Selasa, 30 Ogos 2022

Lentera

 *WS RENDRA*

Lahir di SURAKARTA pada tahun 1935. 

Menjadi mualaf 1970 disaksikan oleh Taufiq Ismail dan Ayip Rosidi. Berganti nama menjadi Wahyu Sulaiman Rendra.


Dari ke tiga istrinya  yaitu Sunarti Soewandi, Sitoresmi dan Ken Zuraida  memiliki 11 orang anak.


Meninggal di DEPOK pada tahun 2009. 


Puisi terakhir WS Rendra 

di buat sesaat sebelum dia wafat, sangat luar biasa kata-katanya. 


Hidup itu seperti *UAP*,  yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap !! 

Ketika Orang memuji *MILIKKU*,

aku berkata bahwa ini *HANYA TITIPAN* saja.


Bahwa mobilku adalah titipan- *NYA,*

Bahwa rumahku adalah titipan- *NYA,*

Bahwa hartaku adalah titipan- *NYA,*

Bahwa putra-putriku hanyalah titipan- *NYA* ...


Tapi mengapa aku tidak pernah bertanya,

*MENGAPA DIA* menitipkannya kepadaku?

*UNTUK APA DIA* menitipkan semuanya kepadaku.


Dan kalau bukan milikku, 

apa yang seharusnya aku lakukan untuk milik- *NYA* ini?

Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh- *NYA* ?


Malahan ketika diminta kembali,

_kusebut itu_ *MUSIBAH,*

_kusebut itu_ *UJIAN*,

_kusebut itu_ *PETAKA*,

_kusebut itu apa saja ..._

Untuk melukiskan, bahwa semua itu adalah *DERITA*....


Ketika aku berdoa, 

kuminta titipan yang cocok dengan

*KEBUTUHAN DUNIAWI*,

_Aku ingin lebih banyak_ *HARTA*,

_Aku ingin lebih banyak_ *MOBIL*,

_Aku ingin lebih banyak_ *RUMAH*,

_Aku ingin lebih banyak_ *POPULARITAS*,


_Dan kutolak_ *SAKIT*,

_Kutolak *KEMISKINAN*,_

Seolah semua *DERITA* adalah hukuman bagiku.


Seolah *KEADILAN* dan *KASIH-NYA*,  

harus berjalan seperti penyelesaian matematika dan sesuai dengan kehendakku. 


Aku rajin beribadah, 

maka selayaknyalah derita itu menjauh dariku,

Dan nikmat dunia seharusnya kerap menghampiriku ...


Betapa curangnya aku,

Kuperlakukan *DIA* seolah _Mitra   Dagang_ ku 

dan bukan sebagai *Kekasih !*


Kuminta *DIA* membalas _perlakuan baikku_ 

dan menolak keputusan- *NYA* yang tidak sesuai dengan keinginanku ...


Padahal setiap hari kuucapkan,

_*"Hidup dan Matiku, Hanyalah untuk-MU"*_


Mulai hari ini, 

ajari aku agar menjadi pribadi yang selalu bersyukur dalam setiap keadaan 

dan menjadi bijaksana, 

mau menuruti kehendakMU saja ya *ALLAH* ...


Sebab aku yakin....

*ENGKAU* akan memberikan anugerah dalam hidupku ...

*KEHENDAKMU*  adalah yang ter *BAIK* bagiku ..


Ketika aku ingin hidup *KAYA*, 

aku lupa, 

bahwa *HIDUP* itu sendiri 

adalah sebuah *KEKAYAAN*.


Ketika aku berat utk *MEMBERI*,

aku lupa, 

bahwa *SEMUA* yang aku miliki

juga adalah *PEMBERIAN*.


Ketika aku ingin jadi yang *TERKUAT*, 

....aku lupa, 

bahwa dalam *KELEMAHAN*,

Tuhan memberikan aku *KEKUATAN*.


Ketika aku takut *Rugi*, 

Aku lupa,

bahwa *HIDUPKU* adalah 

sebuah *KEBERUNTUNGAN*,

kerana *AnugerahNYA.*


Ternyata hidup ini sangat indah, ketika kita selalu *BERSYUKUR* kepada *NYA*


Bukan karena hari ini *INDAH* kita *BAHAGIA*. 

Tetapi karena kita *BAHAGIA*,

maka hari ini menjadi *INDAH*.


Bukan karena tak ada *RINTANGAN* kita menjadi *OPTIMIS*. 

Tetapi karena kita optimis, *RINTANGAN* akan menjadi tak terasa.


Bukan karena *MUDAH* kita *YAKIN BISA*. 

Tetapi karena kita *YAKIN BISA*.!

semuanya menjadi *MUDAH*.


Bukan karena semua *BAIK* kita *TERSENYUM*. 

Tetapi karena kita *TERSENYUM*, maka semua menjadi *BAIK*,


Tak ada hari yang *MENYULITKAN* kita, kecuali kita *SENDIRI* yang membuat *SULIT*.


Bila kita tidak dapat menjadi jalan besar, 

cukuplah menjadi *JALAN SETAPAK* 

yang dapat dilalui orang,


Bila kita tidak dapat menjadi matahari, 

cukuplah menjadi *LENTERA* 

yang dapat menerangi sekitar kita,


Bila kita tidak dapat berbuat sesuatu untuk seseorang, 

maka *BERDOALAH* untuk

kebaikan.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan