Tips menyimpan daging korban agar terjaga kualitinya:
1. Sebelum disimpan, daging tidak perlu dibasuh kerana jika dibasuh guna air paip, kuman boleh masuk dan tinggal dalam pori2 daging. Basuh daging bila kita mahu masak daging tersebut.
2. Jika dapat daging yang banyak, jangan simpan 2-4 kg daging ketul besar sekali gus. Cara yang betul, potong daging berukuran lebih kecil dan simpan di dalam plastik lebih kurang 1/2 kg atau 1 kg seplastik. Jika mahu masak, ambil satu plastik atau jumlah kg yang hendak dimasak saja. Inshaa Allah daging dalam sejuk beku tahan lebih satu tahun.
3. Sebelum simpan di freezer, simpan daging dalam peti sejuk selama 4-5 jam. Setelah sejuk baru masuk ke dalam freezer.
4. Jika mahu masak daging beku, jangan cairkan ais pada daging beku menggunakan air panas. Cara yang betul adalah meletakkan daging beku di dalam air biasa (dalam keadaan daging masih terbungkus rapat dalam plastik).Setelah daging sudah dinyah beku, buka plastik, basuh daging hingga bersih dan potong lalu siap dimasak.
5. Tips tambahan: Jangan guna plastik hitam kerana ia adalah hasil kitar semula iaitu mengandungi Cadmium yang merangsang kepada sel kanser. Pakailah plastik putih atau plastik jernih untuk membungkus daging.
بِســمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم اللهم اِنا نَجْعَلُك فى نُحُورِ أعداءِنَا و نَعُوذُ بِك مِن شُرُورِهِم, اللهم بَدِّدْ شَمْلَهُم و فَرِّقْ جَمْعَهم و شَتِّتْ كَلِمَتَهم و زَلْزِلْ أَقْدَامَهم و سَلِّطْ عليهم كَلْبًا مِن كِلَابِك يا قهَّار , يا جبَّار اِهزِم الكفارYa Allah, Kami guru kimi-A! SPM seMalaysia sesi 2023 mdoakan keCEMERLANGan anak didik kami dlm kimi-A! SPM skor A+ utk semua PELAJAR. امين. Salam kimi-A! itu M U D A H ان شآء الله A! ...Chem-is- TRY اهلا وسهلارمضان 1446
Ahad, 3 September 2017
Korban haiwan
ORANG BARAT “Terkejut Dengan CARA ISLAM MENYEMBELIH SAPI“
Masya Allah, semakin Maju Penelitian Ilmiyah Semakin Membuktikan Kebenaran Islam.
Jelang Hari Raya Idul Adha atau hari raya kurban, jangan pernah makan daging sapi tanpa disembelih, ternyata syariat Islam ini membuat orang barat terkejut.
Simak penelitian ini.
1. Rasulullah tak pernah belajar cardiology tapi syari’atnya membuktikan penelitian ilmu modern.
2. Melalui penelitian ilmiah yang dilakukan oleh dua staf ahli peternakan dari Hannover University, sebuah universitas terkemuka di Jerman. Yaitu: Prof.Dr. Schultz dan koleganya, Dr. Hazim. Keduanya memimpin satu tim penelitian terstruktur untuk menjawab pertanyaan: manakah yang lebih baik dan paling tidak sakit, penyembelihan secara Syari’at Islam yang murni (tanpa proses pemingsanan) ataukah penyembelihan dengan cara Barat (dengan pemingsanan)?
3. Keduanya merancang penelitian sangat canggih, mempergunakan sekelompok sapi yang telah cukup umur (dewasa). Pada permukaan otak kecil sapi-sapi itu dipasang elektroda (microchip) yang disebut Electro-Encephalograph (EEG). Microchip EEG dipasang di permukaan otak yang menyentuh titik (panel) rasa sakit di permukaan otak, untuk merekam dan mencatat derajat rasa sakit sapi ketika disembelih. Di jantung sapi-sapi itu juga dipasang Electro Cardiograph (ECG) untuk merekam aktivitas jantung saat darah keluar karena disembelih.
4. Untuk menekan kesalahan, sapi dibiarkan beradaptasi dengan EEG maupun ECG yang telah terpasang di tubuhnya selama beberapa minggu. Setelah masa adaptasi dianggap cukup, maka separuh sapi disembelih sesuai dengan Syariat Islam yang murni, dan separuh sisanya disembelih dengan menggunakan metode pemingsanan yang diadopsi Barat.
5. Dalam Syariat Islam, penyembelihan dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam, dengan memotong tiga saluran pada leher bagian depan, yakni: saluran makanan, saluran nafas serta dua saluran pembuluh darah, yaitu: arteri karotis dan vena jugularis.
6. Patut pula diketahui, syariat Islam tidak merekomendasikan metoda atau teknik pemingsanan. Sebaliknya, Metode Barat justru mengajarkan atau bahkan mengharuskan agar ternak dipingsankan terlebih dahulu sebelum disembelih.
7. Selama penelitian, EEG dan ECG pada seluruh ternak sapi itu dicatat untuk merekam dan mengetahui keadaan otak dan jantung sejak sebelum pemingsanan (atau penyembelihan) hingga ternak itu benar-benar mati. Nah, hasil penelitian inilah yang sangat ditunggu-tunggu!
8. Dari hasil penelitian yang dilakukan dan dilaporkan oleh Prof. Schultz dan Dr. Hazim di Hannover University Jerman itu dapat diperoleh beberapa hal sbb.:
Penyembelihan Menurut Syariat Islam
Hasil penelitian dengan menerapkan praktek penyembelihan menurut Syariat Islam menunjukkan:
Pertama
Pada 3 detik pertama setelah ternak disembelih (dan ketiga saluran pada leher sapi bagian depan terputus), tercatat tidak ada perubahan pada grafik EEG. Hal ini berarti bahwa pada 3 detik pertama setelah disembelih itu, tidak ada indikasi rasa sakit.
Kedua
Pada 3 detik berikutnya, EEG pada otak kecil merekam adanya penurunan grafik secara bertahap yang sangat mirip dengan kejadian deep sleep (tidur nyenyak) hingga sapi-sapi itu benar-benar kehilangan kesadaran. Pada saat tersebut, tercatat pula oleh ECG bahwa jantung mulai meningkat aktivitasnya.
Ketiga
Setelah 6 detik pertama itu, ECG pada jantung merekam adanya aktivitas luar biasa dari jantung untuk menarik sebanyak mungkin darah dari seluruh anggota tubuh dan memompanya keluar. Hal ini merupakan refleksi gerakan koordinasi antara jantung dan sumsum tulang belakang (spinal cord). Pada saat darah keluar melalui ketiga saluran yang terputus di bagian leher tersebut, grafik EEG tidak naik, tapi justru drop (turun) sampai ke zero level (angka nol). Hal ini diterjemahkan oleh kedua peneliti ahli itu bahwa: “No feeling of pain at all!” (tidak ada rasa sakit sama sekali!).
Keempat
Karena darah tertarik dan terpompa oleh jantung keluar tubuh secara maksimal, maka dihasilkan healthy meat (daging yang sehat) yang layak dikonsumsi bagi manusia. Jenis daging dari hasil sembelihan semacam ini sangat sesuai dengan prinsip Good Manufacturing Practise (GMP) yang menghasilkan Healthy Food.
Penyembelihan Cara Barat
Pertama
Segera setelah dilakukan proses stunning (pemingsanan), sapi terhuyung jatuh dan collaps (roboh). Setelah itu, sapi tidak bergerak-gerak lagi, sehingga mudah dikendalikan. Oleh karena itu, sapi dapat pula dengan mudah disembelih tanpa meronta-ronta, dan (tampaknya) tanpa (mengalami) rasa sakit. Pada saat disembelih, darah yang keluar hanya sedikit, tidak sebanyak bila disembelih tanpa proses stunning (pemingsanan).
Kedua
Segera setelah proses pemingsanan, tercatat adanya kenaikan yang sangat nyata pada grafik EEG. Hal itu mengindikasikan adanya tekanan rasa sakit yang diderita oleh ternak (karena kepalanya dipukul, sampai jatuh pingsan).
Ketiga
Grafik EEG meningkat sangat tajam dengan kombinasi grafik ECG yang drop ke batas paling bawah. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan rasa sakit yang luar biasa, sehingga jantung berhenti berdetak lebih awal. Akibatnya, jantung kehilangan kemampuannya untuk menarik darah dari seluruh organ tubuh, serta tidak lagi mampu memompanya keluar dari tubuh.
Keempat
Karena darah tidak tertarik dan tidak terpompa keluar tubuh secara maksimal, maka darah itu pun membeku di dalam urat-urat darah dan daging, sehingga dihasilkan unhealthy meat (daging yang tidak sehat), yang dengan demikian menjadi tidak layak untuk dikonsumsi oleh manusia. Disebutkan dalam khazanah ilmu dan teknologi daging, bahwa timbunan darah beku (yang tidak keluar saat ternak mati/disembelih) merupakan tempat atau media yang sangat baik bagi tumbuh-kembangnya bakteri pembusuk, yang merupakan agen utama merusak kualitas daging.
Bukan Ekspresi Rasa Sakit!
Meronta-ronta dan meregangkan otot pada saat ternak disembelih ternyata bukanlah ekspresi rasa sakit! Sangat jauh berbeda dengan dugaan kita sebelumnya! Bahkan mungkin sudah lazim menjadi keyakinan kita bersama, bahwa setiap darah yang keluar dari anggota tubuh yang terluka, pastilah disertai rasa sakit dan nyeri. Terlebih lagi yang terluka adalah leher dengan luka terbuka yang menganga lebar…!
Hasil penelitian Prof. Schultz dan Dr. Hazim justru membuktikan yang sebaliknya. Yakni bahwa pisau tajam yang mengiris leher (sebagai syariat Islam dalam penyembelihan ternak) ternyata tidaklah ‘menyentuh’ saraf rasa sakit. Oleh karenanya kedua peneliti ahli itu menyimpulkan bahwa sapi meronta-ronta dan meregangkan otot bukanlah sebagai ekspresi rasa sakit, melainkan sebagai ekspresi ‘keterkejutan otot dan saraf’ saja (yaitu pada saat darah mengalir keluar dengan deras). Mengapa demikian? Hal ini tentu tidak terlalu sulit untuk dijelaskan, karena grafik EEG tidak membuktikan dan tidak menunjukkan adanya rasa sakit itu.
Subhanallah… Memang selalu ada jawaban dari setiap pertanyaan tentang kebenaran Islam. Selalu ada penguatan Allah terhadap ajaran agama -Nya yang mulia ini.
Sebenarnya, sudah tidak ada alasan lagi menyimpan rasa tak tega melihat proses penyembelihan kurban, karena aku sudah tahu bahwa hewan ternak tersebut tidak merasakan sakit ketika disembelih. Dan yang paling penting, aku dapat mengerti hikmah dari salah satu Syariah Islam dan keberkahan yang tersimpan di dalamnya.
Jika menurut kalian, artikel ini bermanfaat.
Silakan di-share untuk teman Anda,
sahabat Anda, keluarga Anda, atau bahkan orang yang tidak Anda kenal sekalipun.
Jika mereka tergerak hatinya untuk menghidupkan tuntunan Al-Quran di tempat tinggalnya setelah membaca artikel yang Anda share, maka semoga Anda juga mendapatkan balasan pahala yang berlimpah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Aamiin...
Masya Allah, semakin Maju Penelitian Ilmiyah Semakin Membuktikan Kebenaran Islam.
Jelang Hari Raya Idul Adha atau hari raya kurban, jangan pernah makan daging sapi tanpa disembelih, ternyata syariat Islam ini membuat orang barat terkejut.
Simak penelitian ini.
1. Rasulullah tak pernah belajar cardiology tapi syari’atnya membuktikan penelitian ilmu modern.
2. Melalui penelitian ilmiah yang dilakukan oleh dua staf ahli peternakan dari Hannover University, sebuah universitas terkemuka di Jerman. Yaitu: Prof.Dr. Schultz dan koleganya, Dr. Hazim. Keduanya memimpin satu tim penelitian terstruktur untuk menjawab pertanyaan: manakah yang lebih baik dan paling tidak sakit, penyembelihan secara Syari’at Islam yang murni (tanpa proses pemingsanan) ataukah penyembelihan dengan cara Barat (dengan pemingsanan)?
3. Keduanya merancang penelitian sangat canggih, mempergunakan sekelompok sapi yang telah cukup umur (dewasa). Pada permukaan otak kecil sapi-sapi itu dipasang elektroda (microchip) yang disebut Electro-Encephalograph (EEG). Microchip EEG dipasang di permukaan otak yang menyentuh titik (panel) rasa sakit di permukaan otak, untuk merekam dan mencatat derajat rasa sakit sapi ketika disembelih. Di jantung sapi-sapi itu juga dipasang Electro Cardiograph (ECG) untuk merekam aktivitas jantung saat darah keluar karena disembelih.
4. Untuk menekan kesalahan, sapi dibiarkan beradaptasi dengan EEG maupun ECG yang telah terpasang di tubuhnya selama beberapa minggu. Setelah masa adaptasi dianggap cukup, maka separuh sapi disembelih sesuai dengan Syariat Islam yang murni, dan separuh sisanya disembelih dengan menggunakan metode pemingsanan yang diadopsi Barat.
5. Dalam Syariat Islam, penyembelihan dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam, dengan memotong tiga saluran pada leher bagian depan, yakni: saluran makanan, saluran nafas serta dua saluran pembuluh darah, yaitu: arteri karotis dan vena jugularis.
6. Patut pula diketahui, syariat Islam tidak merekomendasikan metoda atau teknik pemingsanan. Sebaliknya, Metode Barat justru mengajarkan atau bahkan mengharuskan agar ternak dipingsankan terlebih dahulu sebelum disembelih.
7. Selama penelitian, EEG dan ECG pada seluruh ternak sapi itu dicatat untuk merekam dan mengetahui keadaan otak dan jantung sejak sebelum pemingsanan (atau penyembelihan) hingga ternak itu benar-benar mati. Nah, hasil penelitian inilah yang sangat ditunggu-tunggu!
8. Dari hasil penelitian yang dilakukan dan dilaporkan oleh Prof. Schultz dan Dr. Hazim di Hannover University Jerman itu dapat diperoleh beberapa hal sbb.:
Penyembelihan Menurut Syariat Islam
Hasil penelitian dengan menerapkan praktek penyembelihan menurut Syariat Islam menunjukkan:
Pertama
Pada 3 detik pertama setelah ternak disembelih (dan ketiga saluran pada leher sapi bagian depan terputus), tercatat tidak ada perubahan pada grafik EEG. Hal ini berarti bahwa pada 3 detik pertama setelah disembelih itu, tidak ada indikasi rasa sakit.
Kedua
Pada 3 detik berikutnya, EEG pada otak kecil merekam adanya penurunan grafik secara bertahap yang sangat mirip dengan kejadian deep sleep (tidur nyenyak) hingga sapi-sapi itu benar-benar kehilangan kesadaran. Pada saat tersebut, tercatat pula oleh ECG bahwa jantung mulai meningkat aktivitasnya.
Ketiga
Setelah 6 detik pertama itu, ECG pada jantung merekam adanya aktivitas luar biasa dari jantung untuk menarik sebanyak mungkin darah dari seluruh anggota tubuh dan memompanya keluar. Hal ini merupakan refleksi gerakan koordinasi antara jantung dan sumsum tulang belakang (spinal cord). Pada saat darah keluar melalui ketiga saluran yang terputus di bagian leher tersebut, grafik EEG tidak naik, tapi justru drop (turun) sampai ke zero level (angka nol). Hal ini diterjemahkan oleh kedua peneliti ahli itu bahwa: “No feeling of pain at all!” (tidak ada rasa sakit sama sekali!).
Keempat
Karena darah tertarik dan terpompa oleh jantung keluar tubuh secara maksimal, maka dihasilkan healthy meat (daging yang sehat) yang layak dikonsumsi bagi manusia. Jenis daging dari hasil sembelihan semacam ini sangat sesuai dengan prinsip Good Manufacturing Practise (GMP) yang menghasilkan Healthy Food.
Penyembelihan Cara Barat
Pertama
Segera setelah dilakukan proses stunning (pemingsanan), sapi terhuyung jatuh dan collaps (roboh). Setelah itu, sapi tidak bergerak-gerak lagi, sehingga mudah dikendalikan. Oleh karena itu, sapi dapat pula dengan mudah disembelih tanpa meronta-ronta, dan (tampaknya) tanpa (mengalami) rasa sakit. Pada saat disembelih, darah yang keluar hanya sedikit, tidak sebanyak bila disembelih tanpa proses stunning (pemingsanan).
Kedua
Segera setelah proses pemingsanan, tercatat adanya kenaikan yang sangat nyata pada grafik EEG. Hal itu mengindikasikan adanya tekanan rasa sakit yang diderita oleh ternak (karena kepalanya dipukul, sampai jatuh pingsan).
Ketiga
Grafik EEG meningkat sangat tajam dengan kombinasi grafik ECG yang drop ke batas paling bawah. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan rasa sakit yang luar biasa, sehingga jantung berhenti berdetak lebih awal. Akibatnya, jantung kehilangan kemampuannya untuk menarik darah dari seluruh organ tubuh, serta tidak lagi mampu memompanya keluar dari tubuh.
Keempat
Karena darah tidak tertarik dan tidak terpompa keluar tubuh secara maksimal, maka darah itu pun membeku di dalam urat-urat darah dan daging, sehingga dihasilkan unhealthy meat (daging yang tidak sehat), yang dengan demikian menjadi tidak layak untuk dikonsumsi oleh manusia. Disebutkan dalam khazanah ilmu dan teknologi daging, bahwa timbunan darah beku (yang tidak keluar saat ternak mati/disembelih) merupakan tempat atau media yang sangat baik bagi tumbuh-kembangnya bakteri pembusuk, yang merupakan agen utama merusak kualitas daging.
Bukan Ekspresi Rasa Sakit!
Meronta-ronta dan meregangkan otot pada saat ternak disembelih ternyata bukanlah ekspresi rasa sakit! Sangat jauh berbeda dengan dugaan kita sebelumnya! Bahkan mungkin sudah lazim menjadi keyakinan kita bersama, bahwa setiap darah yang keluar dari anggota tubuh yang terluka, pastilah disertai rasa sakit dan nyeri. Terlebih lagi yang terluka adalah leher dengan luka terbuka yang menganga lebar…!
Hasil penelitian Prof. Schultz dan Dr. Hazim justru membuktikan yang sebaliknya. Yakni bahwa pisau tajam yang mengiris leher (sebagai syariat Islam dalam penyembelihan ternak) ternyata tidaklah ‘menyentuh’ saraf rasa sakit. Oleh karenanya kedua peneliti ahli itu menyimpulkan bahwa sapi meronta-ronta dan meregangkan otot bukanlah sebagai ekspresi rasa sakit, melainkan sebagai ekspresi ‘keterkejutan otot dan saraf’ saja (yaitu pada saat darah mengalir keluar dengan deras). Mengapa demikian? Hal ini tentu tidak terlalu sulit untuk dijelaskan, karena grafik EEG tidak membuktikan dan tidak menunjukkan adanya rasa sakit itu.
Subhanallah… Memang selalu ada jawaban dari setiap pertanyaan tentang kebenaran Islam. Selalu ada penguatan Allah terhadap ajaran agama -Nya yang mulia ini.
