Isnin, 26 Mei 2014

Hudzaifah Al-Yaman r.a


Penduduk bandar Madain berduyun-duyun keluar untuk menyambut kedatangan ketua negeri mereka yang baru diangkat serta dipilih oleh Amirul Mu'minin Umar r.a. Mereka pergi menyambutnya, kerana sudah lama hati mereka rindu untuk bertemu muka dengan shahabat Nabi yang mulia ini, yang telah banyak mereka dengar mengenai keshalihan dan ketaqwaannya, begitu juga tentang jasa-jasanya dalam membebaskan tanah Iraq.

Ketika mereka sedang menunggu rombongan yang hendak datang, tiba-tiba muncullah di hadapan mereka seorang laki-laki dengan wajah berseri-seri. Dia menunggang seekor keldai yang beralaskan kain usang, sedang kedua kakinya terjuntai ke bawah, kedua tangannya memegang roti serta garam sedang mulutnya sedang mengunyah.

Dia berada di tengah-tengah orang ramai dan mereka tahu bahawa orang itu tidak lain dari Hudzaifah Ibnu Al-Yaman r.a, maka mereka jadi bingung dan hampir-hampir tidak percaya. Tetapi apa yang perlu dihairankan? Corak kepemimpinan bagaimana yang mereka nantikan sebagai pilihan Umar? Hal itu dapat difahami, kerana baik di masa kerajaan Parsi yang terkenal itu atau sebelumnya, tak pernah diketahui adanya corak pemimpin semulia ini .

Hudzaifah meneruskan perjalanan sedang orang-ramai berkerumun dan mengelilinginya. Dan ketika dilihat bahawa mereka melihat dia seolah-olah menunggu amanat, diperhatikannya air muka mereka, lalu katanya, "Jauhilah oleh kalian tempat-tempat fitnah!" Ujar mereka, "Di manakah tempat-tempat fitnah itu wahai Abu Abdillah?" Ujarnya, "Pintu rumah para pembesar!" Seorang di antara kalian masuk menemui mereka dan mengiakan ucapan palsu serta memuji perbuatan baik yang tak pernah mereka lakukan!"

Demikianlah Hudzaifah r.a terus menerus mempelajari kejahatan dan orang-orang jahat, kemunafikan dan orang-orang munafiq. Dia berkata, "Orang-orang menanyakan kepada Rasulullah S.A.W tentang kebaikan, tetapi saya menanyakan kepadanya tentang kejahatan, kerana takut akan terlibat di dalamnya. Pernah aku bertanya, "Wahai Rasulullah, dulu kita berada dalam kejahiliyahan dan diliputi kejahatan, lalu Allah mendatangkan kepada kita kebaikan ini, apakah dibalik kebaikan ini ada kejahatan?" "Ada", ujarnya. "Kemudian apakah setelah kejahatan masih ada lagi kebaikan?" tanyaku pula. "Memang, tetapi kabur dan bahaya." "Apakah bahaya itu?" "Iaitu segolongan ummat mengikuti sunnah bukan sunnahku, dan mengikuti petunjuk bukan petunjukku. Kenalilah mereka olehmu dan laranglah."

"Kemudian setelah kebaikan tersebut masihkah ada lagi kejahatan?" tanyaku pula. "Masih," ujar Nabi, "Yakni para tukang seru di pintu neraka. Barangsiapa menyambut seruan mereka, akan mereka lemparkan ke dalam neraka!" Lalu kutanyakan kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah, apa yang harus saya perbuat bila saya menghadapi hal demikian?" Ujar Rasulullah, "Senantiasa mengikuti jama’ah kaum muslimin dan pemimpin mereka!" "Bagaimana kalau mereka tidak punya jama’ah dan tidak pula pemimpin?" "Hendaklah kamu tinggalkan golongan itu semua, walau kamu akan tinggal dirumpun kayu sampai kamu menemui ajal dalam keadaan demikian!"

Dia juga berbicara tentang hati, dan mengenai kehidupannya yang beroleh petunjuk dan yang sesat, katanya, "Hati itu ada empat macam: Hati yang tertutup, itulah dia hati orang kafir. Hati yang dua muka, itulah dia hati orang munafiq. Hati yang suci bersih, di sana ada pelita yang menyala, itulah dia hati orang yang beriman. Dan hati yang berisi keimanan dan kemunafikan.Perumpamaan keimanan itu adalah laksana sebatang kayu yang dihidupi air yang bersih, sedang kemunafikan itu tak ubahnya bagai bisul yang diairi darah dan nanah. Maka mana di antara keduanya yang lebih kuat, itulah yang menang."

Rasulullah S.a.w memberitahu tentang Fitnah dan nama orang-orang Munafiq kepada Hudzaifah

Hudzaifah Al-Yaman r.a juga digelar sebagai  صاحب السر / Shahibus Sirr (Penyimpan Rahsia) kepada Rasulullah S.a.w. Rasulullah S.a.w telah memberitahunya tentang fitnah dan juga nama-nama orang Munafiq.  Beliau berkata, "Pada suatu ketika Rasulullah S.a.w telah memberitahuku segala fitnah yang melibatkan 300 orang atau lebih. Bahkan baginda S.a.w juga memberitahu keadaan fitnah itu, keadaan pemimpinnya, namanya, nama ibubapanya, nama kabilahnya, semua dinyatakan dengan jelas."

Hudzaifah r.a sangat cermat dan teguh memegang segala rahsia mengenai orang-orang munafik selama hidupnya, sampai kepada seorang khalifah sekalipun yang cuba mengorek rahsia tetap dia tidak mahu membocorkannya. [2]

Oleh kerana beliau telah diberitahu oleh Rasulullah S.a.w tentang orang-orang Munafiq, maka Sayyidina Umar r.a selalu bertanya kepada beliau, "Adakah sesiapa dari pegawai-pegawaiku yang munafiq?"

Pada suatu ketika beliau menjawab, "Ada seorang munafiq, tetapi saya tidak akan memberitahu namanya." Umar r.a telah memecat orang itu mungkin melalui firasatnya sendiri.

Sekiranya ada sesiapa meninggal dunia, Umar r.a menyiasat sama ada Hudzaifah r.a menyertai solat jenazahnya atau tidak. Jika Hudzaifah r.a ada bersama, maka Umar r.a juga akan menyembahyangkan jenazah itu. Sekiranya tidak, Umar r.a juga tidak akan menyembahyangkan jenazah tersebut. [3]

Menjelang kematiannya

Ketika Hudzaifah sakit keras menjelang ajalnya tiba, beberapa orang sahabat datang mengunjunginya pada tengah malam. Hudzaifah bertanya kepada mereka, "Pukul berapa sekarang?" Mereka menjawab, "Sudah dekat Subuh." Hudzaifah berkata, "Aku berlindung kepada Allah dari Subuh yang menyebabkan aku masuk neraka." Dia bertanya kembali, "Adakah tuan-tuan membawa kafan?"  Mereka menjawab, "Ada."

Hudzaifah berkata, "Tidak perlu kafan yang mahal. Jika diriku baik dalam penilaian Allah, Dia akan menggantinya untukku dengan kafan yang lebih baik. Dan, jika aku tidak baik dalam pandangan Allah, Dia akan menanggalkan kafan itu dari tubuhku." Sesudah itu dia berdoa kepada Allah, "Wahai Allah! Sesungguhnya Engkau tahu, aku lebih suka fakir daripada kaya, aku lebih suka sederhana daripada mewah, aku lebih suka mati daripada hidup." Sesudah berdoa rohnya berangkat. Seorang kekasih Allah kembali kepada Allah dalam kerinduan. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya. [4]

Jumaat, 23 Mei 2014

bosan

Kenapa Hidup seseorang itu mudah bosan atau mood-mood-an? 

 Bosan bisa jadi singkatan dari "bos-nya setan". Bosan terjadi dikarenakan seseorang mengejar sesuatu yang terbatas... apapun yang terbatas lama-lama akan membosankan... akhirnya letih, lelah, galau, risau, dan kacau... 
 "Kejarlah" dan "Temukanlah" Dzat Yang Maha Tak Terbatas, dan cintailah segala yang terbatas hanya karena kita sedang mencintai Dzat Yang Maha Tak Terbatas Insya Allah, hidup kita tak lagi mudah bosan, malas, mood2an, 

karena kita mencintai yang tak ada ujungnya, Dzat Yang Tidak Membosankan, penuh misteri, menarik sekali untuk terus dikenali, diungkap berbagai misteri indah di dalam Dzat tersebut, misteri yang tak ada habis-habisnya... 
 So jika bosan hadir, maka berdo'alah kepada Allah, "Ya Allah Yang Maha Indah, ampuni aku karena telah berpaling dari-Mu, sehingga lagi-lagi aku kena penyakit 'bosan', maafkan aku, mudahkanlah aku untuk menikmati pelukan kasih sayang-Mu yang tak terbatas. Aamiin" 

 Yuk bernasyid : "Pergilah bosan, kejarlah keinginanmu... selagi masih ada waktu.... jangan hiraukan diriku... cukup Allah bagiku... cinta Allah yang satu... semua tercapai segala kebutuhanku... " 

kuciwa

Obat kecewa karena dizalimi seseorang

Sebagian Manusia begitu mudah merasa terzalimi, tapi cuex aja kalau menzalimi, cuex saja buang puntung rokok sembarangan, cuex saja buang bungkus permen atau bungkus snack dari dalam mobil ke jalan raya, cuex saja menyerobot lampu merah, cuex saja menyerobot antrian, cuex saja markirin mobil sembarangan, cuex saja nyontek, cuex saja nyogok polisi, gak. Ngerasa dosa bikin sim nembak, cuex saja mengotori pikiran dengan berbagai info/gambar/film negatif, cuex saja buka aib orang, aib ustadz, aib politikus, cuex saja tidak menunaikan hak-hak Allah atasnya.
 
Yup, begitulah, sebagian manusia begitu mudah merasa dizalimi, tapi tak sadar kalau sering menzalimi. Begitu mudah berteriak ketika haknya tidak ditunaikan, tapi "ndablek" ketika melanggar hak Allah dan hak orang lain. 
Itu sebabnya ketika kita "merasa" dizalimi maka berdo'alah sepenuh hati kepada Allah :
"Ya Allah, Engkau Maha Adil Bijaksana, Maha Pengasih lagi Penyayang, saya terima ketetapan-Mu ini, saya terima diri saya apa adanya, saya ridho dengan keadaan saya yang telah Engkau gariskan. Ya Allah, walau ini tak mudah, walau saya sangat kecewa dengan kelakuan orang itu, saya kini sadar bahwa ada kehendak-Mu yang Agung dibalik kejadian ini, saya yakin maksud baik-Mu atas peristiwa ini, karena saya memang banyak salah dan dosa, semoga kejadian ini menggugurkan banyak dosa-dosa saya,  maka ampunilah saya, sayangilah saya, peluklah saya dalam rahmat-Mu. Ya Allah, dengan rahmat-Mu, maka saya maafkan orang itu, maafkanlah dia, ampunilah dia, sayangilah dia, berilah kami ampunan dan kasih sayang-Mu, kepada-Mu lah kami kembali, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat. Aamiin"

Abdullah ibnu Mas'ud

Ar-Rahman
Sebelum Rasulullah S.a.w masuk ke rumah Arqam, Abdullah ibnu Mas’ud r.a telah beriman kepadanya dan merupakanorang keenam yang masuk Islam dan mengikuti Rasulullah S.a.w. Dengan demikian dia termasuk golongan yang mula-mula masuk Islam (As-Saabiquun Al-Awwaluun). [1]

Tak berapa lama selepas memeluk Islam, Abdullah bin Mas'ud mendatangi Rasulullah S.a.w dan memohon kepada baginda agar diterima menjadi pelayan baginda. Rasulullah S.a.w pun menyetujuinya.

Sejak hari itu, Abdullah bin Mas'ud tinggal di rumah Rasulullah S.a.w. Dia bertukar pekerjaan dari penggembala biri-biri menjadi pelayan utusan Allah dan pemimpin umat. Abdullah bin Mas'ud senantiasa mendampingi Rasulullah. Dia selalu menyertai ke mana pun baginda pergi.

Dia membangunkan Rasulullah S.a.w untuk shalat jika baginda tertidur, menyediakan air untuk mandi, mengambil selipar apabila baginda hendak keluar dan menyimpannya apabila baginda pulang. Dia membawakan tongkat dan siwak Rasulullah S.a.w, menutupkan pintu bilik apabila baginda hendak tidur. Bahkan Rasulullah S.a.w membenarkan Abdullah memasuki bilik baginda jika perlu. [2]

Beliau antara para sahabat r.a yang masyhur dan digolongkan dalam kalangan para sahabat yang bertanggungjawab untuk memberi fatwa. Beliau telah menyertai Rasulullah S.a.w dalam semua Ghazwah (peperangan). Disebabkan beliau berkhidmat khusus kepada Rasulullah S.a.w, maka beliau digelar حامل النعل (pembawa kasut),  صاحب الوسادة(penjaga bantal) [3] dan صاحب السواك (penjaga siwak). 

Baginda mengamanahkan kepadanya hal-hal yang rahsia, tanpa bimbang rahsia tersebut akan terbuka. Kerana itu, Abdullah ibnu Mas'ud juga digelar sebagai صاحب سر رسول الله (pemegang rahsia Rasulullah). [4]

Baginda S.a.w ada bersabda, "Sesiapa yang ingin membaca Al-Quran dengan cara yang sama seperti Al-Quran diturunkan maka bacalah dengan cara lbnu Ummi 'Abd (Abdullah ibnu Mas'ud)."

Kisah Abdullah ibnu Mas'ud baca Al-Quran secara terang-terangan dengan merdu

Dia yang selama ini tidak berani melalui hadapan salah seorang pembesar Quraisy kecuali dengan menjingkatkan kaki dan menundukkan kepala, di kemudian hari setelah masuk Islam, dia tampil di depan majlis para bangsawan di sisi Ka’bah, sementara semua pemimpin dan pemuka Quraisy duduk berkumpul, lalu berdiri di hadapan mereka dan mengumandangkan suaranya yang merdu dan membangkitkan minat, berisikan wahyu Illahi al-Quranul Karim.

Bismillahirrahmanirrahim ….

"Yang Maha Pemurah (Ar-Rahman) ....... Yang telah mengajarkan Al quran ....... Dia menciptakan manusia ....... Mengajarnya pandai berbicara ....... Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan ....... Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya."  [Surah Ar-Rahman : ayat 1 - 6]

Lalu dilanjutkannya bacaannya, sementara pemuka-pemuka Quraisy sama terpesona, tidak percaya akan pandangan mata dan pendengaran telinga mereka, dan tak tergambar dalam fikiran mereka bahawa orang yang menentang kekuasaan dan kesombongan mereka, tidak lebih dari seorang upahan di antara mereka, dan penggembala kambing dari salah seorang bangsawan Quraisy, iaitu Abdullah ibnu Mas’ud, seorang miskin yang hina dina.

Marilah kita dengar keterangan dari saksi mata melukiskan peristiwa yang amat menarik dan menakjubkan itu! Orang itu tiada lain dari Zubair r.a. katanya;

"Yang mula-mula membaca al-Quran (secara terbuka) di Mekah setelah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ialah Abdullah ibnu Masud r.a. Pada suatu hari para sahabat Rasulullah S.a.w berkumpul, kata mereka, "Demi Allah, orang-orang Quraisy belum lagi mendengar sedikit pun al-Quran ini dibaca dengan suara keras di hadapan mereka.

