Ahad, 26 Ogos 2012

Hakikat jodoh


Misalkan Anda anggap suami Anda terlalu lemah sebagai pemimpin keluarga, alias suami Anda kurang memiliki ketegasan dalam banyak hal sehingga sering ditipu oleh kliennya...

Maka bantulah suami Anda bersikap tegas dengan cara yang santun. Misalkan melalui nasehat yang Anda berikan kepada anak Anda di hadapannya "anakku yg shalih, ibu yakin kamu bisa sukses, yg penting kamu tegas dan tetap bertawakal kepada Allah, dahulukan kebenaran daripada logikamu. Hilangkan ketakutanmu, Allah bersama orang-orang yang benar"

Gak masalah anak Anda yg kecil itu kurang paham nasehat Anda, yang penting suami Anda paham toh..hehe

Atau, Jika suami Anda belum pandai mencari nafkah maka semampu Anda berikan ia contoh "cara cari duit". Tunjukkan semangat Anda.

Namun demikian, tetaplah Anda tidak boleh meninggalkan peran utama Anda sebagai seorang istri dan ibu. Ini memang tak mudah, teruslah memohon petunjuk-Nya.

Begitu pun sebaliknya, jika Anda seorang suami, lalu menemukan bahwa istri Anda kurang kasih sayang dalam mendidik anak-anak Anda di rumah, dan ternyata istri Anda lebih mementingkan karirnya di kantor atau positioningnya di komplek; sampai mengabaikan karirnya sebagai seorang istri dan ibu yang penuh kasih sayang, maka silakan nasehati istri Anda dengan cara yang penuh kasih sayang.
Nasehat bukanlah untuk memposisikan siapa yang benar atau siapa yang salah, tapi untuk dzikrullah.

Sungguh aneh jika seorang suami menasehati istrinya tentang kasih sayang tapi dilakukannya dengan marah-marah, seperti "istriku, kamu kan makhluk perasaan tapi kok cuek banget sama anak-anak, lihat tuh anak-anak kita kering kasih sayang, mana setiap saya pulang kantor rumah selalu saja berantakan, gosiip sama tetangga mulu sih yang diutamakan... Huh"... Astaghfirullaah...

Sahabatku, banyak orang menginginkan jodoh yang sempurna, yakni sempurna sesuai keinginannya.

Namun sebagian dari mereka membantah hal tersebut :"kami bukan menginginkan jodoh yang sempurna, kami hanya ingin jodoh yang sholih, pengertian, dan setia".

Padahal yang saya pahami bahwa kesempurnaan itu hadir dalam sosok wanita/pria yang sholih/ah, pengertian, dan setia tersebut...

Sebagian yang lain mengatakan "saya gak cari cowok/cewek yang cakep tapi yang cukup"

"Saya pengen cowok yang ber-wibawa" ... Wii bawa mobil, wii bawa duit, wii bawa macem-macem hehe...

Dan jika ada wanita yang berprinsip seperti itu pastilah istri saya bukan salah satunya. Karena waktu saya menikahi istri saya, kondisi saya masih kuliah, belum kerja jelas, masih dikirimi duit sama ortu, dan badan saya kurus karena jarang makan.

Sahabatku, Kesempurnaan tidak hadir dalam "penilaian" kasat mata, tapi kesempurnaan hanya bisa didekati dengan taqwa dan contoh yang nyata.

Kesempurnaan adalah sebuah proses, sebuah perjalanan, saling mengimbangi-mengingatkan-melengkapi antara satu dengan lainnya.

Jangan cari jodoh yang sudah sempurna (karena emang gak ada lagi..), tapi carilah jodoh yang siap untuk saling menyempurnakan dalam proses yang diridhoin-Nya. Dan jangan cari jodoh yang setia kepada Anda, tapi carilah jodoh yang setia kepada Allah, agar Anda turut selamat di dunia dan akhirat.

Jadi hakikat dari perjodohan adalah mencocokkan apa-apa yang tidak cocok dan yang sudah cocok antara dua manusia.

So, jangan sibuk mencari orang baik yang cocok dengan Anda tp sibuklah belajar menjadi orang yang mudah cocok dengan orang-orang yang baik.

Artinya, terjadinya pernikahan adalah karena adanya "persamaan" dan "perbedaan". Begitupun terjadinya perceraian adalah karena adanya "persamaan" dan "perbedaan".

Contoh 1, terjadinya pernikahan :

Persamaannya : sama-sama manusia, sama aqidahnya, sama visinya, sama-sama mau, dan sama-sama hidup hehe

Perbedaannya : Beda kelamin, beda keluarga, Beda peran, beda bentuk tubuh

Contoh 2, terjadinya perceraian :

Persamaannya : sama-sama gak cinta lagi, sama-sama merasa gak cocok lagi, sama-sama pengen cerai, sama-sama egois

Perbedaannya : Beda prinsip, beda visi, beda aqidah

Walaupun ada juga yang bercerai padahal salah satu pasangannya masih ingin bertahan. Dan ada juga yang bercerai walaupun keduanya masih saling mencintai. Ada juga yang menikah tapi salah satunya terpaksa. Inilah hidup, maka biarkan Rahasia tetap dalam kesederhanaannya.

Dengan demikian, jangan jadikan alasan "sudah tidak ada kecocokan lagi" sebagai alasan untuk bercerai, karena alasan tersebut sangat-sangatlah egois. Sebab berbeda antara "sudah tidak ada kecocokan lagi" dengan "sudah tdk mau saling mencocokkan lagi".

Tapi jika pasangan Anda telah memilih Tuhan selain dari Allah, telah meninggalkan sholat, atau telah terang-terangan berzina, maka bercerai bisa menjadi solusi.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan