bukan seua kebaikan dibalas di sini (dunia), ada yang Allah simpan di sana (akhirat).
Justeru, apabila Allah menyuruh manusia melakuan kebaikan atau meninggalkan kejahatan, Allah akan menyeru kepada manusia yang beriman dengan lafaz “Ya ayyuhal lazi na amanu – wahai orang yang beriman.” Begitu juga apabila Rasulullah saw menyeru untuk umatnya melakukan kebaikan, baginda sering memulakanya dengan berkata, “barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat hendaklah…”
Banyak hikmahnya mengapa Allah dan RasulNya berbuat demikian, salah satunya ialah untuk menunjukkan bahawa mereka yang mahu dan mampu melakukan kebaikan dan meninggalkan kejahatan dengan ikhlas, sabar dan istqamah hanyalah orang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat. Yakni, mereka yang yakin bahawa Allah Maha melihat akan perbuatan itu dan membalasnya dengan ganjaran atau seksa yang setimpal.
Allah memujuk, Nabi Muhammad dan orang-orang beriman dengan firmanNya: “Dan janganlah engkau (wahai Muhammad) menyangka Allah lalai akan apa yang dilakukan oleh orang-orang yang zalim sesungguhnya Ia hanya melambatkan balasan mereka hingga ke suatu hari yang padanya terbeliak kaku pemandangan mereka, (kerana gerun gementar melihat keadaan yang berlaku).”
Impak daripada itu, manusia yang beriman akan menghadapi hidup ini dengan lebih tenang. Tidak banyak merungut, merengus dan marah-marah. Jika madu dibalas tuba, mereka mampu sabar dan redha. Apabila mendapat ‘limau masam’, mereka akan segera membuat ‘air limau’. Makna, sekiranya apa yang mereka terima sebagai balasan, tidak seperti yang diharapkan dan dijangkakan, mereka tidak ‘memberontak’, sebaliknya mereka mengubah hati, fikiran dan perasaan mereka untuk menerima apa yang telah berlaku itu dengan baik.
Apabila inginkan kejayaan, tetapi sebaliknya kegagalan yang berlaku… mereka akan berkata, “Tidak mengapa, kegagalan adalah yuran kepada kejayaan, kegagalan adalah ‘kejayaan’ yang ditangguhkan. Orang berjaya lebih banyak merasai kegagalan daripada orang yang gagal.”
Mereka tidak mengutuk orang lain, keadaan, diri mereka sendiri apalagi mempersalahan Tuhan. Mereka tidak akan menyesal dan kesal terhadap apa yang berlaku sebaliknya mencari tapak dan semangat baru untuk berusaha dengan lebih baik. Lalu dalam kamus orang berjaya sering tertera pengukuhan kata-kata ini: Kegagalan adalah peluang untuk memulakan semua dengan lebih baik!”
Oang yang telah menerima hakikat dunia ini tidak adil, tidak akan bemusuh dengan dirinya sendiri. Dia tidak mendera dirinya dengan kejam. Mengapa aku bodoh sangat? Mengapa aku lurus bendul? Mengapa aku boleh tertipu? Ini bukan langkah muhasabah yang membangunkan jiwa yang proaktif, tetapi satu ‘self sabotaging habit’ yang menyebabkan dirinya menjadi pasif, pesimis atau murung. Kemudian keburukan dari dalam diri itu akan meletus keluar menjadikan dirinya sebagai ‘toxic people’ yang bersifat aggresif, bersangka buruk dan marah-marah kepada orang lain.
Dalam surah Al Fatehah, Allah menegaskan bahawa Dialah Raja pada Hari Akhirat. Kalimat ini kita ulang-ulang baca pada setiap hari tidak kurang 17 kali. Semuga makna atau kehendak daripada kalimat ini meresap dalam minda sedar dan separa sedar kita, bahawa Allah akan menunjukkan kebesaran sifat Malik-Nya di akhirat, yang pada waktu itu tidak akan ada siapa yang berani mengangkat muka atau berkata-kata.
Di dunia ini, penjahat atau pelaku kemungkaran masih boleh mendabik dada dan meninggikan suara, kerana kuasa yang sementara. Dengan kuasa itu mereka menipu, menindas dan menzalimi dengan pelbagai taktik dan cara. Namun di akhirat nanti, mereka akan kaku, kelu dan membisu apabila Allah menunjukkan kebesaran dan keadilanNya. Di sana nanti barulah kebaikan akan mendapat ganjaran… bukan setimpal tetapi digandakan. Di sana jualah nanti kejahatan akan mendapat balasan… yang pedih, perit dan berganda.
Allah yang Maha Adil tidak mencipta dunia ini dengan serba adil untuk menguji manusia sejauh mana iman mereka kepada sifat keadilanNya! Agar dengan itu orang yang beriman rela ‘disusahkan’ kerana Allah dalam usahanya melakukan kebaikan dan meninggalkan kejahatan. Agar dengan itu, orang beriman akan berkata pada hatinya, “ wahai Tuhan, aku rela menerima kesusahan yang sementara dan sedikit di dunia yang serba tidak adil ini demi mendapat kesenangan yang abadi dan lebih baik di akhirat nanti!”
Sampai ke takah ini, sekiranya hati masih bertanya, “mengapa dunia ini tidak adil?” Jawabnya, “kerana Allah yang Maha Adil ingin menunjukkan keadilanNya di akhirat.” Ya, keyakinan kepada Hari akhirat sangat penting semasa hidup di dunia. Meletakkan sesuatu itu pada tempatnya, itulah erti keadilan. Hati orang beriman ialah hati yang adil. Dalam hati itu terpahat satu hakikat: Dunia tempat penat, di akhirat tempat berehat!
Ya, hidup selepas mati adalah tempat rehat daripada kepenatan daripada ujian hidup sebelum mati. Justeru, Rasulullah saw sendiri berdoa: ” Ya Allah, jadikanlah kematian tempat istirehat daripada segala keburukan dan kejahatan…”
Amikkan Talam di dapur!
Syed Junaidi bin Syed Abu Bakar, | 15 Okt 2012 |
Rasanya sudah lama tidak mendengar YB Chua Tee Yong 'berkokok' (maaf) tentang isu Talam. Tahu-tahu sahaja pada minggu lepas, pemilik rumah PKNS telah berdemonstrasi untuk menuntut agar Kerajaan Negeri Selangor (KNS) ‘mengambil alih hutang perumahan mereka’. Menurut mereka, kalau KNS boleh ‘mengambil alih hutang Talam’, mengapa KNS tidak boleh ambil alih hutang mereka?
Tatkala mendengar hujah semudah itu, tahulah kita bahawa mungkin YB Chua & pimpinan BN lainnya telah insert maklumat yang mengelirukan kepada pemilik-pemilik rumah ini. Namun sebenarnya bukanlah susah untuk YB Chua ‘kelentong' pemilik-pemilik rumah ini. Kerana penstrukturan semula hutang Talam merupakan kaedah yang agak kompeks.
Tatkala mendengar hujah semudah itu, tahulah kita bahawa mungkin YB Chua & pimpinan BN lainnya telah insert maklumat yang mengelirukan kepada pemilik-pemilik rumah ini. Namun sebenarnya bukanlah susah untuk YB Chua ‘kelentong' pemilik-pemilik rumah ini. Kerana penstrukturan semula hutang Talam merupakan kaedah yang agak kompeks.
Bahkan ianya satu kaedah baru yang diperkenalkan oleh KNS untuk ‘memaksa’ pihak yang berhutang untuk membayar balik hutang, tanpa melaksanakn pendekatan bailout yang sering diamalkan oleh kerajaan Barisan Nasional selama ini. Justeru, sememangnya mudah untuk pemilik-pemilik perumahan ini di’kelentong’ oleh YB Chua & konco-konconya.