Nah, siapa di antara kita yang bersedia memperdengarkannya kepada mereka?"

Maka jawab Ibnu Mas'ud, "Saya."

Kata mereka, "Kami khuatir akan keselamatan dirimu! Yang kami inginkan ialah seorang laki-laki yang mempunyai kerabat yang akan mempertahankannya dari orang-orang itu jika mereka bermaksud jahat."

"Biarkanlah saya!" kata Ibnu Mas'ud pula, "Allah pasti membela." Maka datanglah Ibnu Mas’ud kepada kaum Quraisy di waktu dhuha, yakni ketika mereka sedang berada di balai pertemuannya.

Dia berdiri di pentas lalu membaca;

Bismillahirrahmanirrahim, dan dengan mengeraskan suaranya, Arrahman ‘allamal Quran …....

Lalu sambil menghadap kepada mereka diteruskanlah bacaannya. Mereka memerhatikannya sambil bertanya sesama mereka, "Apa yang dibaca oleh anak si Ummu ‘Abdin itu? Sungguh, yang dibacanya itu ialah yang dibaca oleh Muhammad!"

Mereka bangkit mendatangi dan memukulnya, sedang Ibnu Mas’ud meneruskan bacaannya sampai batas yang dikehendaki Allah. Setelah itu dengan muka dan tubuh yang cedera dia kembali kepada para shahabat. Kata mereka, "Inilah yang kami khuatirkan terhadap dirimu."

Ujar Ibnu Ma’sud, "Sekarang ini tak ada yang lebih mudah bagiku dari menghadapi musuh-musuh Allah itu! Dan seandainya tuan-tuan menghendaki, saya akan mendatangi mereka lagi dan berbuat hal yang sama esok hari!"

Ujar mereka, "Cukuplah demikian! Kamu telah membacakan kepada mereka barang yang menjadi tabu bagi mereka!"

Dalam soal harta, Abdullah ibnu Mas'ud tak punya apa-apa. Tentang perawakan, dia kecil dan kurus, apalagi dalam soal pengaruh, maka darjatnya jauh di bawah. Tapi sebagai ganti dari kemiskinannya itu, Islam telah memberinya bahagian yang melimpah dan perolehan yang cukup dari perbendaharaan Kisra dan simpanan Kaisar. Dan sebagai imbalan dari tubuh yang kurus dan jasmani yang lemah, dianugerahi-Nya kemahuan waja yang dapat menundukkan para adikara dan ikut mengambil bahagian dalam mengubah jalan sejarah. Dan untuk mengimbangi nasibnya yang tersia meminta-minta, Islam telah melimpahinya ilmu pengetahuan, kemuliaan serta ketetapan, yang menampilkannya sebagai salah seorang tokoh terkemuka dalam sejarah kemanusiaan.

Sungguh, tidak meleset kiranya pandangan jauh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika beliau mengatakan kepadanya, "Kamu akan menjadi seorang pemuda terpelajar." Dia telah diberi pelajaran oleh Tuhannya hingga menjadi faqih atau ahli hukum ummat Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, dan tulang belakang para huffadz al-Quranul Karim. [5]

Abdullah ibnu Mas’ud r.a berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; "Siapa yang membaca satu huruf dari Al-Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan sepertinya, dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf."  [HR at-Turmudzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami', no. 6469]

Abdullah ibnu Mas’ud r.a berkata; "Siapa yang ingin mengetahui bahawa dia mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka perhatikanlah jika dia mencintai Al-Quran maka sesungguhnya dia mencintai Allah dan rasul-Nya." [Atsar shahih diriwayatkan di dalam kitab Syu'ab Al-Iman, karya Imam Al-Baihaqi]

Abu Umamah Al-Bahily r.a berkata; "Aku telah mendengar Rasulullah S.a.w bersabda; "Bacalah Al-Quran kerana sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa'at kepada orang yang membacanya." [HR Muslim]

Khamis, 22 Mei 2014

Panda mu

Rehat seketika dgn Panda supaya lebih pandai peribahasa hehe

Pepatah-pepitih moden, selepas sempena mereka.

"Tuntutlah panda, walau ke negeri China"

"Sepandai-pandai Panda melompat, akhirnya jatuh ke Malaysia jua".

"Carik-carik bulu panda, akhirnya bercantum jua"

"Dua tiga panda berlari, mana nak sama si panda belang..."

"Di mana ada zoo, di situ ada panda"

"Yang merah itu saga, yang hitam putih itu panda"

"Panda dari China disusukan, anak dari rumah mati kelaparan"

"Harapkan panda, panda makan padi"

"Pucuk dicita, panda mendatang"

"Yang kurik itu kundi, yang hitam putih itu panda. Yang indah itu budi, yang 72 juta itu panda"

"Besar badan panda, Zoo Negara kami tadahkan"

"Tuah ayam nampak di kaki, tuah panda nampak di Malaysia"

"Panda di zoo ada insuran, anak di rumah tiada takaful"

"Buah cempedak di luar pagar, amik panda tolong jolokkan"

"Jika tiada panda,masakan pokok bergoyang"

"Terbakar kampung nampak asap, Terbakar zoo..............

guru selamat

Terima kasih Cikgu 'selamatkan' saya…

AZAMIN AMIN | .
IZINKAN saya mencoret secubit kisah, pengorbanan guru…

Ya, bagaimana mungkin sebilangan besar guru-guru di sebuah sekolah asrama di Perak akan melupakan seorang pelajar tingkatan dua tahun 1989, yang lari daripada sekolah di waktu malam, menaiki keretapi lalu ke utara tanah air tanpa diketahui oleh sesiapa.

Gamat satu sekolah keesokannya. Namun kisah 'pelarian' itu tidak bertahan lama. Dua hari selepas itu saya berjaya 'ditangkap'.

Tidak mungkin juga, mana-mana guru dapat menghilangkan wajah seorang Azamin yang terpaksa berdiri di hadapan ratusan pelajar pada hari perhimpunan Jumaat, kerana melanggar displin sekolah.

Digelar oleh guru displin sebagai P1 (Penjenayah, penjahat, perosak dan pelbagai perkataan P yang menunjukkan akhlak saya tidak elok).

Bukan sekali langgar. Acap kali. Antaranya mencederakan pelajar muda, bergaduh, pecah almari makmal, bawa 'lari' sebuah TV asrama ke bilik gerakan sekolah semata-mata untuk menonton video, meronda-ronda ke Asrama Puteri lewat malam dan aneka macam kelaku yang cukup memalukan.

Seringkali mata memandang serong apabila saya menuju ke bilik pengetua sekolah untuk menjalani hukuman sebatan rotan yang cukup menyakitkan. Lebih mengaibkan, ayahanda terpaksa datang sebab saya digantung selama seminggu kerana mencederakan pelajar.

Senarai panjang salah laku, tidak mungkin dapat memenuhi coretan ini. Cukup secebis, tanda pengakuan salah sebagai pengajaran yang bermakna dalam hidup. Saat itu, umpama sudah ada 'sayap untuk terbang'. Terlalu angkuh, padahal hijau lagi akal budi.

Cumanya paling menyayat hati dan tersentuh jiwa, walau setinggi mana gumpalan noda dan dosa, biar melangit saya melompat, dan tersungkur ke bumi sekalipun, guru-guru sekolah itu tidak pernah 'membuang' jauh sekali 'menyisih' saya.

Malah ketika saya 'jatuh', mereka mengutip saya, mengangkat lalu menjulang semula ke atas. Tanpa serik, saya kembali 'liar' melonjak ke sana ke mari mencabar jiwa naluri seorang guru.

Setelah lama, saya 'jatuh' terperusuk lagi. Sepi, sakit dan berdarah. Guru-guru, sekali lagi memapah, memeluk dan menyelamatkan saya sambil membasahkan bibir dengan kalimah kata-kata hikmat dan azimat. Tanpa peduli, siapa saya yang dikenali cukup bermasalah.

Tidak putus-putus, seorang demi seorang menasihati saya. Baik guru lelaki mahupun perempuan. Baik yang beragama Islam mahupun bukan. Tanpa kecuali guru kaunseling, silih berganti, menjadikan saya sebagai subjek bermasalah yang perlu ditangani dengan segera.

Selama setahun lebih guru-guru memulih dan menenangkan 'pemberontakan' saya.

Bayangkan tanpa ayah ibu di depan mata, guru-guru menjadi keluarga pengganti diri. Jika tidak sabar, sudah pasti tidak ada sekelumit nurani pun yang berhajat untuk membimbing saya ketika itu. Tanpa jemu, guru-guru terus memberi semangat juang yang tinggi untuk menjadikan saya, seorang pelajar yang baik.

Tahun 1990, terbit rasa insaf. Berjurai air mata tatkala mendengar kalimah tajam menusuk jiwa daripada guru-guru saya.

"Awak terlalu matang untuk membuat kerja-kerja bodoh ini. Seorang pemimpin, bukan begini kelakuannya," nasihat seorang guru perempuan kepada saya yang ketika itu berada di tingkatan tiga.

"Azamin, cara awak berkata-kata, bercerita menunjukkan tahap pemikiran yang sama sekali berbeza dengan sifat yang awak tunjukkan selama ini. Berubahlah, disebalik keburukan pasti ada cebis kebaikan awak," kata seorang guru kaunseling sambil menitiskan air mata.

Walaupun tercatat nama dalam buku hitam dispilin sekolah termasuk satu rekod di Balai Polis Ipoh kerana lari sekolah, saya 'bangkit' semula atas usaha jerit pedih cikgu-cikgu mendidik saya.

Ya, bukan senang menjadi guru. Siang malam bergelumang dengan karenah dan ragam pelajar yang kini cukup dasyat, menyeramkan dan meloyakan.

Saya, antara bukti yang masih hidup. Betapa payahnya, guru-guru melentur saya, namun akhirnya berjaya jua. Menjadikan saya seorang manusia.

Berapa ramai guru di seluruh negara, secara 'tidak sengaja' dan tanpa niat telah melahirkan beratus-ratus malah ribuan 'binatang' di luar sana. Perompak, perogol, penjenayah, penagih dan pembunuh yang asalnya juga daripada suci perut ibu mengandung, juga asalnya seorang pelajar sekolah. Pasti mengecewakan. Namun itu bukan salah cikgu.

Alhamdullilah, saya terselamat kerana guru-guru saya sempat dan cepat. Calar-balar dan lebam di tubuh serta tempeleng dan jerkahan guru menjadikan saya sedar kesilapan yang dilakukan.

Jika tidak, entah di kolong manalah saya melabuhkan lena, entah di longkang manalah saya terjaga. Lorong hitam manalah saya berkelana dan mungkin perginya tanpa nama, atau lebih pedih dihina.

Jikalau badan saya tidak berbirat dan tiada pekikan guru menerjah telinga saya, sudah pasti saya tidak berada di sini.

Mungkin tidak ada sesuatu pun boleh dibanggakan oleh guru-guru terhadap saya. Namun sejahat mana sekali pun saya, seteruk mana libasan guru ke tubuh saya, sekuat mana tempikan guru kepada saya…saya tidak pernah melawan guru.

Jauh sekali untuk mencalarkan kereta atau memancitkan tayar kereta cikgu atau mengajak cikgu 'bertempur' di luar sekolah. Biar apapun, dua jenis manusia yang tetap saya hormati sepanjang hayat - 'ayah ibu dan guruku'.

Mungkin guru-guru saya, di sekolah, di kolej atau di pondok pasti akan bersyukur dan merasa sungguh bangga apabila sebilangan besar anak-anak didik mereka telah menggapai 'bintang'.

Yang menjadi doktor, peguam, jurutera, pendidik, usahawan, pemimpin politik dan berada di puncak pasti akan menyejukkan hati guru-guru saya.

Saya? Masih mengharapkan doa yang tidak putus-putus daripada Cikgu.

Hajat di hati, ingin saya merakamkan nama-nama guru di coretan ini namun rasa tidak sampai hati dan tidak tergamak, mana tahu bakal 'terpalit lumpur' di sebabkan saya. Biarlah saya simpan kemas di sanubari.

Saya begitu berbesar hati untuk membariskan senarai semua guru-guru yang telah 'menyelamatkan' saya selama ini, namun hati kecil penuh sayu terpaksa membatalkan hasrat kerana tidak mahu menyusahkan cikgu di kemudian hari.

Walau apapun tanggapan dan sangkaan, saya tetap menyanjung cikgu kerana telah 'menyelamatkan' saya dan kini saya berada di sini memperjuangkan apa yang saya percayai. Terima kasih Cikgu kerana tidak jemu.

Muridmu suka mencabar hati,
Asyik melawan, langgar arahan.
Budi baik guru kubawa mati,
Jasamu kutebus di depan Tuhan.

Selamat Hari Guru.

Rabu, 21 Mei 2014

kijang

Alkisah seekor kijang mengandung...

Seekor kijang mengandung bakal melahirkan anak kijang. Ibu kijang tiba di sebuah tanah rumput tepi sungai di selatan... memikir bahawa itu satu kawasan selamat.

Perutnya mula sakit.. tetiba langit mula mendung diikuti dengan petir.. petir menyambar rumput kering di sebelah utara kijang ? kebakaran hutan berlaku. Di tepi baratnya, ibu kijang terkejut melihat seorang pemburu sedang mengacukan senapangnya ke arahnya..Ibu kijang bergerak ke sebelah timur, terlihat pula seekor harimau yang kelaparan sedang bergerak ke arah beliau.

Utara ? api membara

Timur ? si harimau kelaparan sedang ingin menerpa

Barat ? si pemburu dengan senapang

Selatan ? sungai yang deras...

Langit ? mendung berpetir bakal hujan

Apakah yang bakal ibu kajang lakukan tatkala perutnya dah mula sakit untuk beranak?

Bolehkah ibu kijang dan anaknya selamat?

Apakah kedua-duanya bakal mati?

Sempatkah anak kijang dilahirkan?

Apakah kedua-duanya akan mati dibakar?

Ibu kijang mati di tangan siapa? Pemburu atau harimau?

Apakah ibu kijang sanggup lompat sungai dan lemas?

????????.

????????.

????????.

????????.

Ibu kijang tidak melakukan apa-apa. Ibu kijang hanya fokus pada tugas memberikan nyawa baru kepada anaknya.

Semua perkara yang difikirkan di minda anda tidak terjadi.

Dalam sekelip mata. Petir menyambar dan membutakan mata pemburu tatkala beliau menekan senapang beliau. Senapang itu tersasar melepasi ibu kijang....dan terkena pada si harimau dan luka parah. Hujan mula turun, api dipadamkan. Saat kemudiannya, anak kijang lahir di dunia.

Cerita ini adalah untuk kita melihat bagaimana minda boleh memerangkap seseorang dari segala penjuru secara negatif. Tanggapan minda begitu kuat sehingga menyakinkan kita bahawa kijang akan mati dan kita pula mati akal.

Jangan buat keputusan dengan terburu-buru. Fikirkan kita sebagai ibu kijang, yang dipenuhi pelbagai cabaran, tapi tetap mencapai kegembiraan di akhirnya.

Segalanya boleh berlaku dalam hidup ini sekiranya iman kita kekal utuh kepada Allah dan percaya bahawa Allah akan menjaga kita. Dan fokus pada tugas di tangan (melahirkan anak kijang) dan buat dengan sebaiknya, Allah akan bantu mereka yang berusaha dan tidak berputus asa. Insha-Allah.

Senyum...

via : Dato' Tuan Ibrahim bin Tuan Man (Official)