Sebenarnya, sudah tidak ada alasan lagi menyimpan rasa tak tega melihat proses penyembelihan kurban, karena aku sudah tahu bahwa hewan ternak tersebut tidak merasakan sakit ketika disembelih. Dan yang paling penting, aku dapat mengerti hikmah dari salah satu Syariah Islam dan keberkahan yang tersimpan di dalamnya.
Jika menurut kalian, artikel ini bermanfaat.
Silakan di-share untuk teman Anda,
sahabat Anda, keluarga Anda, atau bahkan orang yang tidak Anda kenal sekalipun.
Jika mereka tergerak hatinya untuk menghidupkan tuntunan Al-Quran di tempat tinggalnya setelah membaca artikel yang Anda share, maka semoga Anda juga mendapatkan balasan pahala yang berlimpah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Aamiin...
Sabtu, 2 September 2017
Korban
Jika kita belum mampu menyembelih haiwan qurban tahun ini, maka sembelihlah sifat sombong dalam diri kita, yang selalu merasa benar, selalu merasa pandai, selalu merasa 'alim..
Jika kita belum diberi kesempatan melempar jamrah tahun ini, maka lemparlah jauh jauh ke lautan dalam sifat hasad, hasut, iri, dengki, kianat ,takkabur ,riak,sombong ,amarah, dendam dalam diri kita, agar kita boleh memandang orang lain dengan pandangan kasih sayang..
Jika kita belum sempat melaksanakan tawaf mengelilingi ka'bah tahun ini, maka kelilingilah tetangga, saudara, kerabat dan sahabatmu, agar terjalin tali silaturrahim yang erat sesama hamba Allah..in syaa allah
Ilmu
TIPS BELAJAR
Antara tips belajar yang disebutkan ulama' silam ialah seperti berikut:
Kata Imam Sufyan al-Thauri:
Permulaan ilmu itu ialah engkau diam, kemudian kau dengar dengan baik, kemudian hafal, lalu kau amalkan kemudian barulah disebar dan diajarkan kepada orang lain.
[Jami' bayan al-Ilm wa fadhlih 1/118]
1. Diam. Jangan rasa serba tahu. Bagaimana nak dapat ilmu kalau awal-awal lagi dah rasa tahu semua benda. First step to gain knowledge is to humble ourself by admit that we know nothing and we want to learn.
2. Dengar betul-betul apa yang disampaikan. Tak semestinya kita perlu terima bulat² apa yang disampaikan but atleast dengar dulu apa yang disampaikan sebelum menilai.
Masalah kita ialah kita nilai dulu sebelum dengar penjelasan. Kita judge dulu sebelum baca full statement. Listen first before make any conclusion.
3. Amal. Banyak ilmu yang melekat dalam kepala sebab kita amal. Yang kita tak amal, mudah kita lupa. Lagipun memang tujuan ilmu untuk beramal. So try our best to practice what we have learn. It much better than only memorize it.
4. Sampaikan. Ini sebenarnya last stage. Bila dah dengar, fah belajar dan kaji, amal pun dah barulah kita sampaikan.
Tapi sebahagian daripada kita malah terbalik. Belajar tak mahu tapi bab sampaikan laju. Bab mengulas dialah jaguh, bab mendengar dan mengkaji dialah raja tangguh. Belum lagi bab amal, dialah paling jauh.
Muhasabah bersama
Ad-Dien Abdul Kadir
Antara tips belajar yang disebutkan ulama' silam ialah seperti berikut:
Kata Imam Sufyan al-Thauri:
Permulaan ilmu itu ialah engkau diam, kemudian kau dengar dengan baik, kemudian hafal, lalu kau amalkan kemudian barulah disebar dan diajarkan kepada orang lain.
[Jami' bayan al-Ilm wa fadhlih 1/118]
1. Diam. Jangan rasa serba tahu. Bagaimana nak dapat ilmu kalau awal-awal lagi dah rasa tahu semua benda. First step to gain knowledge is to humble ourself by admit that we know nothing and we want to learn.
2. Dengar betul-betul apa yang disampaikan. Tak semestinya kita perlu terima bulat² apa yang disampaikan but atleast dengar dulu apa yang disampaikan sebelum menilai.
Masalah kita ialah kita nilai dulu sebelum dengar penjelasan. Kita judge dulu sebelum baca full statement. Listen first before make any conclusion.
3. Amal. Banyak ilmu yang melekat dalam kepala sebab kita amal. Yang kita tak amal, mudah kita lupa. Lagipun memang tujuan ilmu untuk beramal. So try our best to practice what we have learn. It much better than only memorize it.
4. Sampaikan. Ini sebenarnya last stage. Bila dah dengar, fah belajar dan kaji, amal pun dah barulah kita sampaikan.
Tapi sebahagian daripada kita malah terbalik. Belajar tak mahu tapi bab sampaikan laju. Bab mengulas dialah jaguh, bab mendengar dan mengkaji dialah raja tangguh. Belum lagi bab amal, dialah paling jauh.
Muhasabah bersama
Ad-Dien Abdul Kadir
Jumaat, 1 September 2017
Aramaic
Big Lesson for Christians and Muslims:
Robin Scott
Labour MP in Victoria shared this on his Facebook page:
Christians and Muslims are more alike than different.
Please read that which I have discovered - Robin
1. Jesus taught that there is only One God and Only God should be worshipped as taught in Deut 6:4, Mark 12:29.
Muslims also believe this as taught in the Qur’an verse 4:171.
2. Jesus didn’t eat pork as taught in Leviticus 11:7, and neither do Muslims as taught in the Qur’an verse 6:145.
3. Jesus greeted with the words “as salaamualaikum” (Peace be with you) in John 20:21. Muslims also greet each other this way.
4. Jesus always said “God Willing” (inshallah), Muslims say this too before doing anything as taught in the Qur’an verses 18:23-24.
5. Jesus washed his face, hands, and feet before praying. The Muslims do the same.
6. Jesus and other prophets of the Bible offerd prayer with their head to the ground (see Matthew 26:39). Muslims do too as taught in the Qur’an verse 3:43.
7. Jesus had beard and wore a throbe. It is Sunnah for Muslim men to do the same.
8. Jesus followed the law and believed in all the prophets, (see Matthew 5:17). Muslims do too as taught in the Qur’an
verses 3:84, and 2:285.
9. Jesus’ mother Maryam dressed modestly by fully covering her body and wearing a headscarf (hijab) as found in 1 Timothy 2:9, Genesis 24:64-65, and Corinthians 11:6. Muslim women modestly dress the same as taught in the Qur’an verse 33:59.
10. Jesus and other prophets of the Bible fasting up to 40 days (see Exodus 34:28, Daniel 10:2-6, Kings 19:8, and Matthew 4:1- Muslims do so also during the month of Ramadan. Muslims are required to fast the full obligatory 30 days (see Qur’an 2:183), and others take it a step further by fasting an additional 6 days to increase their rewards.
11. Jesus taught to say “Peace to this house” when entering it (see Luke 10:5), and to also greet the people in the house with “peace be unto you”. Muslims do exactly what Jesus did and taught. When we enter our homes and the homes of others we say “Bismillah” and also greet with "as salaamu alaikum” (peace be upon you) as taught in the Qur’an verse 24:61.
12. Jesus was circumcised. Circumcision is 1 of the 5 fitrah in Islam, so Muslim men are required to be circumcised. According to the Bible in Luke 2:21, Jesus was eight days old when he was circumcised. In the Torah, Allah/God stated to the Prophet Abraham that it is an “Everlasting covenant” (see Genesis 17:13). In the Qur’an verse 16:123 Muslims are required to follow the religion of Abraham. The Prophet Muhammad said, “The Prophet Abraham circumcised himself when he was eighty years old.”
13. Jesus spoke aramaic and called God ”Elah”, which is pronounced the same as “Allah”. Aramaic is an ancient, Biblical language. It is one of the Semitic languages that also include Hebrew, Arabic, Ethiopic and the ancient Assyrian and Babylonian language of Akkadian.
The Aramaic”Elah” and the Arabic “Allah” are the same.
The Aramaic “Elah” is derived from the Arabic “Allah”, and it means “GOD”. “Allah” in Arabic also means”GOD”, the Supreme GOD Almighty. You can easily see the similarity in their pronunciation so this concludes that the God of Jesus is also the God of the Muslims, of all mankind, and all that exist.
(Do share to promote religious understanding & peace in the world)
Robin Scott
Labour MP in Victoria shared this on his Facebook page:
Christians and Muslims are more alike than different.
Please read that which I have discovered - Robin
1. Jesus taught that there is only One God and Only God should be worshipped as taught in Deut 6:4, Mark 12:29.
Muslims also believe this as taught in the Qur’an verse 4:171.
2. Jesus didn’t eat pork as taught in Leviticus 11:7, and neither do Muslims as taught in the Qur’an verse 6:145.
3. Jesus greeted with the words “as salaamualaikum” (Peace be with you) in John 20:21. Muslims also greet each other this way.
4. Jesus always said “God Willing” (inshallah), Muslims say this too before doing anything as taught in the Qur’an verses 18:23-24.
5. Jesus washed his face, hands, and feet before praying. The Muslims do the same.
6. Jesus and other prophets of the Bible offerd prayer with their head to the ground (see Matthew 26:39). Muslims do too as taught in the Qur’an verse 3:43.
7. Jesus had beard and wore a throbe. It is Sunnah for Muslim men to do the same.
8. Jesus followed the law and believed in all the prophets, (see Matthew 5:17). Muslims do too as taught in the Qur’an
verses 3:84, and 2:285.
9. Jesus’ mother Maryam dressed modestly by fully covering her body and wearing a headscarf (hijab) as found in 1 Timothy 2:9, Genesis 24:64-65, and Corinthians 11:6. Muslim women modestly dress the same as taught in the Qur’an verse 33:59.
10. Jesus and other prophets of the Bible fasting up to 40 days (see Exodus 34:28, Daniel 10:2-6, Kings 19:8, and Matthew 4:1- Muslims do so also during the month of Ramadan. Muslims are required to fast the full obligatory 30 days (see Qur’an 2:183), and others take it a step further by fasting an additional 6 days to increase their rewards.
11. Jesus taught to say “Peace to this house” when entering it (see Luke 10:5), and to also greet the people in the house with “peace be unto you”. Muslims do exactly what Jesus did and taught. When we enter our homes and the homes of others we say “Bismillah” and also greet with "as salaamu alaikum” (peace be upon you) as taught in the Qur’an verse 24:61.
12. Jesus was circumcised. Circumcision is 1 of the 5 fitrah in Islam, so Muslim men are required to be circumcised. According to the Bible in Luke 2:21, Jesus was eight days old when he was circumcised. In the Torah, Allah/God stated to the Prophet Abraham that it is an “Everlasting covenant” (see Genesis 17:13). In the Qur’an verse 16:123 Muslims are required to follow the religion of Abraham. The Prophet Muhammad said, “The Prophet Abraham circumcised himself when he was eighty years old.”
13. Jesus spoke aramaic and called God ”Elah”, which is pronounced the same as “Allah”. Aramaic is an ancient, Biblical language. It is one of the Semitic languages that also include Hebrew, Arabic, Ethiopic and the ancient Assyrian and Babylonian language of Akkadian.
The Aramaic”Elah” and the Arabic “Allah” are the same.
The Aramaic “Elah” is derived from the Arabic “Allah”, and it means “GOD”. “Allah” in Arabic also means”GOD”, the Supreme GOD Almighty. You can easily see the similarity in their pronunciation so this concludes that the God of Jesus is also the God of the Muslims, of all mankind, and all that exist.
(Do share to promote religious understanding & peace in the world)
Langgan:
Catatan (Atom)