(Chua yang cuba menjadi hero isu Talam)
Sebelum merenung lebih lanjut berhubung isu ini, eloklah kiranya kita memahami dengan lebih mudah berhubung isu Talam ini di pautan pada laman web www.keadilanselangor.net seperti berikut:-
9 Oktober 2012: Pemilik rumah PKNS sekali lagi berdemonstrasi bagi menuntut Kerajaan Negeri Selangor (KNS) mengambil alih hutang perumahan mereka. Asas tuntutan ini adalah tindakan KNS menstruktur semula hutang Talam Corporation.
Hakikatnya, mereka di perdaya oleh pihak yang tidak bertanggungjawab dengan memberikan maklumat yang palsu dan mengelirukan! Pihak yang tidak bertanggungjawab ini mendakwa KNS mengkhianati wang rakyat Selangor dengan mengambil alih hutang Talam.
Namun kenyataannya, tindakan KNS telah menyelesaikan kemelut hutang tersebut serta berjaya mengutip keseluruhan hutang tersebut yang bernilai RM392 juta dan secara langsung dapat memanfaatkan wang itu melalui Geran Selangorku kepada seluruh rakyat Selangor.
Masalah ini berpunca kerana umum tidak memahami isu sebenar Talam, oleh itu penulis akan menjelaskan isu Talam ini dengan penjelasan yang paling mudah agar seluruh rakyat Selangor memahami dengan tepat serta dapat memberikan penerangan kepada mereka yang masih keliru dan menganggap KNS bersalah.
Hakikatnya, semua pihak perlu berterima kasih kepada MB Tan Sri Khalid kerana berjaya menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh 3 MB di bawah pemerintahan rejim UMNO-BN
Memahami Kes Talam
Kes Talam memang nampaknya mengelirukan. Walaubagaimanapun, dengan sedikit sebanyak kesabaran dan huraian yang jelas, kes ini sebenarnya mudah difahami.
Artikel ini akan membincangkan asal-usul kes ini, bagaimana Selangor berjaya mengutip semula hutang Talam serta bagaimana kes ini berbeza dengan kes-kes ‘bailout’ yang dilihat pada peringkat persekutuan.
Latar belakang
Cerita ini bermula dalam tahun lapan puluhan dan sembilan puluhan, dengan seorang jurutera bernama Chan Ah Chye yang bekerja di syarikat milik kerajaan Selangor, PKNS. Chan mengasaskan Talam Corporation, dan mungkin hasil hubungan rapat dengan pemimpin-pemimpin tertentu seperti Menteri Besar waktu itu
Muhammad Muhammad Taib , berjaya menjadi antara pemaju-pemaju utama di Selangor.
Banyak tanah di Selangor diperuntukkan ke Talam secara percuma! Tanah ini dicagarkan kepada bank untuk mendapatkan pinjaman-pinjaman besar yang membiayai projek-projek Talam.
Pembaca boleh teka sendiri siapa yang dapat berkongsi untung dari projek-projek ini.
Tauke-tauke zaman itu sentiasa berpendirian bahawa berniaga dengan wang yang dipinjamkan adalah lebih baik daripada menggunakan wang sendiri. Oleh itu, pinjaman-pinjaman Talam dari bank terus meningkat.
Krisis ekonomi, projek terbengkalai!
Akhirnya, krisis ekonomi sekitar tahun 1997 melanda Talam. Akibat tidak berupaya untuk membayar balik pinjaman-pinjaman besar, kedudukan kewangan Talam semakin merosot dan projek-projek semakin terbengkalai.
Malangnya, Talam dan sekutu-sekutu politiknya gagal insaf atau bertaubat. Pada 2001, di bawah Menteri Besar BN Khir Toyo, tiga bidang tanah diperuntukkan kepada anak syarikat Talam Maxisegar Sdn Bhd sebagai pembiayaan pembinaan kampus induk UNISEL dengan kos pembinaan RM 750 juta!
Projek ini akhirnya turut terbengkalai dan pada September 2006, Talam diklasifikasikan sebagai “Affected Company” menurut amalan Practice Note 17 (PN 17) akibat kedudukan kewangannya yang parah.
Reformasi di Selangor
Pada 2008, apabila Khalid Ibrahim menyandang jawatan Menteri Besar, beliau mewarisi masalah ini di mana Talam berhutang besar kepada kerajaan negeri serta anak-anak syarikatnya.
Ada cerita bahawa apabila Talam diminta menjelaskan kenapa mereka tidak pernah memulakan proses membayar balik hutang, jawapan malu-malu mereka adalah: “Tiada sesiapa yang pernah minta.”
Untungnya untuk rakyat Selangor, wujudnya Menteri Besar yang baru. Khalid Ibrahimbukan setakan berpengalaman kuat tetapi memang pakar dalam bidang kewangan korporat. Beliau memulakan usaha dengan segera untuk menyelesaikan masalah ini dan mengutip balik hutang Talam kepada
rakyat Selangor.
Rancangan yang akhirnya dipilih berasaskan prinsip yang mudah: menggunakan aset-aset Talam yang masih ada untuk menjelaskan hutang tersebut.
Meneliti pengstrukturan semula
9 Oktober 2012: Pemilik rumah PKNS sekali lagi berdemonstrasi bagi menuntut Kerajaan Negeri Selangor (KNS) mengambil alih hutang perumahan mereka. Asas tuntutan ini adalah tindakan KNS menstruktur semula hutang Talam Corporation.
Hakikatnya, mereka di perdaya oleh pihak yang tidak bertanggungjawab dengan memberikan maklumat yang palsu dan mengelirukan! Pihak yang tidak bertanggungjawab ini mendakwa KNS mengkhianati wang rakyat Selangor dengan mengambil alih hutang Talam.
Namun kenyataannya, tindakan KNS telah menyelesaikan kemelut hutang tersebut serta berjaya mengutip keseluruhan hutang tersebut yang bernilai RM392 juta dan secara langsung dapat memanfaatkan wang itu melalui Geran Selangorku kepada seluruh rakyat Selangor.
Masalah ini berpunca kerana umum tidak memahami isu sebenar Talam, oleh itu penulis akan menjelaskan isu Talam ini dengan penjelasan yang paling mudah agar seluruh rakyat Selangor memahami dengan tepat serta dapat memberikan penerangan kepada mereka yang masih keliru dan menganggap KNS bersalah.
Hakikatnya, semua pihak perlu berterima kasih kepada MB Tan Sri Khalid kerana berjaya menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh 3 MB di bawah pemerintahan rejim UMNO-BN
Memahami Kes Talam
Kes Talam memang nampaknya mengelirukan. Walaubagaimanapun, dengan sedikit sebanyak kesabaran dan huraian yang jelas, kes ini sebenarnya mudah difahami.
Artikel ini akan membincangkan asal-usul kes ini, bagaimana Selangor berjaya mengutip semula hutang Talam serta bagaimana kes ini berbeza dengan kes-kes ‘bailout’ yang dilihat pada peringkat persekutuan.
Latar belakang
Cerita ini bermula dalam tahun lapan puluhan dan sembilan puluhan, dengan seorang jurutera bernama Chan Ah Chye yang bekerja di syarikat milik kerajaan Selangor, PKNS. Chan mengasaskan Talam Corporation, dan mungkin hasil hubungan rapat dengan pemimpin-pemimpin tertentu seperti Menteri Besar waktu itu
Muhammad Muhammad Taib , berjaya menjadi antara pemaju-pemaju utama di Selangor.
Banyak tanah di Selangor diperuntukkan ke Talam secara percuma! Tanah ini dicagarkan kepada bank untuk mendapatkan pinjaman-pinjaman besar yang membiayai projek-projek Talam.
Pembaca boleh teka sendiri siapa yang dapat berkongsi untung dari projek-projek ini.
Tauke-tauke zaman itu sentiasa berpendirian bahawa berniaga dengan wang yang dipinjamkan adalah lebih baik daripada menggunakan wang sendiri. Oleh itu, pinjaman-pinjaman Talam dari bank terus meningkat.
Krisis ekonomi, projek terbengkalai!
Akhirnya, krisis ekonomi sekitar tahun 1997 melanda Talam. Akibat tidak berupaya untuk membayar balik pinjaman-pinjaman besar, kedudukan kewangan Talam semakin merosot dan projek-projek semakin terbengkalai.
Malangnya, Talam dan sekutu-sekutu politiknya gagal insaf atau bertaubat. Pada 2001, di bawah Menteri Besar BN Khir Toyo, tiga bidang tanah diperuntukkan kepada anak syarikat Talam Maxisegar Sdn Bhd sebagai pembiayaan pembinaan kampus induk UNISEL dengan kos pembinaan RM 750 juta!
Projek ini akhirnya turut terbengkalai dan pada September 2006, Talam diklasifikasikan sebagai “Affected Company” menurut amalan Practice Note 17 (PN 17) akibat kedudukan kewangannya yang parah.
Reformasi di Selangor
Pada 2008, apabila Khalid Ibrahim menyandang jawatan Menteri Besar, beliau mewarisi masalah ini di mana Talam berhutang besar kepada kerajaan negeri serta anak-anak syarikatnya.
Ada cerita bahawa apabila Talam diminta menjelaskan kenapa mereka tidak pernah memulakan proses membayar balik hutang, jawapan malu-malu mereka adalah: “Tiada sesiapa yang pernah minta.”
Untungnya untuk rakyat Selangor, wujudnya Menteri Besar yang baru. Khalid Ibrahimbukan setakan berpengalaman kuat tetapi memang pakar dalam bidang kewangan korporat. Beliau memulakan usaha dengan segera untuk menyelesaikan masalah ini dan mengutip balik hutang Talam kepada
rakyat Selangor.
Rancangan yang akhirnya dipilih berasaskan prinsip yang mudah: menggunakan aset-aset Talam yang masih ada untuk menjelaskan hutang tersebut.
Meneliti pengstrukturan semula
Proses kutipan hutang memang rumit dari segi teknikal.
Rumusannya: Pertama, hutang Talam disahkan dan direkod dalam akaun (sesuatu yang tidak dibuat sebelum 2008). Selepas disahkan semua pihak, hutang ini dipindahkan kepada Menteri Besar Incorporated (MBI) yang akhirnya bertanggungjawab mengutip hutang dalam bentuk tanah dan wang tunai.
Bahagian seterusnya menjelaskan proses secara terperinci.
Rumusannya: Pertama, hutang Talam disahkan dan direkod dalam akaun (sesuatu yang tidak dibuat sebelum 2008). Selepas disahkan semua pihak, hutang ini dipindahkan kepada Menteri Besar Incorporated (MBI) yang akhirnya bertanggungjawab mengutip hutang dalam bentuk tanah dan wang tunai.
Bahagian seterusnya menjelaskan proses secara terperinci.
Walaupun rumit dan mungkin membosankan, proses disenaraikan untuk sesiapa yang ingin tahu dan untuk menegakkan nilai-nilai ketelusan.
1. Talam berhutang RM 392 juta kepada tiga anak syarikat Selangor: KHSB, PIYSB, dan PNSB.
2. Setelah hutang ini dipersetujui, disahkan dan direkodkan, satu lagi anak syarikat Selangor,Selangor Industrial Corporation (SIC), membeli hutang tersebut daripada tiga syarikat itu.
3. SIC mengambil pinjaman RM 392 juta dari CIMB untuk membeli hutang tersebut.
4. Pada November 2009, Exco Negeri serta Dewan Negeri meluluskan geran RM 392 juta kepada MBI yang menggunakan dana tersebut untuk membeli dan mengambilalih hutang -hutang dari SIC.
5. SIC kemudiannya mengguna dana tersebut untuk membayar balik pinjaman
daripada CIMB.
Proses rumit, objektif mudah - tanpa sebarang perbelanjaan tinggi, Talam kini berhutang jumlah yang sama kepada satu sahaja anak syarikat Selangor, bukan lagi tiga yang asal.
Hutang dijelaskan sepenuhnya
Kita harus memerhatikan bahawa tidak wujud pada bila-bila masa atau mana-mana peringkat transaksi sebarang pemindahan dana kerajaan kepada Talam. Pemindahan dana hanya berlaku dari satu saku kerajaan negeri kepada saku yang lain.
Ini adalah perbezaan yang amat ketara berbanding syarikat-syarikat seperti Indah Water Konsortium, MAS, atau Putra/Star LRT, di mana duit rakyat dimasukkan terus ke dalam syarikat-syarikat yang kelihatan hilang beratusan juta ringgit melalui penyalahgunaan kuasa, rasuah dan ketirisan.
Pengstrukturan semula hutang Talam berjaya mengesahkan hutang Talam dan membuka jalan untuk Talam membayar balik hutang tersebut ke satu sahaja anak syarikat negeri.
Ceritanya masih belum habis.
Satu lagi pencapaian yang amat penting adalah bahawa MBI telah pun berjaya kutip semula jumlah sepenuhnya hutang Talam, iaitu RM 392 juta.
Kepada sesiapa yang ingin tahu, kutipan ini wujud dalam 2 bentuk:
1. RM 340.88 juta dikutip dalam bentuk tanah dan aset:
• 1,322.44 ekar tanah di Bukit Beruntung (RM 150.28 juta)
• 2,263.53 ekar tanah di Bestari Jaya (RM 105.30 juta)
• 400 ekar tanah di Ulu Yam & 60% saham di Ulu Yam Golf & Country Resort (RM 22.20 juta)
• 134.2 ekar tanah di Danau Putra (RM 52.10 juta)
• 5-unit pejabat di Menara Pandan (RM 11.10 juta)
2. RM 51.12 juta pula dikutip dalam bentuk tunai:
• Jualan 2 ekar tanah di Puncak Jalil (RM 12 juta)
• Penyerahan tunai dari EON (RM 5 juta)
• Baki bayaran kerjatanah (earthwork) dari UNISEL (RM 7.68 juta)
• Jualan 25.94 ekar tanah Bkt Beruntung kpd. PKNS (RM 9.04 juta)
• Jualan 218 ekar tanah Bestari Jaya (RM 17.4 juta)
Fakta jadi bukti
Apakah yang kita boleh rumuskan?
Lebih satu dekad bawah BN, satu syarikat berhutang ratusan juta kepada kerajaan negeri Selangor.
Dalam setahun dua sahaja mentadbir di Selangor, Khalid berjaya kutip semula hutang ini, dan meningkatkan dana yang boleh dibelanja untuk membiayai program-program kebajikan di seluruh Selangor.
Skandal?
Ya, skandalnya adalah cara Talam dibiarkan sahaja dan tidak diminta pun untuk bayar balik hutang ini bawah BN, dan skandalnya adalah kita terpaksa tunggu 50 tahun sebelum mengangkat pemimpin yang berupaya mereformasikan amalan-amalan kotor ini.
Chua Tee Yong pun semakin ketandusan kredibiliti. Hari pertama kata RM 1 billion. Hari kedua RM 260 juta. Hari ketiga RM 42 juta pula.
Mungkin Chua ingat dia setaraf dengan Rafizi Ramli. Malangnya, beliau gagal faham bahawa pendedahan Rafizi ini bukan setakat adakan sidang media besar dengan melaungkan nombor-nombor. Di belakang setiap pendedahan adalah usaha berjam-jam membuat penyelidikan terperinci.
Cubalah buat kerja rumah sebelum ingin berdepan dengan tokoh korporat berintegriti seperti Menteri Besar Selangor, terutamanya jika dari pihak BN - janganlah sampai mengata dulang, paku serpih.
Setelah jelas latar belakang masalah & kaedah yang digunapakai oleh KNS ketika menuntut semula pembayaran hutang kepada Talam, maka pastinya kita akan tertanya-tanya mengapa Barisan Nasional begitu marah dengan keadaan ini.
Kalau kita lihat pada fakta diberikan, KNS secara sistematik telah berjaya ‘memaksa’ Talam untuk membayar hutang tersebut secara aset & tunai secara terus pada KNS. Di sinilah punca kemarahan juak-juak pimpinan Barisan Nasional. Pembayaran balik hutang secara aset & tunai itu telah dilihat seolah-olah ‘merampas hak’ mereka yang terlibat. Di bawah ini kita sertakan sekali lagi aset-aset & kaedah tunai yang terlibat dalam proses pembayaran semula hutang Talam kepada KNS.
Apakah yang kita boleh rumuskan?
Lebih satu dekad bawah BN, satu syarikat berhutang ratusan juta kepada kerajaan negeri Selangor.
Dalam setahun dua sahaja mentadbir di Selangor, Khalid berjaya kutip semula hutang ini, dan meningkatkan dana yang boleh dibelanja untuk membiayai program-program kebajikan di seluruh Selangor.
Skandal?
Ya, skandalnya adalah cara Talam dibiarkan sahaja dan tidak diminta pun untuk bayar balik hutang ini bawah BN, dan skandalnya adalah kita terpaksa tunggu 50 tahun sebelum mengangkat pemimpin yang berupaya mereformasikan amalan-amalan kotor ini.
Chua Tee Yong pun semakin ketandusan kredibiliti. Hari pertama kata RM 1 billion. Hari kedua RM 260 juta. Hari ketiga RM 42 juta pula.
Mungkin Chua ingat dia setaraf dengan Rafizi Ramli. Malangnya, beliau gagal faham bahawa pendedahan Rafizi ini bukan setakat adakan sidang media besar dengan melaungkan nombor-nombor. Di belakang setiap pendedahan adalah usaha berjam-jam membuat penyelidikan terperinci.
Cubalah buat kerja rumah sebelum ingin berdepan dengan tokoh korporat berintegriti seperti Menteri Besar Selangor, terutamanya jika dari pihak BN - janganlah sampai mengata dulang, paku serpih.
Setelah jelas latar belakang masalah & kaedah yang digunapakai oleh KNS ketika menuntut semula pembayaran hutang kepada Talam, maka pastinya kita akan tertanya-tanya mengapa Barisan Nasional begitu marah dengan keadaan ini.
Kalau kita lihat pada fakta diberikan, KNS secara sistematik telah berjaya ‘memaksa’ Talam untuk membayar hutang tersebut secara aset & tunai secara terus pada KNS. Di sinilah punca kemarahan juak-juak pimpinan Barisan Nasional. Pembayaran balik hutang secara aset & tunai itu telah dilihat seolah-olah ‘merampas hak’ mereka yang terlibat. Di bawah ini kita sertakan sekali lagi aset-aset & kaedah tunai yang terlibat dalam proses pembayaran semula hutang Talam kepada KNS.
1. RM 340.88 juta dikutip dalam bentuk tanah dan aset:
· 1,322.44 ekar tanah di Bukit Beruntung (RM 150.28 juta)
· 2,263.53 ekar tanah di Bestari Jaya (RM 105.30 juta)
· 400 ekar tanah di Ulu Yam & 60% saham di Ulu Yam Golf & Country Resort (RM 22.20 juta)
· 134.2 ekar tanah di Danau Putra (RM 52.10 juta)
· 5-unit pejabat di Menara Pandan (RM 11.10 juta)
2. RM 51.12 juta pula dikutip dalam bentuk tunai:
· Jualan 2 ekar tanah di Puncak Jalil (RM 12 juta)
· Penyerahan tunai dari EON (RM 5 juta)
· Baki bayaran kerjatanah (earthwork) dari UNISEL (RM 7.68 juta)
· Jualan 25.94 ekar tanah Bkt Beruntung kpd. PKNS (RM 9.04 juta)
· Jualan 218 ekar tanah Bestari Jaya (RM 17.4 juta)
Jika dilihat pada aset-aset & jualan aset yang terlibat, rata-ratanya mencatatkan kepentingan kroni yang bukan sedikit. Kerana itu kita tidak pelik apabila puluhan tahun Barisan Nasional di Selangor masih gagal untuk mendesak agar Talam membayar hutang dengan kaedah ini. Jika digunapakai, pasti ada kalangan kroni-kroni, baik dalam parti, mahupun di luar parti, yang akan‘mengamuk’.
Dan puluhan tahun ketakutan BN untuk mengambil kembali hak rakyat Selangor yang telah dirampas rasanya sudah terjawab. Kalangan kroni yang terlibat dengan kawasan-kawasan aset & jualan aset berkenaan mungkin boleh mengangguk bersetuju bahawa merekalah punca BN selama ini takut untuk menyentuh aset-aset Talam yang nilainya ratusan juta ini.
Dan ketika KNS berani untuk bertindak ke atas hutang Talam, wajarnya puak-puak yang penakut ini berterima kasih banyak pada KNS kerana mereka tidak 'diamuk' kerana yang bertindak ialah KNS sendiri. Bukan apa, jika mereka terus 'meroyan' & bising-bising tidak tentu hala, takut-takut nanti ada yang akan berkata, “Dah namanya BN, sudahlah penakut, jaga kroni, bila dah setel, berkokok banyak pulak!”
Dan puluhan tahun ketakutan BN untuk mengambil kembali hak rakyat Selangor yang telah dirampas rasanya sudah terjawab. Kalangan kroni yang terlibat dengan kawasan-kawasan aset & jualan aset berkenaan mungkin boleh mengangguk bersetuju bahawa merekalah punca BN selama ini takut untuk menyentuh aset-aset Talam yang nilainya ratusan juta ini.
Dan ketika KNS berani untuk bertindak ke atas hutang Talam, wajarnya puak-puak yang penakut ini berterima kasih banyak pada KNS kerana mereka tidak 'diamuk' kerana yang bertindak ialah KNS sendiri. Bukan apa, jika mereka terus 'meroyan' & bising-bising tidak tentu hala, takut-takut nanti ada yang akan berkata, “Dah namanya BN, sudahlah penakut, jaga kroni, bila dah setel, berkokok banyak pulak!”
Ahad, 14 Oktober 2012
hak ibu bapa kamu!
BUDAK matrik BERCOUPLE suka menyebut soal 'HAK'..lelaki itu 'hak' dia sebab dah jadi "BOYFREN" dia..perempuan itu 'hak' dia sebab dah jadi "GIRLFREN" dia..bila ada yang kacau 'hak' tersebut, BERLAKULAH PERGADUHAN sesama mereka..
~student LELAKI BERGADUH sampai BERTUMBUK-TUMBUK..
student PEREMPUAN BERGADUH sampai TARIK-TARIK RAMBUT..
~DENGAR SINI pelajar matrik, sebelum bising 'MEMPERTAHANKAN HAK' kamu, cuba PERIKSA balik :
~ Perempuan itu HAK BAPA dia, kalau mahu dapat hak tersebut..SILA BERJUMPA dengan bapanya terlebih dulu..
~ Lelaki itu HAK IBU dia, sudah cukup tertunaikah TANGGUNGJAWAB dia sebagai ANAK LELAKI kepada ibunya sendiri?
~Jika tidak, JANGAN SIBUK sangat bercerita pasal 'hak', jika hak yang sepatutnya TIDAK KAMU TUNAIKAN..HAK ALLAH pun masih belum TERJAGA, berani benar menyebut pasal hak..
Langgan:
Catatan (Atom)