Ahad, 11 Mac 2012

100

Ibnu Katsir & yang lain meriwayatkan, Umar bin Khattab r.a mengutus pasukan untuk berperang melawan Romawi. Ikut serta dalaM pasukan ini, seorang sahabat muda bernama Abdullah bin Khudzafah r.a. Perang berkecamuk hebat. Kehebatannya menyisakan decak kagum panglima Romawi ats keteguhan kaum Muslimin & keberanian mereka menghadapi maut. 

Kemudian raja Romawi memerintahkan agar pasukan Muslimin yang mereka tawan dihadapkan kepada mereka. Didatangkan di hadapannya, Abdullah bin Khudzafah r.a. Dia diseret dengan tangan yang dirantai & kaki yang diikat. 

Setelah berbincang-bincang dengannya, raja kagum atas kecerdasannya. Ia berkata kepada Abdullah bin Khudzafah r.a, “Masuklah ke agama Nasrani, kau akan kubebaskan.” Abdullah bin Khudzafah r.a menolaknya. Raja tetap menawarinya lagi, “Masuklah ke agama Nasrani, kau akan kuberi separuh kekuasaanku.” 

Namun Abdullah bin Khudzafah r.a tetap tegas menolaknya. “Masuklah ke agama Nasrani, kau akan kuberi separuh dari kekuasaanku & kuikut sertakan kau dalam pemerintahanku,” desak raja. Abdullah bin Khudzafah r.a berkata, “Demi Allah, andai saja kau berikan seluruh kekuasaanmu & kekuasaan nenek moyangmu kepadaku, bahkan seluruh kekuasaan Arab & Ajam (non Arab), aku tetap tak sudi untuk keluar dari Islam.”
“Kalau begitu kamu akan kubunuh,” putus raja.
“Bunuhlah,” jawab Abdullah bin Khudzafah r.a. 

Raja memerintahkan pasukannya agar menyalib Abdullah bin Khudzafah r.a, lalu menyuruh pasukan pemanah untuk melepaskan anak panah ke tubuh Abdullah r.a. tetapi raja berpesan, jangan sampai anak panah itu mengenai tubuh Abdullah r.a (hanya untuk menakut-nakutkan). Saat anak-anak panah meluncur ke sekitar tubuhnya, raja tetap menawarinya masuk Nasrani. Dan seperti sebelumnya, Abdullah bin Khudzafah r.a menolak tegas. Ia lebih memilih kematian. 

Melihat ketegaran Abdullah bin Khudzafah r.a, raja memerintahkan agar dia dikembalikan ke penjara. Kali ini dia tidak diberi makan & minum. Sampai ketika Abdullah bin Khudzafah r.a hampir mati kerana haus & lapar, mereka memberinya arak & daging babi. Melihat kedua hidangan itu, Abdullah r.a berkata, “Demi Allah, aku tahu arak & daging babi itu sebenarnya halal bagiku. Tetapi aku tidak ingin orang-orang kafir itu bersorak gembira kerananya,”. Hidangan itu tidak disentuhnya. Hal ini dilaporkan kepada raja. 

Kemudian ia menyuruh agar dihadirkan seorang wanita penggoda di hadapan Abdullah r.a. masuklah wanita itu ke sel Abdullah r.a. Ia beraksi di muka Abdullah r.a, meliuk-liukkan tubuh untuk menggodanya. Namun sedikit pun Abdullah r.a tidak menoleh kepadanya. Mengetahui sikap Abdullah r.a seperti itu, wanita tersebut keluar sel sambil menggerutu. Ia berkata kepada raja & pasukannya, “Kalian telah menyuruhku menggoda seorang lelaki, yang aku tak tahu apakah ia seorang manusia atau seketul batu. Demi Allah, dia tidak tahu apakah aku seorang perempuan atau lelaki.” 

Akhirnya raja putus asa memujuk Abdullah bin Khudzafah r.a. Ia menyuruh pasukannya membuat tungku api & memanaskan minyak hingga mendidih. Kemudian Abdullah bin Khudzafah diberdirikan menghadap minyak yang telah mendidih itu. 

Sejurus itu, didatangkanlah seorang Muslim yang juga menjadi tawanan. Dengan kondisi badan terikat, ia diceburkan ke minyak mendidih tersebut sehingga jasadnya lenyap ditelan didihan minyak. Tulang belulangnya berserakan menyembul ke atas permukaan minyak. Abdullah bin Khudzafah r.a menyaksikan sendiri pemandangan itu. Di saat-saat seperti itu, kembali raja meyarankan Abdullah bin Khudzafah r.a agar murtad. Namun ia tetap menolaknya. 

Raja naik pitam & segera memerintah agar Abdullah bin Khudzafah r.a diceburkan ke tungku. Ketika ia di giring mendekati tungku & merasakan panasnya api, air matanya meleleh. Abdullah bin Khudzafah r.a menangis. Raja yang mengetahui hal tersebut bergembira. ( menyangka bahawa Abdullah takut) 

“Masuklah ke agama Nasrani, kau akan kubebaskan.” “Tidak,” jawab Abdullah r.a. “Lalu mengapa kamu menangis?” tanya raja. “Aku menangis kerana hanya memiliki satu nyawa, sehingga aku langsung mati ketika diceburkan ke tungku ini. Demi Allah, aku ingin memilik 100 nyawa, yang semuanya kugunakan untuk mati di jalan Allah, seperti kematian yang akan aku hadapi ini.” 

Raja berkata, “Ciumlah kepalaku, kau akan kubebaskan.” “Dan kau bebaskan pula seluruh kaum Muslimin yang kau tawan,” tawar Abdullah r.a. “Ya,” jawab raja. Abdullah r.a lalu mencium kepala raja. Setelah itu, raja memutuskan untuk membebaskan seluruh kaum Muslimin yang ditawan. 

Subhanallah! Bagaimana keadaan kita hari ini jika dibandingkan dengan keteguhan Abdullah bin Khudzafah r.a seperti di atas?

Tiada ulasan:

Catat Ulasan