Menurut hemat kami, dalam alam semesta ini ada 7 Dimensi Kesadaran. Pertama Kesadaran Dimensi RUH (KDR); kedua Kesadaran Dimensi Lauh Mahfuzh (KDLM); ketiga Kesadaran Dimensi Sunnatullah dan Takdir (KDST); keempat Kesadaran Dimensi Bawah Sadar (KDBS); kelima Kesadaran Dimensi Qolbu (KDQ); keenam Kesadaran Dimensi Sadar (KDS); dan ketujuh Kesadaran Dimensi Jasad (KDJ).
Ketujuh Dimensi Kesadaran ini berpotensi dimiliki oleh manusia dengan tingkat atau level kesadaran tertentu. Dan kami memberikan istilah SCD untuk 7 Dimensi Kesadaran ini, dimana SCD singkatan dari Seven Consciousness Dimension.
Kesadaran Dimensi Lauh Mahfuzh disebut juga sebagai Kesadaran DimensiSuprakosmos, lalu Kesadaran Dimensi Sunnatullah dan Takdir disebut juga sebagai Kesadaran Dimensi Makrokosmos, dan mulai dari Kesadaran Dimensi Bawah Sadarhingga Kesadaran Dimensi Jasad disebut sebagai Kesadaran DimensiMikrokosmos.
Manusia yang paling bertaqwa pilihan-Nya maka ia diberikan anugerah Kesadaran Dimensi Ruh oleh Allah Subhaanahuu wa ta’aalaa, sedangkan manusia yang paling kafir (ingkar) maka dominan sekali pada Kesadaran Dimensi Jasad, yakni sebuah Kesadaran Dimensi yang bisa jadi lebih buruk dari Dimensi yang dimiliki oleh binatang bila tidak diimbangi oleh Kesadaran Dimensi Lainnya. Nah Sahabat Cahaya Semesta, kira-kira dimanakah dominannya Kesadaran Dimensi jiwa Anda hari ini berada?
Pertama, apa yang dimaksud dengan KDR (Kesadaran Dimensi Ruh)? Secara sederhana, KDR ini adalah ketika seorang hamba tidak lagi sedikit pun menuntut sesuatu dari Tuhannya kecuali hanya Ridho dari-Nya atau sesuatu yang diridhoi-Nya. Dia sangat langka bermain di titik hasrat dan keinginan duniawi. Ia pun tidak banyak bermain di Kesadaran Dimensi Sadar (Shodr) ataupun di Kesadaran Dimensi Bawah Sadar (Fuad-Keyakinan). Ia sudah melampaui Kesadaran Dimensi Lauh Mahfuzh dan Kesadaran Dimensi Sunnatullah dan Takdir.
Artinya, ia tidak suka bergantung kepada teknik alam semesta (sunnatullah dan takdir) untuk berdekat-dekatan dengan Allah, atau untuk memenuhi berbagai hasratnya yang tersembunyi. Ia hanya membutuhkan Allah, fokusnya hanya kepada Allah.
KDR dibagi menjadi DUA MODEL, pertama KDR yang diberikan kepada Para Nabi dan Rosul, kita sebut saja sebagai KDR Khusus, cirinya adalah diberikan wahyu oleh Allah. Sedangkan yang kedua adalah KDR Umum, yang dapat diberikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki, tapi ia tidak menerima wahyu dari-Nya.
Pemilik KDR Khusus ini telah diangkat sebagai utusan-Nya, kemudian menerima wahyu dari-Nya, bahkan ada sebagian dari mereka yang mampu menatap wajah Allah dalam dimensi kesadaran yang dalam ketika masa hidupnya. Dan keberadaan KDR khusus ini telah dipraktekkan secara sempurna oleh Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam ketika peristiwa Isro’ Mi’raj-nya. Walau tidak sesempurna MuhammadShallallaahu ‘alaihi wa sallam, para Nabi lainnya pun sudah masuk dalam derajat memiliki KDR yang khusus ini.
Sedangkan KDR yang Umum diberikan kepada manusia selain para Nabiullah dan Rasulullah. KDR Umum ini bisa diberikan kepada wali-wali-Nya atau diberikan kepada orang-orang yang beriman yang mencintai amalan-amalan yang sunnah karena AllahSubhaanahuu wa ta’aalaa.
