Jumaat, 19 Februari 2021

Kotak amal

 *RUMAH BAU MELATI*


Waktu Maghrib yang menegangkan. Orang-orang bergerak menuju rumah kosong setelah pencuri kotak amal lari ke dalam bangunan angker untuk bersembunyi.


Tidak ada azan magrib hari itu sebab seluruhnya pergi mengejar pencuri laknat yang lancang mencemari rumah suci dengan perbuatannya yang keji.


Pencuri sialan!


Dia harus ditangkap dan diadili!


Rombongan massa itu saling sahut-menyahut, menumpahkan sumpah serapah, sesekali salah satu di antara mereka meneriakkan takbir.


Mereka makin dekat. Semerbak melati dibawa angin dari arah rerimbunan pepohonan di halaman rumah angker.


Rumah bau melati. Konon sering ada penampakan wanita yang melayang-layang mengitari rumah. Ia terbang sambil tertawa cekikian.


Namun, kali ini siapa yang peduli bau melati? Siapa yang peduli penampakan hantu wanita? Orang beramai-ramai. Bahkan di dalam rombongan itu ada Pak Haji, mana mungkin wanita itu berani menampakkan diri?


Bau melati makin kental. Kian menusuk hidung. Wangi sekaligus mendatangkan ketenangan yang mengerikan. Tak berapa lama kemudian orang-orang telah sampai di halaman rumah.


"Allahhu akbar!" Pak Haji mengucap takbir. Pandangannya menatap tajam ke awang-awang. Sementara warga yang lainya senyap. Beberapa gemetaran, ada juga yang mulutnya sampai menganga.


Perempuan itu muncul, melambung-lambung di antara dua pepohonan rimbun.


"Mengapa tak ke masjid? Mengapa tak mengumandangkan azan? Bangsaku sudah bersiap menutup telinga, beberapa sudah bersembunyi di tempat pembuangan yang kedap dan bau," sergah wanita yang wajahnya tertutup rambut panjang.


"Kami mau menangkap pencuri kotak amal!" jawab Pak Haji sedikit gemetar.


"Tidak bisa! Dia mencari perlindungan di rumah kami! Wajib bagi kami untuk melindunginya!"


"Setan terkutuk! Sudah terkutuk, sukanya membela bandit yang kelakuannya terkutuk!"


"Kamu lebih terkutuk! Kalian semua terkutuk!" Lecutan kata itu diiringi tawa cekikikan. Bau melati bertebaran.


"Biar aku bacakan kamu ayat-ayat Allaah! Lekas-lekaslah terbakar dan enyah kamu ke neraka!"


Pak Haji membaca ayat kursi. Warga berdzikir bersama-sama. Dengung suara dzikir terdengar bagai segerombolan lebah.


Tak lekas terbakar, wanita itu malah menirukan bacaan ayat kursi secara fasih.


"Bagaimana bisa ayat suci itu menghiasi lisanmu, bahkan tiap hari kamu membaca berjuz-juz quran, tapi tak satu pun yang terselip di hati?" ucap wanita yang kini duduk di atas dahan pohon beringin.


"Apa maksudmu, setan busuk?"


"Aku tahu siapa si pencuri kotak amal. Dia cuman anak-anak. Dia yatim. Kini bertambah jadi piatu. Simboknya baru saja meninggal seminggu yang lalu. Tanah kuburannya masih basah lalu kini kalian mau menghabisinya? Bagaimana bisa penderitaan anak ini luput dari jangkauan kalian?"


Semua terdiam. Pak Haji makin jengkel.

"Tapi, bukan berarti dia boleh mencuri!"


"Kamu mengumumkan KAS MASJID yang PULUHAN JUTA itu melalui pengeras suara. Sementara anak ini kelaparan. Hidupnya kini sebatang kara! Lalu ke mana saja kas yang puluhan juta itu? Mengapa yang kalian pentingkan hanya pembangunan masjid saja?"


"Kalau masjidnya bagus dan nyaman, ibadah jadi tenang." Pak Haji masih membela diri meski nada bicaranya makin melunak.


"Masjid kalian makin megah, makin nyaman, tapi, Allah yang kalian sembah itu kelaparan, kehausan, sedang kalian tak mau menggubrisnya."


"Kurang ajar! Beraninya kamu merendahkan Allah. Mana mungkin Allah lapar dan kehausan!" Pak Haji kembali menaikkan suara. Telunjuknya mengacung ke atas, tasbihnya terlihat melilit di pergelangan tangan.


"Dalam setiap jiwa yang kelaparan dan kehausan, Allah begitu dekat. Apa kalian tak pernah mengasah hati nurani?" Wanita itu kembali cekikikan.


Perkataan terakhir wanita itu membuat hati Pak Haji melunak secara kaffah. Dahulu, di pondok pesantren, ia kerap mendengar hadits qudsi tersebut. Mengapa kini ia malah melupakannya? 


Tertunduk Pak Haji dalam-dalam. Betapa menyesalnya ia kini.


Bau melati semakin tidak wajar. Makin membuat pusing dan mual. Beberapa yang tidak kuat menghirup aroma kental itu akhirnya lemas dan pingsan. Pak Haji pingsan paling akhir. 

***


"Pak, bangun! Sudah Maghrib. Ayo ke masjid." Bu Haji membangunkan suaminya yang tertidur selepas Ashar.


Buru-buru Pak Haji ke masjid dan mengecek kotak amal. Masih pada tempatnya. Pucat muka pria sepuh itu karena mimpi yang terus berkelebat di benaknya


Usai Maghrib, Pak Haji dan beberapa jamaah membongkar kotak amal. Dari hasil yang didapat, sebagian dialokasikan untuk pembangunan, sebagian untuk kesejahteraan umat.


Esok hari, pak haji buru-buru membeli sembako dengan uang kotak amal, ditambah uang pribadinya. Ia mendatangi rumah anak yatim yang ada di dalam mimpi.


Tersuruk-suruk langkah Pak Haji membopong sekarung beras dan menenteng bingkisan. Beberapa warga menawarinya bantuan untuk membawakan karung beras, tapi Pak Haji menolak.


"Ini adalah kelalaianku! Aku membiarkan anak yatim itu kelaparan. Aku sendiri yang harus memikulnya!"


Sesampai di depan gubuk tua dan reyot di pinggir sungai, buru2 Pak Haji dan warga dg bangga membuka pintu gubuk yg hampir roboh itu, dan...... apa yg mereka saksikan,..... Yatim piatu itu telah terbujur kaku di atas sajadah lusuh sambil memegangi perutnya... di hadapannya ada Al Qur'an kecil yg masih terbuka pada surat Al Insan (76:8) 

(وَیُطۡعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسۡكِینࣰا وَیَتِیمࣰا وَأَسِیرًا)


Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan, [Surat Al-Insan 8].


Innaa lillaahi wa innailaihi rooji'uuun


*Nabi Musa As. pernah bertanya kepada Allah, dimana ia bisa menemui-Nya. Allah menjawab : “Temuilah Aku di tengah orang yang hancur hatinya”. Karena itulah, Allah SWT menyuruh kita untuk memberi makan orang yatim, miskin dan yang tertawan hidupnya, bahkan dinilai sebagai pendusta agama jika tidak menyantuni mereka (QS.2:177,90:14-16,93:9-10,107:3).*: 😭😭😭😭😭


Dan bisa jadi anak yatim itu ada di sekitar kita?

Siapa peduli??

Mereka bisa kelaparan di tengah kotak amal MASJID YG RATUSAN JUTA. *NGANGGUR.*

Mereka bisa kelaparan ditengah masyarakat yg berkelebihan.

Sudahkah kita jadi penolong mereka?

Berapa yg kita beri pada mereka? 😭

Astaghfirullahaladzim


Ampuni kami Ya Rabb

Ampuni kami


😭😭😭😭😭

Jumaat, 12 Februari 2021

Poligami

 Tips untuk mencari calon isteri, satu daripadanya telah saya kongsi sebelum ini, iaitu kalau isteri pernah menaikkan gambarnya di media sosial, minta dia menurunkannya kesemuanya. Jika dia enggan, ertinya dia degil dan belum bersedia untuk menyerahkan kecantikan dirinya hanya untuk suami.


Tips kedua, pastikan dia bukan seorang antita‘addud. Jika dia bersedia untuk bermadu walaupun dengan syarat dia yang mencari, itu bonus dan salah satu keajaiban zaman ini. Kalau dia mengatakan dia berat, tetapi masih boleh menerima, ini sudah bernasib baik. Tetapi, kalau dia mengatakan dia enggan dimadukan (jika isteri tunggal), atau ingin menjadi yang terakhir (dalam keluarga berpoligami), cari yang lain. Saya nasihatkan, cari yang lain.


Ini kerana, dia berkemungkinan seorang antita'addud, dan daripada fakta-fakta kes yang saya terima dan pemerhatian yang lama, antita‘addud tidak akan menjadi isteri yang baik. Dia tidak semata-mata menghalang suami sendiri, malah suami orang lain yang tiada kaitan langsung pun dikeji kalau berkahwin lagi, meskipun isteri pertamanya rela hati. Antita‘addud percaya bahawa dia satu-satunya anugerah Tuhan yang sempurna tanpa cacat cela untuk suaminya. Berkahwin lagi adalah istilah lain bagi penghinaan kepada isteri, atau contoh bagi curang yang lebih terhormat. Dan kadang-kadang dia merasakan dirinya setaraf dengan anak perempuan Nabi SAW dan bakal madu setaraf dengan anak perempuan Abu Jahal.


Antita‘addud suka mengikuti kisah-kisah negatif rumah tangga orang khususnya yang mempunyai isteri lebih daripada satu. Dia sihat walafiat ketika membaca cerita-cerita buruk keluarga berpoligami, tetapi lumpuh serta-merta ketika membaca cerita-cerita ta‘addud yang harmoni. Anti ta‘addud menghalalkan sangka buruk dan tajassus kepada suami sendiri dengan alasan amar makruf nahi mungkar. Mengumpat suami dan menjaja aibnya adalah harus demi maslahat umat sejagat. 


Anti ta‘addud suka membaca dan berkempen tentang hak-hak isteri yang patut dipenuhi oleh si suami. Dia mahu isteri tidak diwajibkan melakukan kerja rumah dan suami memberikan wang belanja selain nafkah, seperti yang termaktub dalam kitab fiqh dan undang-undang. Tetapi, dia tidak mengiktiraf hak suami untuk berkahwin lagi, walaupun termaktub dalam al-Quran, atau membuat definisi adil dan mampu mengikut mazhab sendiri. 


Boleh jadi antita‘addud seorang yang baik hati kepada orang yang kesusahan, tetapi tidak untuk janda dan ibu tunggal. Janda dan ibu tunggal perlu dijauhi kerana mengancam “kebahagiaan” rumah tangganya. Antita‘addud mungkin pilih kasih kepada anak sendiri, tetapi lelaki yang ingin berpoligami wajib berlaku adil tidak boleh miring sebelah walau seberat zarah. Menipu isteri berdosa besar dan tidak berkat, tetapi berkonspirasi menghalang suami mendapatkan haknya, bagi seorang antipoligami, amalan yang mulia. 


Ramai antipoligami sambalewa melayan suami, tetapi marah jika suaminya tidak berpuas hati. Bagi antipoligami, berkahwin diam-diam ertinya suami menipu tetapi berkahwin terang-terangan tidak bermakna suami cuba berlaku jujur. Adil dan saksama dalam kamus antipoligami, merujuk kepada perbuatan melebihkan diri sendiri berbanding orang lain. Ketika meminta suaminya membelikan itu ini, suaminya seorang yang kaya raya, tetapi apabila si suami meminta berkahwin lain, tiba-tiba suaminya menjadi papa kedana.


Bagi antipoligami, ketua rumah tangga yang sebenar adalah isteri pertama. Oleh itu, untuk berkahwin lagi, si suami perlu menagih redanya. Katanya, daripada situlah datangnya rezeki suami, dan kalau boleh dia ingin mengatakan, syurga suami terletak di bawah kakinya. Hati dan perasaan suami adalah perkara kedua, hati dan perasaan isteri pertama itulah yang utama. Kalaupun haram derhaka kepada suami, itu selagi suami patuh kepada arahannya untuk tidak berkahwin lagi.  


Ramai antita‘addud yang bertudung labuh, malah berniqab marah jika ada yang menolak syariat, tetapi dia sendiri mempertikaikan syariat poligami dengan pelbagai takwilan dan alasan, kadang-kadang secara berlapik, dan kadang-kadang secara terang-terangan. Walaupun khilaf, ada antita'addud yang bersetuju bahawa poligami itu sunnah, tetapi tidak seperti sunnah menyimpan janggut dan tidak isbal, apabila bercakap tentang sunnah poligami, katanya, banyak lagi sunnah lain yang boleh diamalkan.


Dan terakhir, antita'addud berpendapat bahawa menjadi fitrah wanita untuk cemburu, tetapi bukan fitrah lelaki untuk mempunyai nafsu.

Rabu, 10 Februari 2021

Pdpr

 #postbagipihak 


2 hari lepas ialah kemuncak kesabaran saya terhadap sistem pdpr sejak covid menjelma di tahun 2020. Saya dah tak mampu cope dan perah tenaga saya lagi.


Kelas online katanya, tapi jadi kelas tempek link youtube, tempek homework online di Whatapps group. Saya cuba ikut dan fahami dari tahun lepas. Ok, mungkin perlukan masa untuk beradaptasi dengan sistem sebegini. Tapi bila tahun ni pun dok buat benda sama, saya give up.


Satu hari, 3 subjek. Anak saya 3 org, form 2, darjah 3 & darjah 4. Kelas kafa, lagi 3 subjek. Ha kira tengok berapa subjek nak hempuk atas kepala saya untuk mengajar anak2. Saya sudah sehabis baik sediakan kelengkapan belajar online di rumah. Laptop,PC sorang satu, buku2 latihan segala2. Setiap hari dari tahun lepas, saya komited untuk anak2 saya, saya tolak hampir semua tawaran kerja training semata2 nak spend masa untuk pelajaran anak2. 


Bermula pukul 8 pagi, group whatsapp sekolah akan dapat link youtube, gambar2 dan kerja rumah. Lepas abis satu kelas, 1 kelas. Lepas tu perkara paling annoying, berdedai2 list kehadiran dalam group whatsapp, dan jugak hasil kerja sekolah suruh cikgu semak. Kadang2 whatsapp group sekolah jd medan pertandingan, anak sapa siap dulu, anak sapa paling rajin, anak sapa buat elok, mak2 sapa baguih, blh dok kelebet anak 24jam. 


Semalam, ada seorang cikgu sekolah anak saya yang buat kelas mengajar depan2 melalui Gmeet, Cikgu Zaiton namanya. Saya rasa betul2 ringan sebelah bahu selepas cikgu mengajar secara 2 way communication begitu. Ada lagi sorang cikgu math tahun lepas, Cikgu Saari namanya, buat inisiatif rakam sendiri dirinya mengajar di whiteboard. Walaupun pelajar tak dapat respon on the spot, tapi pelajar boleh rasa kehadiran cikgu. 2 cikgu ni saya puji dan sangat2 hargai. Terima kasih cikgu!🙏


Petang pulak, kelas kafa. Mujur jugak sy baru jumpa kelas kafa swasta kt dalam taman ni. Dari tahun lepas merayu cari kelas kafa, nan hado, tak terima untuk pelajar baru, sampai la ke tahun ni. Tak tahu mana lagi nak hantar anak belajar agama. Xpa, bayar pun takpa, demi anak2. Alhamdulillah kelas kafa ni ustazah ada buat Google meet, nampaklah macam kelas online. Ada interaksi guru-pelajar. Anak2 saya pun nampaknya kembali bersemangat. 


Ok, masuk bab saya pulak, dari pagi siapkan sarapan, setup class untuk anak2, saya sendiri pun ada kelas online, sambil ajar anak, sambil usung laptpp masuk dapur, prepare lunch, sambil saya jawab exam, prepare modul, recording segala. Alhamdulillah, saya sabar, dan sabar lagi lalui hari2 mendatang.


Sampailah ke tarikh 2 hari lepas, saya burnout. Saya terlampau letih, saya dah tak sanggup. Saya buka shower dan menangis semahu-mahunya dalam bilik air sebab tak nak anak2 nampak. Lepas tu baru saya boleh cool down balik. Otak saya baru boleh berfikir secara rasional.


Saya buat keputusan, saya dah tak berminat ikut sistem pendidikan macam ni. Ini anak2 saya dan saya bertanggungjawab sepenuhnya ke atas mereka, bukan cikgu2 hatta KPM sekalipun. Kalau anak2 saya melingkup pun, takkan ada siapa yang peduli. 


Jadi saya duduk di meja tulis, dan rangka strategi baru. Saya print semua silibus sekolah anak2 saya. Saya buat jadual kami sendiri. Setiap hari 1 jam untuk kami berempat duduk dan go through setiap satu tajuk bagi 1 subjek. Kerja rumah yang dikirim oleh pihak sekolah jatuh tempat kedua. Ada masa baru buat. Subjek pendidikan seni, muzik, jasmani etc, saya tolak tepi, sebabnya saya tau anak2 saya dah cukup aktif dan kreatif. 


Ada 1 lagi masalah berkenaan subjek sains, zaman sekarang subjek sains lebih kepada menghafal jargon2 dari pehamanan sains itu sendiri. Saya adalah peminat dan SPM A1 scorer matapelajaran sains, saya fikir, jika masa saya sekolah dulu saya dipaksa hafal inferens,malar tak malar dan tahapa2 lagi, kemungkinan besar saya akan benci  subjek sains. Subjek sains sepatutnya fun, bukan stressful. 


Masa 2 jam saya menangis2 tu, perasaan saya bercampur baur. Ada yang saya menangis sebab kasihankan diri saya, ibubapa lain, dan guru2 sekolah. Saya ni, boleh dikatakan celik juga IT, pun rasa sangat2 terbeban. Saya mampu sediakan pc,printer utk anak2. Bayangkanlah ibu bapa yang kurang faham bab teknologi. Yang kurang mampu, yg diberhentikan kerja, yang anak 7-8org. Cikgu2 tersepit, nak buat Google Meet, tak semua pelajar dapat masuk, ada yang tak pandai nak handle Gmeet, ada yang line internet sangat bermasalah. Itu belum lagi masuk ke masalah depression, ibu bapa dan guru. Setiap kali kunjungan saya ke pakar psikiatri, nurse selalu tanya, puan ni cikgu ke? Saya tanya, ramai ke cikgu2 masuk sini? Raaaaaaamaiii jawabnya. Itu kalau yang tahu memang hidap depression,dan pegi dapatkan rawatan. Yang tak tahu, dan tak boleh control tu macamana? Silap2 dicekiknya anak2. 


Kawan2 saya sangat ramai yang berkerjaya guru dan pensyarah, selalu mengadu, mereka memang betul2 tersepit, nk buat kelas online susah, pihak atasan juga menekan minta data itu ini, ibu bapa murid ramai yang bekerja dan sukar bagi kerjasama, kalau adapun waktu malam saja. Last2, back to square, tempek link, tempek homework di WhatsApp sajalah jalannya.  


Kami ibu bapa sudah lelah. Duit ringgit tak payah cakaplah,laptop, printer segala2 terpaksa beli. Guru2 sudah lelah, semangat mengajar kian hilang. Entahlah.Saya betul2 penat dan fedup. Jadi saya buat keputusan, nak mengamalkan konsep mampoih pi. 


Kalau anak saya larat buat kerja sekolah, buatlah. Kehadiran dlm WA class pn saya dah menyampah nak isi. Kalau ada mood, saya isi, kalau tak lantakkan. Sekarang kami fokus kepada strategi dan jadual baru kami. Yang penting pemahaman anak2, bukan kehadiran. Sejam-dua sehari fokus setiap topik much better dari hari2 dok buat keja sekolah,tapi haram tak paham apa.


Sekian dulu, demikianlah berakhirnya kuota berletiaq saya pada hari ini.Saya perlu jaga kesihatan mental dan fizikal saya, kalau saya sakit, kena masuk wad gila, sapa nak jaga anak2 saya?  Now, saya letih sangat2, nak makan ubat dan tidoq. Harini saya bagi cuti kt anak2 saya. Yahooo!

C&p....


Memang saya penatt...

Penat saya beletir dekat anak2

Bukan semua kerja sekolah depa boleh buat.

Saya bukan 24jam boleh tengok depa.

Saya juga kerja

Saya juga suri rumah

Saya penat

Dan penat

Isnin, 8 Februari 2021

Marah

 PESANAN SEORANG LELAKI....😊😊


Wahai anak-anak. 


Janganlah buat ibumu marah-marah. Ketahuilah tatkala kamu dimarahi, ada si bapa yang bingkas berdiri dari tidur. Dahinya berkerut penuh kerisauan. Keringat peluh mula membanjir ke serata muka.


Lantas,


Yang belum cuci pinggan terus ke dapur.

Yang belum angkat kain terus meluru ke ampaian. Yang tengah mandi segera mengunci pintu. Yang tengah menyanyi terus berselawat.


Begini anak-anak. 


Marah ibumu itu boleh berjangkit. Sesaat dia marah kamu, kesalahan bapak tahun lepas akan dikenangnya. 


Pelik bukan? 


Tenang. Abah dulu pun tak tahu, sehinggalah atuk kamu bagitahu. 


Sekarang ingat! Kita kena bekerjasama. Korang jaga ibu, bapak selamat dan kita semua akan hidup bahagia. 


Faham anak-anak? 😂😂🤣🤣🤣🤣

Sabtu, 30 Januari 2021

Hikmah covid

 Mungkin sebelum ini kita berlebihan dalam meraikan sesuatu untuk dunia. 


Buat kenduri kahwin habis berpuluh ribu ringgit. Hingga membawa pada perbandingan.Pembaziran. Harga sebuah pelamin boleh mencecah 50K untuk duduk tak sampai berapa jam. Belum masuk persalinan pakaian dan sebagainya. Hinggakan hilang keberkatan majlis. 


Akhirnya, tahun ini Allah kembalikan fitrah majlis perkahwinan yang sebenar. Ringkas, dipermudahkan. Cukup sekadar membuat majlis kenduri doa selamat, raikan tetamu dengan bungkusan. Tidak mengapa. Ia sudah memadai untuk memaklumkan dua hati telah disatukan. Malaikat mendoakan pasangan mempelai dengan mudah. Tiada hiruk pikuk bunyi muzik dan sebagainya. Bukankah perkahwinan itu mencari rahmat? 


~ si covid yang kecil itu asbab. 


Jika sebelum ini akhir tahun warna-warna hari terakhir persekolahan dibanjiri dengan majlis gilang gemilang walaupun hanya tamat sekolah rendah. Baru tamat pra sekolah. Baru tamat tadika. Tapi kita meraikan seperti telah berjaya menakluk segalanya. Bukan tidak boleh meraikan tetapi adakalanya ia seperti perlumbaan, pertandingan, hingga ada anak-anak yang tidak mampu tidak mahu ke sekolah. Atau ibu bapa terpaksa menyediakan sejumlah kewangan yang besar untuk meraikan kejayaan yang baru bermula. 


Tahun ini, Allah hantar si covid untuk kita berfikir dan kembali kepada fitrah. Apabila laluan sebelum ini terlalu berlebihan. Walaupun ada yang mengatakan untuk kenangan apalah salahnya. 


Apabila kita buat kerana acuan manusia, maka kita sentiasa ada jawapan. Kita tidak mahu kalah. Tapi kita tidak mahu dengar apa yang Allah minta sebenarnya. 


Tahun ini tiada lagi majlis gilang gemilang graduasi, yang ada dibuat menyampaikan secara pandu lalu, atau berkumpul dengan kumpulan kecil. 


Jika tahun sebelum ini, wall penuh dengan gambar percutian keluar negara dan dalam negeri. Namun tahun ini Allah minta kita tenang-tenang sahaja. 


Mungkin dulu ada yang terluka kerana menyebabkan rasa iri apabila melihat rakan-rakan bercuti dengan penuh mewah, ke sana ke sini. Tahun ini kita lihat gambar Throwback sahaja. 


Begitulah! 


Allah membetulkan semula cara yang kita rasa betul tapi rupanya Allah tidak suka. Kita kata sekali sekala tapi Allah kata, usah berlebih-lebihan.


Tak perlu digegarkan dunia dengan memecah lautan cukuplah Allah hantar covid untuk tarbiyah diri. Mungkin ini cara Allah mahu mengkhabarkan bahawa sudah tiba masanya kalian bersedia dengan tanda-tanda melenyapkan kita umat akhir zaman.  


Adakah kita belajar sesuatu dengan ujian ini. Atau kita tetap yang dulu? 


Kerana kasihnya Allah kepada Nabi Muhammad Allah masih memberi secara perlahan ujian ini, Allah boleh sahaja nak rentap dan binasakan seperti mana Allah buat kepada umat terdahulu.


Covid telah setahun bersama kita, kita akan hidup bersama-sama dengannya. Tiada yang sia-sia dari Allah. Hanya kita, terdidik atau tidak dengan ujian ini.

 

#dakwahitucinta 

#islamituindah