Khamis, 8 Mac 2012

mee

Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai mee dan ia mencium harumnya aroma masakan. Ia ingin sekali memesan semangkuk mi, tetapi ia tidak mempunyai wang.

Pemilik kedai melihat Anas berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata: "Anak, apakah engkau ingin memesan semangkuk mee?" "Ya, tetapi, aku tidak membawa wang" jawab Anas dengan malu-malu.

"Tidak apa-apa, aku akan memberikan padamu" jawab si pemilik kedai. "Sila duduk, aku akan memasakkan mee untukmu".

Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk mee. Anas makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang. "Ada apa anak?" Tanya si pemilik kedai. "Tidak apa-apa" aku hanya terharu jawab Ana sambil mengeringkan air matanya.

"Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk mee! Tetapi ... ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi. Kau, seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri "katanya kepada pemilik kedai.

Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan Anas, menarik nafas panjang lalu berkata:
"Anak, mengapa kau berfikir seperti itu? Renungkanlah hal ini, aku hanya memberi semangkuk mee dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak mee dan nasi untukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan kau malah bertengkar dengannya. "

Anas terkejut mendengar hal tersebut.
"Mengapa aku tidak berfikir tentang hal itu? Untuk semangkuk mee dari orang yang baru kukenal, aku begitu berterima kasih. Tetapi kepada ibuku yg memasak untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan hanya kerana persoalan remeh, aku bertengkar dengannya.

Anas menghabiskan meenya, lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya. Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yg harus diucapkan kepada ibunya.

Setelah sampai di muka pintu rumah, ia melihat ibunya berwajah letih dan cemas. Ketika bertemu dengan Anas, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah "Anas, kau sudah pulang. Cepat masuklah, Ibu telah menyiapkan makan malam. Makanlah dahulu sebelum kau tidur. Makanan akan sejuk jika kau tidak memakannya sekarang "

Pada saat itu Anas tidak dapat menahan tangisnya. Ia pun menangis di pelukan ibunya.

Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain di sekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita. Tetapi kepada orang yang sangat dekat dengan kita, khususnya orang tua kita, kita harus ingat bahawa kita berterima kasih kepada mereka seumur hidup kita

Tiada ulasan:

Catat Ulasan