“Dari Abu Hurairah radhiallaahu ‘anhu ia berkata: telah bersabda Rasulullah shalalahu ‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya Allah telah berfirman: Barangsiapa yang memusuhi Wali-Ku maka sesungguhnya Aku telah menyatakan perang kepadanya, dan tidaklah seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu ibadah yang lebih Aku cintai dari apa yang telah Aku wajibkan kepadanya, dan senantiasa seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya jadilah aku sebagai pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, dan sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, dan sebagai tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Dan jika ia meminta (sesuatu) kepada-Ku pasti Aku akan memberinya, dan jika ia memohon perlindungan dari-Ku pasti Aku akan melindunginya.” (Hadits Qudsi Riwayat Imam Bukhori)
Sedangkan, Wali Allah menurut Al-Quran adalah “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Q.S. 10 : 62).
Inilah sebuah Kesadaran yang langsung “ditiupkan” oleh Allah Subhaanahuu wa ta’aalaa kepada para hamba-hamba-Nya yang beriman mantap. Dan KDR ini tak mungkin didapat oleh orang yang sekedar ahli fikir, ahli metafisik, dan ahli quantum tanpa pernah mengikuti jejak Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang telah memberikan berbagai contoh amalan wajib dan sunnah. KDR ini tidak mungkin diberikan oleh Allah kepada orang yang ahli meditasi tapi tidak mencintai amalan-amalan wajib dan sunnah. Intinya, KDR ini diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang hobi melaksanakan amalan-amalan wajib dan sunnah sehingga ia mencintai amalan-amalan yang ia kerjakan tersebut karena Allah Subhaanahuu wa ta’aalaa.
Kedua, apa yang dimaksud dengan KDLM (Kesadaran Dimensi Lauh Mahfuzh)? Ini adalah sebuah Dimensi Kesadaran luar biasa yang diberikan kepada insan yang telah memahami bahwa SEGALA SESUATUNYA sudah dicatat dengan sempurna oleh Allah, sehingga tak ada lagi kekhawatiran yang berlebihan di dalam hidupnya.
Baginya, ruang dan waktu sudah berjalan sempurna. Seolah-olah ia hanya melakukan "siaran ulang" saja dalam kehidupannya ini. Sehingga, apapun yang terjadi sudah tidak lagi membuatnya bereaksi berlebihan. Ketenangannya yang luar biasa telah menjadikan dia sebagai manusia yang memiliki pengaruh kuat di muka bumi ini. KDLM ini juga disebut sebagai Dimensi Kesadaran Suprakosmos.
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Q.S. 57:22-23).
Lauh Mahfuzh adalah GUDANG INFORMASI mengenai alam semesta. Cikal bakal segala ilmu pengetahuan dan prakteknya yang ada di alam semesta ini berasal dari Lauh Mahfuzh. Tapi Lauh Mahfuzh bukanlah Tuhan, ia adalah makhluk terawal yang diciptakan oleh Allah. Nah, jika Anda bisa berkenalan dengan makhluk ini lalu bersinergi dengannya maka insya Allah hidup Anda akan semakin dekat kepada Allah Yang Maha Sempurna. Bagi Anda seolah-olah tidak ada lagi rahasia, namun Anda sendirilah yang malu kepada Allah untuk melihat semua “rahasia” yang ada di gudang Informasi Lauh Mahfuzh ini. Karena tujuan akhir Anda bukanlah Lauh Mahfuzh, itu sebabnya Anda tak boleh menghabiskan waktu terlalu lama di Dimensi Kesaran ini, dan teruslah melanjutkan perjalanan menuju KDR.
Ketiga, apa yang dimaksud dengan KDST (Kesadaran Dimensi Sunnatullah dan Takdir)? KDST ini berpijak pada konsep Sunnatullah dan Taqdir-Nya, dimana hukum-hukum alam yang universal berlaku untuk semua individu yang ada di alam semesta ini. Bagi siapa pun yang dapat memahami rahasia hukum alam ini, maka insya Allah hidupnya akan mencapai kesuksesan di dunia. Contoh penggunaan hukum alam adalah Hukum Tarik Menarik, Hukum Gravitasi, Hukum Koneksi, Hukum Dualitas Cahaya, Hukum Kekekalan Energi (HKE) yang menghasilkan istilah Epos (Energi Positif) dan Eneg (Energi Negatif). Untuk masalah hukum alam ini, Anda dapat membacanya lebih lanjut di berbagai buku terkait seperti “Kubik Leadership”, “Quantum Ikhlas”, “Spiritual Sinergi Semesta”, “The Secret” atau yang lainnya.
Biasanya, para sahabat yang memiliki KDST ini mempunyai bakat sebagai “Sang Penyembuh”, karena sebenarnya ia memiliki kemampuan yang harmoni untuk bersinergi dengan alam, sehingga bisa menyatu dengan alam, dan bisa menyalurkan energi positif alam semesta kepada orang yang sakit. Jadi seolah-olah ia adalah Sang Penyembuh, namun demikian tetaplah Allah yang menyembuhkan segala sesuatu. Dan KDST ini disebut juga sebagai Kesadaran Dimensi Makrokosmos.
“Sebagai suatu SUNNATULLAH yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan PERUBAHAN bagi SUNNATULLAH itu.” (Q.S. 48:23)
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah TAKDIR Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. 36:38)
Mengenai penjelasan KDST ini dapat dibaca pada artikel yang kami tulis dengan judul :“Antara Takdir, Sunnatullah, Syari’ah, Ikhtiar, dan Hasil Akhir”.
Keempat, apa yang dimaksud dengan Kesadaran Dimensi Fuad atau Kesadaran Dimensi Batin atau Kesadaran DimensiBawah Sadar (KDBS) ini? DKBS adalah Dimensi Kesadaran yang lahir melalui Dimensi Bawah Sadar. Dimensi Bawah Sadar adalah gudang informasi yang tersusun secara otomatis rapi sebagai karunia-Nya yang mana informasi ini berasal dari lingkungannya. Dimensi Bawah Sadar kita memiliki kekuatan yang luar biasa (padahal sih biasa-biasa saja di hadapan Allah), karena ia mampu menampung semua informasi, kenangan dan memori yang pernah diserapnya sejak lahir hingga hari ini.
Padahal sebetulnya Dimensi Sadar telah melupakan kenangan itu, tapi Dimensi Bawah Sadar masih mampu mengingatnya dan mengenangnya. Maka saya suka menyebut Dimensi Bawah Sadar ini sebagai “gudang kenangan”. Ketika Anda tidur dan Anda bermimpi, maka kemungkinan besar mimpi itu berasal dari gudang kenangan yang timbul kembali melalui Dimensi Bawah Sadar Anda. Kenangan ini bisa menjadi penolong tapi lebih sering menjadi perusak. Mengapa demikian? Karena kenangan yang dominan mudah muncul melalui Dimensi Bawah Sadar adalah kenangan yang berisi emosi yang tinggi, dan biasanya emosi yang tinggi identik dengan emosi negatif, sehingga orang yang menggunakan DKBS akan mudah terperangkap dengan berbagai emosi negatif lainnya. Sebetulnya, yang Anda butuhkan adalah kenangan yang beremosi stabil, atau kalau perlu kenangan yang beremosi netral, tidak menyakitkan dan tidak pula membanggakan, sehingga keputusan yang Anda ambil kelak akan lebih mudah berada dalam bimbingan-Nya.
Nah, di sinilah peran dahsyat dari SYUKUR dan SABAR. Dimana, dengan bersyukur Anda akan menurunkan tegangan kesenangan Anda sehingga Anda kembali tenang bahagia bersama Allah Subhaanahuu wa ta’aalaa, sedangkan dengan bersabar Anda akan menurunkan tegangan penderitaan Anda sehingga Anda kembali tenang bahagia bersama-Nya.
“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya RUH-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan FUAD; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (Q.S. 32:9)
Kelima, apakah yang dimaksud dengan KDQ (Kesadaran Dimensi Qolbu) atau Kesadaran Dimensi Critical Area? Qolbu atau Critical Area atau juga sering disebut sebagai SAR (Sistem Aktivasi Retikular) adalah sebuah pintu masuknya informasi baru dari Dimensi Sadar menuju Dimensi Bawah Sadar, atau dari Shodr ke Fuad, atau juga sebaliknya yakni masuknya informasi lama (kenangan) dari Dimensi Bawah Sadar menuju Dimensi Sadar, yakni dari Fuad ke Shodr.
Jika pintunya terbuka maka akan mudah masuknya, dan jika pintunya tertutup maka akan susah masuknya. Sedangkan terbuka atau tertutupnya pintu SAR sangat tergantung dari rasa keberterimaan atau rasa keberserahan dari jiwa orang yang diamanahi SAR tersebut. Allah Subhaanahuu wa ta’aalaa adalah Zat yang paling berhak membuka dan menutup pintu SAR. Jika seorang hamba berSERAH pada Allah Subhaanahuu wa ta’aalaa sepenuhnya, maka pintu SARnya akan dibuka-tutupkan oleh Allah sesuai dengan kebutuhan. SAR yang selalu tertutup ibarat kita memiliki Qolbu yang mati, dan SAR yang selalu terbuka pun akan membuat hidup kita menjadi tidak memiliki pendirian yang jelas, hilanglah ketegasan.
Itu sebabnya, KDQ ini sangat bergantung dari tingkat keberserahan diri seseorang dan kepada siapa dia menyerahkan dirinya, dengan kata lain, kepada siapakah dia ber-Tuhan.
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan QOLBU mereka manjadi TENANG dengan mengINGAT Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah QOLBU menjadi TENANG.” (Q.S. 13:28)
Keenam, apakah yang dimaksud dengan KDS (Kesadaran Dimensi Sadar)? Kesadaran Dimensi Sadar adalah kesadaran manusia ketika menggunakan otaknya secara lebih utuh dalam keadaan sadar, dan menilai sesutu berdasarkan fakta dan analisa. KDS ini identik dengan kecerdasan logika yang didominasi oleh otak kiri. Namun demikian, Dimensi Sadar ini kadang agak lancang, hampir saja ia mengambil alih semua keputusan dari setiap masalah yang ada.
Kesadaran SHODR atau Dimensi Sadar ini ibarat striker dalam sebuah tim sepak bola. Pikiran sadar mengambil keputusan akhir dari semua informasi yang diterimanya. Namun demikian, sebagai striker, dia sering mengalami stress jika tidak ditopang oleh suplai ‘bola informasi’ yang tepat. Dia seringkali gagal mencetak gol, padahal kesempatannya begitu banyak. Dia bingung harus berada di posisi yang mana agar ia pas positioning-nya tatkala menerima umpan, sehingga ia cukup tinggal bergerak sedikit saja untuk menggolkan bola ke jala gawang lawan.
Dimensi Sadar yang berprofesi sebagai striker tunggal ini, seringkali turun ke belakang untuk menjemput bola. Alih-alih mencetak gol, eh dia malah merecoki pikiran bawah sadar. Wah, tidak mudah ya. Itu sebabnya, kecerdasan pikiran sadar ini sangatlah minimal jika tidak ditopang oleh berbagai kecerdasan yang ada di belakangnya, tapi yang mengherankan adalah ia begitu mudah untuk sombong ketika berhasil mencetak gol, walaupun baru satu gol saja. “Untung ada saya”, begitu katanya.
“Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam SHODR-SHODR manusia.” (Q.S. 114:5)
Ketujuh, apakah yang dimaksud dengan KDJ atau Kesadaran Dimensi Jasad? KDJ adalah Kesadaran Dimensi terendah bahkan bisa lebih rendah dari binatang ternak jika tidak diimbangi oleh kesadaran lainnya. KDJ ini terkait erat dengan Kesadaran yang sifatnya FISIK dan TERLIHAT. Kesadaran ini dekat dengan SYAHWAT yang diambil dari bahasa Al-Quran yaitu SYAHAWAT yang maksudnya adalah “Keinginan atas sesuatu yang terlihat”, sebagaimana dinyatakan di Al-Quran yaitu :
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia SYAHWAT kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Q.S. 3:14)
"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak...” (Q.S. 57:20)
Setiap manusia tentunya harus memiliki KDJ ini, namun jika proporsinya berlebihan maka bisa membahayakan kehidupannya dan kehidupan orang-orang di sekitarnya. Kesadaran Dimensi Jasad ini terkait dengan sesuatu yang terlihat indah, seperti : uang banyak, wanita molek, mobil mewah dan lain sebagainya. Dan KJD ini juga terkait dengan hal-hal yang kita dengar, seperti : suara, berita, musik dan lagu. Dalam ayat berikut dijelaskan bagaimana sinergi antara PENGLIHATAN, PENDENGARAN, dan QOLBU yang tidak harmonis, maka akan membuat Kesadaran Dimensi seseorang menjadi sangat dominan sehingga mengabaikan Kesadaran Dimensi lainnya. Dengan demikian, tak heran jika ia memiliki predikat lebih buruk daripada binatang.
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai QOLBU, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai MATA (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai TELINGA (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti BINATANG, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka Itulah orang-orang yang lalai.” (Q.S. 7:179)
Yup, begitulah kebanyakan perilaku dari binatang, hanya mementingkan SYAHWATnya saja. Dan manusia yang hanya mementingkan syahwat adalah manusia yang lebih buruk dari binatang.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan